Chapter #44

16 5 0
                                    

"AKU dapat beasiswa ke Jerman." Mendengar perkataan Langit, seketika Senja menoleh. Melebarkan senyumnya bangga.

"Beneran?" tanya Senja memastikan. "Kamu beneran harus ambil ini Lang. Kesempatan loh. Kapan lagi kamu bisa dapat kesempatan ini?!"

Langit mengangguk. Tetapi raut mukanya sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaan di sana. Terlihat murung.

"Kok kamu gitu sih mukanya?"

"Daddy pengennya aku terima beasiswa itu."

"Ya bagus deh. Kapan lagi ya kan? Banyak loh Lang yang mau tempat kamu."

Langit terus menunduk. Mengayunkan kakinya. Kemudian sekilas menatap samar wajah Senja yang ikut bahagia. Sorot matanya masih sama, selalu bahagia dengan pencapaian yang Langit dapatkan. Membuat Langit menyunggingkan senyum, Senja masih sama seperti dulu.

"Berklee College of Music, dulu aku pernah memimpikan untuk mendapatkan tempat di sana. Menjadi salah satu seniman film terbaik di Indonesia." Senyum sinis Langit. Meremas jemarinya. "Daddy nggak pernah setuju untuk semua rencana yang sudah aku buat, Nja." Sangat manja Langit bersandar di bahu Senja.

"Jadi kamu maunya daftar ke univ lain gitu?" tanya Senja keheranan. "Ya nggak ada yang salah sih Lang, kalau kamu mau boleh sih."

Langit hanya diam memejamkan mata.

"Yakinin Daddy kalau kamu memang maunya di sana."

Setelah mendengarkan kata itu. Langit semakin terdiam. Sekilas terasa mencium pundak Senja. Menghembuskan napas panjang. Lalu menggenggam tangan Senja erat.

"Aku takut banget, Nja buat bilang langsung ke Daddy. Semua nggak akan semudah itu."

Senja mengerutkan keningnya.

"Kalau kamu nggak berani sekarang ya kapan?"

Langit berdiam. Masih memandang wajah Senja. Memandangnya lamat-lamat hingga keduanya saling bertatapan.

"Kamu harus berani Lang. Itu impian kamu. Bukan impian Daddy. Lakukan apa yang buat kamu nyaman. Yang berjuang kamu. Yang bertanggung jawab atas hidup kamu. Jangan korbanin kebahagiaan hanya untuk memenuhi semua harapan orang lain. Aku percaya kamu bisa mengatakan yang sebenarnya."

Deg! Perkataan Senja mampu membuatnya sadar. Jantungnya berdegup sangat kencang. Semakin mengangumi sosok perempuan di hadpaannya.

Tiba-tiba Senja memeluknya erat. "Aku bakalan kangen banget sama kamu Lang kalau kamu pergi sejauh itu."

"Kamu bisa minta ke Papa kamu buat ngikutin aku sekolah di luar negeri. Itung-itung sambil liburan di sana."

"Ih aku serius tau. Kamu mustinya ngomong ke Daddy. Atau paling nggak kalau kamu nggak berani. Bilang dulu ke Kak Artha, siapa tahu Kak Artha mau bantu."

"Kak Artha? Kak Artha nggak bakalan dengerin aku, Nja. Kamu tau sendiri, Kak Artha nurut banget sama Daddy."

Senja mendongak. Menatap Langit sambil tetap memeluk. Cemberut saat itu juga.

Belum juga dicoba, Langit sudah berpikir yang nggak-nggak. Batin Senja saat itu. Cukup kesal karena Langit malah menyerah terlebih dahulu.

"Ya kalau nggak dicoba bagemana bisa tau hasilnya, Lang. Jangan nyerah dulu gitu dong. Ngomong dulu, kalau gagal yakinin Daddy. Katanya beneran mau masuk Columbia College Chicago, kalau nggak berusaha ya mana bisa. Kecuali kamu mau kabur gitu aja sih dari rumah."

Hati Langit mencelos mendengar gerutuhan Senja. Senja selalu mendukungnya. Dan astaga! Senja begitu cantik dengan bibir mengerucut seperti itu. Biasanya dia tidak pernah mengomel sebegitu kesalnya seperti ini. Membuat Langit merasa begitu dicintai oleh Senja.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang