Chapter #35

24 3 0
                                    

Berita mengenai hubungan Senja dan Fajar menyebar sangat cepat bagai api dalam tumpukan daun kering.

Inilah yang diinginkan Senja. Semakin banyak yang tahu, Langit juga pasti akan mengetahuinya. Meskipun Langit jarang menggunakan ponselnya, Arya mungkin akan memberitahu mengenai hal ini. Karena Senja tahu kalau Langit masih mencintainya.

Katakanlah ini jahat, dia tidak peduli. Dia ingin memberi pelajaran ke Langit.

Malam ini Senja sedang bersiap-siap untuk kencan bohongan dengan Fajar. Sebelumnya dia sudah membuat story WhatsApp kalau hari ini adalah malam kencan pertamanya dengan pacar baru tentunya. Langit menjadi orang pertama yang melihat story-nya.

Senja berdiri di depan cermin. Memeriksa kembali penampilannya agar terkesan cantik, elegan, dan tentu saja memesona. Sambil memakai lipstik di bibirnya, dia membenarkan dress merahnya agar lebih indah lagi di tubuhnya. Melalui pantulan cerminnya, dia melihat sosok lain yang lebih berani dari sebelumnya.

Seperti biasa, Pak Adi akan mengantarnya menjemput Fajar. Tidak mungkin dia berkencan dengan cowok yang berkeringat karena menggayuh sepeda. Itu sebabnya Senja memutuskan lebih baik menjemput Fajar. Itung-itung biar terkesan lebih romantis.

Fajar memakai celana denim dipadukan dengan kaos hitam polos.

Fajar hampir menatap Senja tanpa berkedip, begitu masuk ke dalam mobil. Apalagi dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya. Bersama dengan deretan gigi putih yang jujur saja membuat Fajar salah tingkah. Dimana dia juga merasa tidak pantas jalan dengan cewek secantik Senja.

"Kamu cantik banget," puji Fajar nyengir bodoh. Memperhatikan penampilannya yang biasa-biasa saja.

Senja tahu kalau Fajar terlihat gelisah tidak nyaman duduk di sebelahnya. Beberapa kali kedapatan memalingkan muka ketika diajak bicara.

"Sebenernya sih lo cakep banget," ujar Senja ikut memuji.

"Nggak lah. Penampilanku cuma gini-gini aja. Nggak ada yang spesial. Mungkin beda kalau Langit jalan sama kamu."

"Langit juga pake beginian kok kalau keluar. Dia nggak pernah pakai yang aneh-aneh. Ini namanya nggak norak tau, Jar. Gue suka aja kalau ada cowok menampilannya nggak norak."

Fajar menggaruk tengkuknya. "Rasanya cuman sekali ini aja ada cewek yang bilang aku cakep. Aku beneran jadi malu." Fajar memang terlihat malu-malu kucing ketika mengatakannya membuat Senja tertawa gemas. Andai saja dia jalan dengan Langit, Langit akan semakin terlihat percaya diri setelah mengatakan cakep. Sangat bertolak belakang dengan Fajar yang malah terlihat malu-malu.

"Pokoknya lo cakep. Nggak perlu minder. Lo cakep banget malah. Cakep dan cakep."

Fajar tersenyum. Senja lihat, wajahnya memerah.

"Mbak ini kita jalan kemana?" tanya Pak Adi membuat Senja mengalihkan pandangannya dari Fajar. "Ke tempat biasa Mbak sama Mas Langit jalan?"

"Boleh Pak ke sana." Senja kembali mengalihkan pandangannya ke Fajar. Menepuk pipinya gemas.

"Jangan ke tempat yang harga makanannya mahal, Nja. Nanti kamu malah ngeluarin uang untuk itu."

"Yaudahlah, ini bukan kencan. Ini pura-pura lagi, yang bakal bayar itu aku."

"Meskipun yang namanya pura-pura. Cowok nggak mungkin minta ke cewek."

Astaga! Senja bahkan lupa kalau dia berhadapan dengan cowok gengsi tinggi seperti Fajar.

"Gue nggak minta ditraktir," jawab Senja pada akhirnya. "Duduknya lebih dekat, kita foto dulu." Senja menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Fajar. Mengarahkan ponselnya untuk mengambil foto selfie.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang