"KENAPA cemberut gitu mukanya, Lang?" Senja memeluk Langit dari belakang ketika mendapati Langit hanya diam memandang daun-daun berserakan di taman.
Yang jujur saja membuat Senja bingung. Memaksanya duduk di sebelah Langit untuk minta penjelasan. Yap, Senja duduk di sebelah Langit. Memandangnya bertanya. Namun tidak ada jawaban. Hanya dengusan kecil yang keluar dari bibir Langit.
Bel pulang sekolah sudah berdering beberapa menit yang lalu. Senja yang masih diam menanti bungkamnya Langit berakhir memilih untuk memperhatikan teman-temannya melambaikan tangan menyapa ke arahnya.
"Kenapa kamu bohongin aku?"
Mata Senja terbelalak terkejut. "Maksudnya?" Senja kembali bertanya maksud pertanyaan Langit. Takut-takut memandang wajah jengah Langit.
"Yang kemarin bukan kerja kelompok kan?" tanya Langit. Senja mencoba meraih bahu Langit. Namun ditampiknya dengan kasar. Langit terlihat sangat marah. Bukan sesuatu yang Senja inginkan.
"Lang, aku bisa jelasin."
Langit tersenyum sinis. Mengangguk mengerti. Hendak meninggalkan tempatnya. Ditahan oleh Senja.
"Nggak perlu dijelasin. Aku udah tahu semua. Aku udah tahu kamu pergi ke kafe sama Fajar kan?"
Langit benar-benar meninggalkannya. Dengan langkah terburu Senja berlari mengejar. Meraih tangan Langit yang dingin. Benar-benar dingin. Matanya cekung dan wajahnya pucat. Baru sadar bibirnya pecah-pecah seperti orang sakit.
"Lang, kamu sakit?" tanya Senja meletakkan punggung tangannya di kening Langit. "Kamu sakit ya?"
Karena masih sangat kesal Langit melangkahkan kakinya. Mengabaikan pertanyaan Senja. Hingga Senja meraihnya kembali. Menggenggam tangannya sambil menangis. Air matanya luruh saat itu juga. Membuat Langit berhenti hanya untuk menyeka air mata itu.
"Udah nggak perlu nangis, Nja." Kata itu terucap dari bibir Langit. Membuat hati Senja semakin sakit.
Keduanya berjalan dengan diam. Dengan kedua tangan yang saling bertautan. Langit mencoba melepaskannya, namun gelengan kepala Senja membuatnya berhenti.
"Lang, please."
Langit hanya menoleh.
"Aku minta maaf. Kemarin itu hanya nongkrong doang kok. Kita nggak ngapa-ngapain."
"Iya, aku percaya."
Senja menggeleng. "Nggak, Lang. Kamu nggak percaya sama aku. Kalau gitu kamu pukul aku sekarang. Pukul!" pintah Senja. Dari genggamannya dia memukulkan tangan Langit ke kepalanya. "Please," rengeknya.
"Kenapa?" Itu pertanyaan yang membuat Senja menggeleng. "Kenapa kamu nggak ngomong langsung? Kenapa harus bohong?"
Senja takut-takut menjawab, "aku takut kamu marah. Nggak izinin aku keluar sama Fajar. Tapi Lang, aku mau kok jujur sama kamu. Waktu itu aku mau jujur. Ranchi bilang, itu nggak akan berhasil."
"Itu yang buat kamu bohong?"
Senja mengangguk pasrah.
"Kamu menghancurkan kepercayaan yang sudah kita bangun dari awal. Semua gara-gara Fajar." Langit menggelengkan kepala tidak percaya sambil tersenyum sinis.
"Nggak seperti itu, Lang. Kamu harus...."
Sebelum Senja menyelesaikan ucapannya. Dengan sangat kasar dia mengentakkan tangan Senja agar bisa lepas dari tangannya. Tatapannya terlihat penuh amarah.
"Lang, dengerin aku dulu. Please."
"Bilang ke Fajar dulu kalau kamu itu milikku. Bilang ke dia kalau kamu bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...