Chapter #51

26 3 0
                                    

"THANKS."

Kalimat itu benar-benar terucap ketika Langit berdiri tak jauh dari Fajar yang memperhatikan dokter menangani Ayahnya. Langit menundukkan kepala. Ini pertama kalinya dia mendapatkan rasa terima kasih yang benar-benar tulus dari seseorang. Disertai pelukan yang menghambur tiba-tiba.

Langit berdiri di sebelah Senja begitu Senja datang bergabung. Membagikan termos kecil berisi kopi. Pertama yang dilakukan Senja saat itu memeluk Langit serta mengecup pipinya sekilas. Beralih memeluk singkat Fajar. Langit kali ini hanya diam saja, tidak mau ribut mengingat kondisi Fajar yang terlihat sangat buruk dibandingkan dengan dirinya.

Senja jauh lebih segar sejak Langit mengatakan kalau ayahnya yang akan mengurus biaya rumah sakit. Senyumnya kembali terlihat. Membuat Langit senyum-senyum sendiri ketika memperhatikannya. Apalagi sikap manis Senja ini. Membuatnya semakin senang saja.

"Makasih," bisik Senja saat itu. "Udah jadi orang baik. Meskipun aku tahu kalian nggak bisa dibilang baik-baik saja." Senja menepuk lengan Langit sambil memberikan senyuman. "Fajar juga kelihatan udah sedikit lebih tenang."

"Iya. Makasih ke bokap."

Senja terkekeh dengan jawaban Langit.

"Aku beneran ngelakuin ini semua demi kamu, Nja. Apapun yang kamu minta, apapun itu. Aku mau penuhin itu semua. Aku sayang sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu. Apapun itu, yang kamu minta, yang kamu mau, aku coba penuhin semuanya."

Senja cemberut dibuatnya. "Jadi ini karna aku?" tanyanya. "Kamu nggak lihat kondisi ayah Fajar yang lebih penting dari aku?"

Langit meraih tangan Senja. Bukannya dia tidak melihat kondisi ayah Fajar, tapi sosok di depannya lebih penting.

Senja melepaskan genggaman Langit. Terlihat kecewa. Yang dia harapkan dari Langit bukan ini. "Lang, jangan kayak gini lagi. Aku nggak suka kamu ngorbanin semuanya demi aku atau demi hubungan ini. Suatu saat nanti kalau hubungan kita hancur gimana? Kamu mau ungkit ini itu dari hubungan ini? Aku nggak bakal bisa penuhin semuanya. Yang udah kamu beri udah terlalu besar buat aku. Aku takut nggak bisa balas semua kebaikan kamu."

"Huussttttts, jangan ngomong kayak gitu. Aku nggak bakal minta apapun dari kamu. Aku janji." Langit mengulurkan jari manisnya sambil tersenyum.

Senja sama sekali tidak menerima uluran jari manis Langit. Memilih meraih tangan Langit memohon. Telapak tangan Langit berada di antara kedua telapak Senja.

"Jangan melakukan semuanya untukku lagi. Aku mau kamu janji untuk itu."

Langit menundukkan kepala. Tatapan matanya beralih pada kedua tangan Senja yang mengatup memohon.

Sementara Langit masih memperhatikan, Senja kembali berbicara, "Kalau hubungan kita dibangun seperti ini...." Senja tak lagi melanjutkan kata-katanya. Menelan ludah berat. "Yang berat sebelah.... Aku takut, Lang. Salah satu dari kita nggak bisa penuhin ekspektasi." Mata Senja berkaca-kaca. "Dan orang yang ngecewain salah satu dari kita itu aku."

Langit menggeleng, buru-buru tidak terima dengan ucapan Senja yang nggak masuk akal.

Pandangan Langit kembali mengarah ke Senja. Ingin rasanya dia menghapus ketakutan itu. Mengatakan semua akan baik-baik saja selama kita bersama. Sayang, sepertinya bahkan Senja tidak mau mendengarkan perkataan bulshits seperti itu. Langit kemudian melepaskan tangannya dari Senja. Menggenggamnya erat. Sebelum dikejutkan oleh kedatangan Fajar yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Dan Senja kini mengalihkan pandangannya ke arah Fajar. Membuat Langit sendirian lagi.

Tidak tahu harus melakukan apa-apa lagi, Langit hanya bisa menggeser duduknya. Membiarkan Senja yang sebelumnya berada di sampingnya, berpindah duduk di tengah, tepat di antara Langit dan Fajar.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang