Chapter #37

15 2 0
                                    

"TANIA sering jalan sama Richard," guman Arya. Kembali dengan teori menganalisis nya. Langit tak bersemangat menunggu di depan gerbang sekolah. Jam pulang selalu menjadi sasarannya untuk bicara dengan Senja. Senja selalu menghindarinya.

Richard sendiri adalah salah satu pengedar narkoba di sekolah. Perkataan Arya membuat Langit begitu terkejut. "Lo nggak salah lihat kan kalau Tania jalan sama Richard. Mereka nggak mungkin pacaran kan?"

"Gue nggak tau juga, Bos. Yang deket sama Tania selama di sekolah ini kan lo," cengir Arya. Setelah kemudian dia menunjuk Tania yang sudah keluar dengan wajah kusut. "Itu tuh Kania." Menunjuk ke arah Tania.

Langit hendak meninggalkan Arya untuk mengejar Tania. Namun langkah Langit dihentikan ketika dia melihat Senja melambaikan tangan ke arah Fajar dengan senyuman yang cukup lebar.

Sangat kesal Langit mengarahkan langkahnya ke arah lain. Menghampiri Senja. Meraih tangannya.

"I'am sorry, babe."

Senja yang belum sempat menghadap ke depan dikejutkan oleh kedatangan Langit secara tiba-tiba. Membuatnya tidak sengaja menabrak tubuh bidang Langit.

"Kamu pergi bisa nggak sih, Lang."

"Nggak, aku nggak mau pergi." Langit menggenggam tangan Senja berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Yang kamu lihat di rumah itu cuman jebakan, Nja."

Langit benar-benar terlihat serius saat itu. Tidak peduli beberapa tatap mata memandang ke arah mereka.

"Jebakan yang mana? Oh karna tiba-tiba Tania nggak berotasi lagi di hidup kamu iya?" tanya Senja. Dia dengar Tania tidak lagi sibuk menggoda Langit sejak putus dengannya. Atau mungkin Tania memang merencanakan hal lain.

Langit syok mendengarnya. Apa yang dikatakan Senja memang benar, Tania tidak lagi menggodanya. Cewek itu entah bagaimana keadaannya sekarang, dia juga tidak tahu. Yang dia sadari setelah Senja bicara adalah Tania menghindarinya.

"Atau memang Tania maunya kita putus? Kayak nggak tenang gitu hidup kalau aku bahagia. Aku jalan sama Fajar aja dia sinis banget. Apa sih maunya dia," oceh Senja.

"Aku nggak peduli sama Tania."

Senja menghembuskan napas jengah. "Nggak peduli tapi kok cium dia sih? Maksudnya apa coba kayak gitu? Di dalam rumah lagi, sepi juga."

"Kamu inget kejadiannya kan? Siapa yang lebih dulu cium? Aku atau dia?"

"Siapapun yang memulai kalau kamu tegas menolak apa salahnya sih Lang? Oh atau kamu emang niat nikmati ciumannya? Iya? Kalau gitu sih siapapun yang memulai sama-sama berengsek." Dengan sangat keras Senja mendorong tubuh Langit untuk menjauh darinya.

"Nja kamu dengerin penjelasanku dulu dong. Aku sayang kamu, Nja. I am sorry. Beri aku kesempatan sekali lagi. Kamu bilang Tania manfaatin ini biar kita putus kan? Kalau kayak gini kamu biarkan dia menang. Aku tau kamu nggak pernah sayang atau cinta sama Fajar. Dia bukan tipe kamu. Ya kan?..." Langit tak berhenti mengoceh hingga membuat telinga Senja benar-benar pekak.

"Minggir Lang, aku mau pulang. Dulu aku pernah bilang kalau Fajar bukan tipe aku karna miskin kan? Yang tipe aku aja nggak peduli sama aku, kenapa sekarang aku harus mikirin tipe?"

Langit menelan ludah. Memberikan jalan untuk Senja.

"Aku masih sayang banget sama kamu."

"Masih banyak cewek lain yang mungkin lebih baik dari aku atau lebih hot dari aku."

"Aku nggak mau yang kayak gitu, Nja. Aku maunya sama kamu."

"Jijik tau nggak sih, Lang?!"

Langit tertawa mendengarnya. "Tapi aku beneran sayang sama kamu. Aku janji bakal lakuin apapun buat kamu."

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang