Chapter #03

91 10 5
                                    

[I miss u]

Senja mendapati satu pesan chat dari Langit ketika dia tidak sengaja mengscroll akun WhatsApp-nya. Ini masih cukup pagi dan terlalu awal untuk mengatakan -miss you- setelah semalaman saling mengirim pesan chat sambil melahap sarapan paginya, Senja mengabaikan pesan itu.

Senja berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya adalah salah satu rekan bisnis keluarga Langit. Itulah alasan kenapa sejak kecil dia dan Langit saling mengenal. Dulu di saat usianya masih 8 tahun dan duduk di bangku sekolah dasar, itulah dimana dia dipertemukan dengan Langit, ketika Papa mengajaknya berkunjung ke kantor ayah Langit.

Saat itu Langit masih jadi anak paling pendiam yang selalu duduk di kursi tunggu paling pojok sambil bermain game. Kebiasaan itu menarik perhatian Senja yang memiliki pribadi periang dan selalu penasaran. Membuat keduanya mau tidak mau berkenalan satu sama lain. Saling meminjamkan mainan, hingga sampai saat ini keduanya menjadi sahabat baik sekaligus kekasih.

"Sayang, Langit jemput kamu kan ya?" tanya Mama Senja yang terlihat sibuk dengan pekerjaannya. "Maaf ya, Mama nggak bisa antar kamu ke sekolah."

Senja memperhatikan Papa yang juga terlihat sama sibuknya. "Papah?"

"Nggak bisa sayang, Papa ada meeting. Ini penting banget. Papa harus dapat tender-nya. Papa minta maaf juga ya."

Selalu seperti ini. Kedua orang tuanya selalu disibukkan oleh pekerjaan. Hingga terkadang Senja merasa kesepian meskipun kedua orang tuanya ada di sampingnya seperti saat ini.

"Nanti Senja sama Pak Adi deh."

Pak Adi adalah sopir pribadi Senja. Setiap kali Senja mau keluar Pak Adi-lah yang sering mengantarnya. Tapi kini Pak Adi lebih sering mengurusi bunga-bunga di taman mengingat Senja sudah bisa mengendarai mobil sendiri. Kalaupun sedang malas mengendarai mobil, biasanya pergi dengan Langit. Itupun Langit tidak pernah mengajaknya jalan keluar. Langit selalu sibuk dengan jadwal ini itunya. Membuat Senja sedikit-sedikit mulai terbiasa.

"Pak Adi, cuti sayang. Anaknya sakit."

"Papa telpon Langit suruh jemput kamu ya?"

"Aku bilang sendiri deh," guman Senja sedikit kesal. Bibirnya maju setengah senti ketika mendapati Papa-nya tersenyum minta maaf.

Senja segera meraih ponselnya. Mengirim pesan ke Langit untuk menjemputnya. Jujur saja Senja menjadi sangat kecewa dengan kedua orang tuanya yang terlalu sering mengingkari janjinya sendiri seperti ini.

[Senja: Please. Pick me]

                  [Langit: .............]

[Senja: Gue serius Lang, jemput dong. Gue males bawa mobil nih]

                  [Langit: Manja banget]

Mendengar jawaban itu Senja mencibir.

[Senja: Ya udah nggak perlu jemput deh]

                 [Langit: Iya deh kalau maksa banget]

[Senja: Ih siapa yang paksa coba]

****

LANGIT tersenyum ketika melihat Senja sudah berdiri di depan rumah menenteng helm menunggunya. Sudah menunjukkan pukul 06.45, ketika Langit baru saja memeriksa smartwacth di pergelangan tangannya.

"Udah lama benget nunggunya?" tanya Langit. Senja terlihat buru-buru naik ke motor Langit. "Ditanya kok diem aja sih." Senja memang tidak respon ketika Langit mengajaknya bicara. Terlihat fokus untuk membenarkan posisinya duduk di boncengan Royal Enfield milik Langit.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang