Chapter #38

20 3 0
                                    

BERKALI kali Fajar terlihat tidak sabar menunggu Senja keluar dari kamarnya. Sudah setengah jam yang lalu dia duduk berhadapan dengan Ayah Senja. Menunjukkan kecanggungan satu sama lain. Kaki Fajar terlihat tidak sabar menunggu Senja. Ini sudah lama menunggu. Sampai beberapa kali Ayah Senja terlihat menerima telpon dari rekan kerjanya. Sedangkan Senja masih belum keluar dari tempat persembunyiannya.

Begitu Mama Senja menyuguhkan sepiring kue brownies. Senja turun dari lantai dua memakai hot pant dipadukan dengan outfit coklat. Rambutnya sengaja digelung sedikit berantakan menunjukkan leher jenjangnya. Membuat Fajar harus susah-susah menelan ludah dengan wajah terkejut. Tetapi dia masih memperhatikan Senja turun dari tangga.

"Sorry, lama ya?"

"Dia canggung banget duduk di depan Papa," ujar Papa Senja. "Kalau pulang jangan malem-malem ya. Ingat waktu."

"Siyap, Pah." Senja memeluk Papanya sambil memberikan kecupan di pipi. Interaksi itu membuat Fajar tersenyum. Dia tidak pernah melakukan hal yang sama ke Papa-nya, yang hanya bekerja sebagai tukang bengkel.

Senja bergegas mengambil kunci mobil di rak kunci, kemudian bergumam, "Kita naik mobil aja gimana? Nggak masalah kan?"

"Okey nggak masalah kok."

Sambil memperhatikan Senja yang terlihat sangat cantik. Fajar mengikutinya dari belakang. Beberapa kali Senja menghentikan langkahnya untuk mengambil sesuatu. Fajar juga ikut melakukan hal yang sama. Berhenti hanya untuk melihat apa yang Senja ambil.

"Langsung keluar aja, Jar," guman Senja ketika memperhatikan Fajar ikut menghentikan langkahnya.

Dilihatnya Senja sedang mengambil masker dan botol minum yang tergeletak di meja ruang keluarga. Suasana masih terlihat sangat canggung. Beberapa kali Senja hanya melemparkan senyum ketika tatapan mereka saling bertemu.

"Bisa bawa mobil?" Senja membuka percakapan ketika langkah mereka mendekat ke arah tempat parkir. Pak Adi menghampiri meminta kunci dari tangan Senja untuk mengeluarkan mobil dari tempat parkir.

Fajar menggeleng.

"Nggak pernah bawa mobil? Katanya anak bengkel?"

"Biasanya cuman motor."

"Oh," jawab Senja saat itu. Beralih ke kursi kemudi untuk menggantikan Pak Adi.

"Mbak mau bawa mobil sendiri?" tanya Pak Adi ragu. "Kan belum punya SIM, Mbak."

"Cuman deket doang kok, Pak." Menunjuk asal jalanan di depan. "Ya kan ya, Jar."

Senja sudah duduk sebelum Fajar menanggapi perkataannya. Fajar ragu-ragu membuka kursi penumpang sebelah Senja. Meski gadis itu sudah memberikan senyuman padanya. Hingga pada akhirnya Senja dengan santai mengendarai mobil. Cara mengemudi Senja menunjukkan kalau dia memang sudah terbiasa.

Senja kembali mengarahkan pandangannya ke arah Fajar yang masih membeku di tempatnya. "Jadi ini kita makan di mana? Ini udah hampir 15 menit muter-muter nggak jelas loh."

Fajar yang menyadari kebodohannya kini tersenyum. Menepuk kepalanya bodoh. "Habis ini belok kiri. Udah deket kok. Kita makan kerak telor aja."

Tampak setuju Senja mengarahkan pandangannya ke spion untuk melihat kendaraan di belakangnya sebelum berbelok. Di saat itu tak sadar Fajar melihat hot pant Senja yang sedikit terangkat menunjukkan paha putihnya. "Yang punyanya Bang Yass itu nggak sih, Jar. Yang rame itu?"

Fajar hanya diam. Masih memperhatikan paha Senja. Pemandangan yang tidak bisa dia sia-siakan. "Kamu denger nggak sih? Lihatin apaan sih dari tadi?"

Buru-buru Fajar mengalihkan pandangannya. Nyengir bodoh. "Kamu bilang apa tadi?"

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang