SEJAK jam pelajaran berlangsung, Langit tidak bisa konsentrasi sedikitpun. Pagi tadi saat dia hendak pergi ke kelas Senja, anak-anak di kelas Senja mengatakan kalau Senja izin tidak masuk sekolah. Buat pertama kalinya Senja mengkhawatirkan orang selain dirinya. Membuat Langit kacau. Beberapa kali dia terlihat murung di kelas. Mengabaikan semua pembelajaran yang diberikan guru di depan kelasnya.
Begitu jam pelajaran berakhir, buru-buru Langit merapikan buku-buku di mejanya. Mengundang perhatian Arya saat itu juga. Karena sahabatnya itu bukan orang yang cepat meninggalkan kelas ketika anak-anak yang lain sedang membuat catatan materi. Yang kebetulan saat itu guru mata pelajaran mendadak ada tamu, membuatnya harus meninggalkan kelas.
"Boss, kok lo bisa diem aja sih. Ngebiarin Senja berduaan ama Fajar. Udah tau tuh cowok sengaja banget manfaatin situasi. Dia nggak mungkin sia-sia-in kesempatan ini buat dapetin Senja."
Semalam sepulang dari rumah sakit baik Langit dan Senja tidak mengatakan apapun. Keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlebih ketika Senja mengetahui Langit meminjam mobil Tania. Senja berpikir kalau baik Langit dan Tania masih sering berhubungan di belakangnya. Meskipun Langit sudah menjelaskan, rasanya masih tidak cukup. Al hasil keduanya pulang dalam kondisi saling diam.
"Lo beneran nggak tau, boss kalau Senja sengaja bolos hanya karna mau ke tempat Fajar?"
Langit cuman mengangguk. Selebihnya dia hanya pasrah saja. Toh itu yang diinginkan Senja. Mungkin Senja juga marah. Karena meminjam mobil Tania. Itu memang kesalahannya.
"Bener-bener ya Senja. Udah mulai berani dia main-main di belakang lo, boss." Arya terlihat sangat kesal dengan tingkah Senja. "Lo masih yakin masih mau pertahanin hubungan nggak jelas lo ama Senja, boss?"
Langit hanya bisa mengangguk.
Tanpa basa-basi lagi, Langit berdiri. Meninggalkan Arya yang masih menyalin catatan di buku tulisnya. Namun seperti biasa, seperti yang anak-anak bilang, Arya itu bagaikan lintah yang menempel terus ke Langit, seperti saat ini juga, Arya segera mengikuti Langit. Meninggalkan tas dan buku-bukunya begitu saja. Mengekori Langit.
Langit berdiri di samping motor Arya sambil melirik Arya yang masih tidak memberikan respon apapun. Arya masih tidak suka dengan keputusannya mempertahankan hubungan percintaannya. "Kunci motornya. Lo nggak usah ikut."
Sambil menggerutu Arya menyerahkan kunci motor untuk Langit. "Jangan sampe pulang-pulang motor gue ringsek." Langit hanya diam saja. Duduk di jok motor Arya tanpa basa-basi sedikitpun. "Kalau ada apa-apa langsung hubungin gue bos. Gue bakal nyusulin ke sana." Mengacungkan jempolnya. Tetapi sama sekali tidak ditanggapi oleh Langit.
Langit sekilas menoleh ke arah Arya sebelum akhirnya menghidupkan mesin motor.
"Lo udah kayak pacar yang overprotektif tau nggak."
"Hehehe." Arya menggaruk kepalanya tidak gatal. "Kalau Senja sampe macem-macem awas aja."
Langit tersenyum melihat ekspresi serius Arya, sebelum akhirnya menimpali, "Kalaupun macem-macem lo nggak bakal berani ama si Senja."
"Eh jangan salah ya Bos, gue kayak gitu tuh karna mikir aja, masa' iya sih gue maki-maki Senja. Yang ada lo dulu ngehajar gue."
"TERSERAH."
"INGET YA BOS, KALAU ADA APA-APA LANGSUNG LAPOR KE GUE. GUE BAKAL KE SANA. NO HOAX."
"Hm."
"Cuman gitu doang jawabnya?"
"Hm."
"Cuek amat, Bos."
Langit kembali menyalakan motornya. Melajukan sangat cepat meninggalkan area sekolah. Sedangkan Arya masih bengong di sana.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Dla nastolatków(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...