Chapter #34

19 3 0
                                    

"Kok bisa putus sih?"

"Dianya udah nggak mau."

"Ada masalah apa sih? Senja nggak mungkin mutusin lo kalau masalahnya nggak segawat itu."

"Hm."

"Fajar?"

"Nggak ada urusannya sama Fajar."

Arya mengaruk kepalanya karena semakin pusing.

"Terakhir kalian bertengkar kan karna Fajar. Masa' cuman begitu doang lo minta putus."

"Bukan gue yang minta putus!" tegas Langit.

"Iya Senja. Gue tau."

Arya kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Terlihat berpikir. Mencoba untuk memecahkan masalah sahabatnya itu. Sayangnya, kepalanya benar-benar buntu tidak bisa berpikir.

"Lo udah tanya ke Senja kalau dia beneran mau putus?"

"Lo bisa diem nggak sih? Kepala gue makin pusing."

"Bukannya nggak mau diem. Ini gue masih heran loh. Hubungan lo ama Senja udah lama banget. Nggak mungkin kan kalian putus cuman gara-gara masalah sepele."

"Nggak usah ikut campur masalah gue kalau lo masih mau hidup."

Seketika Arya bungkam dengan ucapan Langit.

"Gue kepergok ciuman sama Tania," guman Langit pada akhirnya mengaku.

Arya seketika langsung tersedak ketika mendengar pengakuan Langit. Dia benar-benar tidak percaya. Terlebih Langit tidak pernah menunjukkan ketertarikan nya kepada Tania.

"Nggak bohong kan?"

"Gue nggak pernah bohong ke lo."

"Nggak lah, lo kira gue percaya. Nggak mungkin lah lo tiba-tiba tergoda ama Tania. Lagipula lo bilang kan kalau tuh cewek nggak bisa dipercaya. Kenapa tiba-tiba lo ciuman ama dia? Lo lagi kesambet? Gue beneran nggak percaya."

"Gue juga bodoh waktu itu."

Arya meremas rambutnya. Ikut panik. 

"Senja minta putus karena itu. Kalau gue nggak bodoh ciuman sama Tania. Gue mungkin ada harapan buat hubungan ini." Langit benar-benar terlihat hancur. Rambut yang biasanya dia sisir rapi, kini terlihat berantakan tanpa pomade.

Arya duduk di depan Langit mendengarkan dengan sangat serius. Ini benar-benar serius.

Masih duduk sambil memegang gitarnya, Langit berkata, "Gue nggak mau putus sama Senja. Itu buat gue nggak semangat lagi."

"Lo nggak coba jelasin apa kek sama Senja?" ringis Arya. Pertama kalinya dia lihat Langit sekacau ini.

"Apa yang coba gue jelasin? Gue udah ciuman sama Tania tiga kali dengan sengaja gitu?"

Langit terlihat sangat emosi ketika mengatakannya. Berbeda dengan Arya yang malah menepuk jidat. Sekaligus syok.

"Seriusan lo? Gimana rasanya, bos?"

Dengan sangat keras Langit melemparkan pukulannya.

"Kalau pengen rasain sendiri."

"Yee emangnya Tania napsu ama gue."

"Gila lo," jawab Langit.

"Tapi selama ciuman lo nggak pegang apa-apa kan, Bos? Gue jadi bayangin yang nggak nggak nih."

"Gue khilaf."

"Tapi Bos, kalau lo ngelakuin udah tiga kali itu namanya bukan khilaf lagi, namanya napsu. Ya bener aja kalau Senja marah sih. Wajar."

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang