TIDAK banyak yang dilakukan Langit selama di sekolah. Biasanya dia yang lebih suka menghabiskan waktunya untuk berbagai kegiatan olahraga. Kini hanya duduk di pinggir lapangan sambil memperhatikan Arya bermain.
Jam pulang sekolah.
Tim basket sekolah memang sedang latihan untuk turnamen final dua hari lagi. Kadang dia berteriak memberikan arahan ke Arya mengingat permainannya hancur. Sambil menunggu Senja yang masih belum keluar dari kelas.
Suara dentuman ring basket membuat Langit merindukan suasana menjadi pemain andalan tim sekolah. Andai saja hidungnya tidak patah, sudah pasti dia akan ikut meramaikan turnamen sekolah.
"Udah lama banget?" Senja datang dengan senyum lebar. Mengambil duduk di sebelah Langit lalu mengulurkan segelas boba. "Buat kamu."
"Timnya hancur."
Senja tersenyum melihat kejengkelan di wajah Langit. "Bukan hancur, Lang, itu karna kamu pengen banget dapat jatah pegang bola."
Langit menyipitkan mata kemudian tersenyum. "Nyindir ya?"
Senja tertawa terbahak-bahak. "Gimana, udah bicara sama Fajar?"
Tidak ada tanggapan selanjutnya. Langit memilih untuk meneguk boba pemberian Senja. Membiarkan Senja ribut dengan asumsinya sendiri. Siapapun juga pasti tahu kalau dia bahkan enggan untuk minta maaf ke Fajar.
"Nggak bisa ngomongnya?" tanya Senja.
Langit menggeleng.
Tidak mau kehilangan kesempatan, Senja meraih tangan Langit menggenggamnya. "Ya udah aku temenin ya?" Hendak berdiri, Langit menariknya. Hingga membuat Senja kembali duduk di tempatnya. Wajah riang Senja berubah menjadi sendu. "Kamu nggak mau minta maaf?"
"Yang harusnya minta maaf siapa sih, Nja?"
Senja terenyak.
"Siapa yang dipukulin?" tanya Langit sedikit kesal.
"Anggap saja itu balasan waktu kamu pukul Fajar sebelum ini. Kamu belum minta maaf soal itu kan?"
Langit menggeleng tidak percaya.
"Aku mau hadiah setelah melakukannya."
Senyum Senja merekah. "Apapun."
"Kalau gitu aku mau kiss dari kamu."
Senja mengiyakan. "Oke. Tapi minta maaf dulu."
Ketika coach memberikan waktu istirahat selama latihan. Fajar duduk sambil memainkan bola basket. Sesekali terlihat sedang membasuh keringatnya dengan sapu tangan hitam. Ada Yogi juga di sana. Menjadi satu-satunya suporter dan mendadak jadi assisten Fajar. Entah apa yang dibicarakan, keduanya sama-sama tertawa.
Tawa mereka dihentikan karena kedatangan Senja dan Langit. Yogi menatap keduanya dengan sinis. Hal ini menarik magnet kedatangan Arya yang tiba-tiba berdiri di sebelah Langit. Memasang wajah membela sahabatnya itu.
"Sorry," guman Langit mengulurkan tangan untuk Fajar.
Fajar hanya bisa menoleh ke arah Yogi. Sekaligus menunjukkan muka bertanya ke arah Senja. Andai saja wajahnya bisa bertanya, Fajar sudah pasti berguman, Sorry buat apa?
"Bukan gitu kalau caranya minta maaf," tegur Senja. Apalagi melihat gaya malas-malasan Langit saat itu.
Senja menarik tangan Langit. Mendekatkan uluran tangannya semakin dekat ke Fajar dan Yogi. Dengan ini saja muka Langit terlihat sangat merah. Menahan malu. Sedangkan Arya hanya menggaruk kepala heran, kenapa juga bosnya mau melakukan perintah Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...