"BEB, dengerin aku dulu. Aku bisa jelasin semua." Langit berjongkok di depan Senja sambil menggenggam tangannya penuh perasaan. "Yang kamu lihat itu nggak seperti yang kamu pikir."
Senja menggeleng, "Aku mau sendiri. Kamu bisa nggak Lang pergi dulu?" bentak Senja sangking kesalnya. Melihat muka Langit cukup membuatnya ingin marah dan mencakar muka Langit saat itu juga.
"Aku bisa jelasin kalau kamu mau."
"Jelasin apa sih, Lang? Kamu nggak pernah tau perasaan aku gimana waktu kamu sengaja 'boncengan' sama ituh jalang." Senja menekankan kata boncengan untuk menggertak Langit. Kemudian tersenyum kecut. "Dan aku nggak nyangka aja, cowokku sendiri masuk ke perangkapnya."
"Nja, bukan gitu."
"Bukan gitu gimana?" tanya Senja kesal. "Oh kamu seneng boncengan sama dia, iya?"
"Aku minta maaf, tapi bukan berarti aku senang."
Senja tertawa sinis.
"Beb, jangan gitu dong. Aku tau aku salah. Tapi dengerin dulu penjelasanku. Kemarin itu...."
"Pergi nggak!?"
Langit menggeleng. "Aku nggak bakal pergi kalau kamu nggak maafin aku."
"GUE MAU LO PERGI, LANG!" bentak Senja. Air mata mengalir deras di wajahnya. Menyadarkan Senja akan sakitnya pengihanatan ini. "PLEASE pergi, Lang. Aku mau sendiri." Suara Senja terdengar sangat lirih dari sebelumnya. Membuat Langit mau tidak mau memilih untuk menyerah, dia berdiri meninggalkan Senja duduk sendiri di taman belakang sekolah. Hatinya benar-benar hancur melihat kekasihnya bersikap seperti ini.
Harusnya Langit tahu, apa yang dia dapatkan dengan meladeni Tania. Kemarahan Senja.
"PERGI!"
"Aku nggak mau pergi," tegas Langit.
"Atau aku yang pergi?" ancam Senja.
"Nja? Kalau kamu nggak dengerin penjelasanku dulu..."
Belum sempat Langit menyelesaikan kalimatnya Senja sudah beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Langit sendirian. Memandang punggungnya yang semakin jauh dan tak terlihat lagi. Kemarahan jelas terlihat dalam diri Senja. Bahkan setiap hentakan kakinya seakan mengatakan hal itu.
"EH Nja, mau kemana?" tanya Ranchi mengejar Senja yang saat itu berjalan cepat meninggalkan kelas. Sepertinya masih jengkel jika melihat wajah Tania yang selalu menyindir dengan mulut pedasnya itu.
"Gue males di kelas. Mau ke perpus."
"Ikut ya?" tanya Ranchi takut-takut. Dia tahu Senja masih kesal dengan semua orang yang masih membicarakannya.
"Nggak usah lah."
Ranchi memonyongkan bibir. "Lo mau ngapain emang ke sana? Ngelamunin Langit?" Sedikit kesal dengan tingkah Senja. "Sialan emang tuh anak, bukannya ngeboncengin lo, malah ngeboncengin anak sapi itu."
"Bukan salah Langit, Ranc. Gue emang nggak mau diboncengin. Gue tau Langit sibuk banget. Gue nggak mau nyusahin dia."
"Tapi bukan berarti boncengin Tania juga, yang pacarnya lo apa dia sih? Jadi sebel gue." Ranchi mengeluh. Dia benar-benar kesal dengan tingkah Langit. "Tuh anak emang sok cakep."
Senja berjalan mengabaikan Ranchi. Bahkan seperti tidak peduli dengan keberadaan Ranchi yang terus saja mengocehkan hal buruk tentang Langit. Mungkin yang dikatakan Ranchi benar, pria tampan selalu memiliki presentase besar untuk selingkuh dan kemungkinannya sangat besar.
Tak sengaja Senja berpapasan dengan Langit yang berdiri tak jauh darinya. Langit terus menatapnya tanpa mendekat. Bahkan cenderung memberikan jarak. Sedangkan Ranchi berusaha menarik tangan Senja untuk segera pergi. Rupannya Ranchi sama sekali tidak mau membuka perdebatan lagi dengan Langit. Yang bertengkar siapa, yang harus berdebat siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]
Teen Fiction(Completed) Apa jadinya kalau cintamu bertepuk sebelah tangan? Mempertahankan cinta atau merelakannya? Dapatkah Langit mempertahankan cinta Senja dikala Fajar mencoba untuk mendapatkan cinta Senja? Langsung baca ceritanya.... [END] Start: 1 Juni 2...