Chapter #04

81 9 3
                                    

SEPERTINYA tidak ada hari yang lebih indah daripada hari ini. Sekolah baru. Suasana baru di kota baru. Teman baru. Fajar Al-Farisi menggayuh sepedanya jauh lebih cepat dari biasanya. Dia cukup bersemangat untuk bersekolah di sekolah barunya setelah 2 bulan dia harus menyepi di rumah sendirian bersama dengan Om dan Tantenya.

Fajar salah satu siswa yang sangat beruntung. SMAS Ashok-Nanda menerimanya sebagai siswa beasiswa karena prestasinya di bidang olahraga terbilang cukup bagus. Terutama di bidang basket. Yap, Fajar memang pernah mendapatkan juara atas turnamen bola basket se-Jawa Timur bersama dengan tim basket sekolahnya. Saat itu Fajar menjabat sebagai kapten tim.

Bukan hanya baik bermain secara tim, Fajar juga merupakan salah seorang atlet basket provinsi yang mewakili Jawa Timur untuk kejuaraan PON basket. Menjadi atlet paling muda di skuad Jawa Timur.

Jelas saja, setelah dia pindah dari Malang. Fajar harus mendaftarkan diri untuk bersekolah di sekolah baru. Dibantu dengan Om-nya dia didaftarkan di SMAS Ashok Nanda. Hanya satu-satunya pilihan karena Om-nya sama sekali tidak memiliki cukup uang untuk mendaftar di sekolah bergengsi lain, saat itu hanya Ashok Nanda yang menawarkan beasiswa atas proposal prestasinya.

Fajar mengitari lapangan parkir yang dipenuhi dengan motor-motor keren para siswa. Dia tidak menemukan sepeda angin sepertinya. Hanya dua sampai lima saja, itupun terparkir di pojok lapangan parkir dan cukup usang.

Setelah menaruh sepeda bututnya di salah satu tempat parkir yang kebanyakan diisi oleh anak-anak yang menggunakan moge. Fajar berjalan dengan sangat percaya diri menuju ruang guru. Dia diajak berkenalan dengan teman-teman barunya di kelas IPA-1.

"Hai, Hallo. Selamat pagi." Fajar berusaha seramah mungkin ketika berkenalan dengan teman-teman barunya di kelas IPA-1. "Nama saya Fajar Al-Farisi. Kalian bisa memanggil saya Fajar. Saya berasal dari Malang dan pindahan dari SMA Negeri 3 Malang. Sekian dari saya, terima kasih atas perhatian kalian. Ada yang ditanyakan?"

Fajar mendengar tawa yang cukup kencang dari salah satu murid yang duduk di bangku nomor 2 dari belakang. Terlihat sinis dan seperti tidak suka dengan kehadirannya. Yap, itu Langit. Namun Fajar memilih untuk diam saja. Dia tidak mengubris sikap cowok itu.

"Ada yang ditanyakan, Langit?" tanya Bu Via ketika melihat Langit tertawa sinis.

Langit menoleh ke teman-temannya yang lain. "Jangan buat keributan aja sih nanti, Bu." Tawa murid-murid lain terdengar mengikuti tawa sinis Langit.

"Mohon kerja samanya," jawab Fajar.

"Baiklah. Pelajaran akan segera dimulai. Fajar, kamu duduk di sebelah Arya." Menunjuk bangku yang dimaksud.

Fajar melangkah menuju bangku paling belakang tepat di belakang meja Langit. Mengabaikan lirikan teman-temannya yang lain. Bersikap sebisanya biasa saja. Dia tidak ingin mencari musuh baru di dalam kelas ini.

****

TIDAK banyak yang bisa dilakukan Fajar ketika bel istirahat berdering. Siswa di SMA Ashok-Nanda terlihat asik dengan dunianya sendiri. Membuat kelompok-kelompok sendiri. Sebagian siswa yang memang pintar memilih untuk duduk di depan perpustakaan dengan kacamata super tebal duduk di pangkal hidungnya. Sedangkan yang berpenampilan berlagak seperti anak-anak orang kaya sok-sokan mencegat sekaligus menggoda anak cewek di lorong tangga.

Ada juga yang duduk di depan kamar mandi diam-diam menghisap rokok. Fajar hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sedikit tidak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Sangat berbeda dengan SMA nya dulu. Meskipun ada gap besar, tidak sebesar di sekolah ini.

Berjalan semakin ke dalam ke arah lapangan olahraga, Fajar melihat segerombolan anak sedang menyaksikan pertandingan basket antara anak-anak berseragam sekolah lengkap dengan anak-anak berseragam olahraga, keriuhannya semakin terasa ketika ketika suara dentum bola masuk ke dalam ring. Suara anak-anak cewek paling mendominasi.

Bittersweet : Langit, Senja dan Fajar [END-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang