Ara terduduk di atas batu besar sambil menengadah menatap langit, menunggu agar awan hitam membebaskan sang rembulan bulan dengan sempurna di sana.
Pandangan Ara sedikit teralih pada laki-laki yang hendak duduk di sampingnya.
Mata Ara tiba-tiba tersihir oleh sang pangeran. Dia memperhatikan wajah itu dari samping yang hidungnya semakin runcing saja. Dan, dia akui bahwa Pangeran Wang Wook memang tampan.
Bukan, nyatanya semua yang memerankan tokoh pangeran di drama tidak terdeteksi adanya buruk rupa oleh Ara.
Apa gue harus bersyukur untuk sekarang. Tanpa harus capek-capek, Tuhan langsung menyediakan pasangan hidup yang ganteng, kaya, dan berkedudukan tinggi untuk gue.
Serasa dijodohin sama Putra CEO, hahaha.
Batin Ara mulai aneh."Astaga. Gue ngomong apa sih?"
gumam Ara seraya memukul pelan jidatnya. Pangeran Wang Wook pun dengan siaga langsung bertanya apa dirinya baik-baik saja. Ara hanya menatap aneh laki-laki itu sebagai respon.Sepertinya sosok yang menjadi wadah untuk jiwanya ini begitu dilindungi oleh pangeran Wang Wook.
"Aku tinggal dulu sebentar," pamit sang pangeran beranjak secepat kilat.
"Eh eh, jangan per_" cegah Ara tanpa sadar. Dia segera menutup bagian tengah mulutnya dengan ujung tangan.
"Apa barusan gue takut kehilangan dia ya? "gumam Ara kemudian menekan keningnya kasar.
Astaga Ra. Belom sehari lo di sini, masa udah kepincut sama cowok yang emang bakal nyakitin lo pada akhirnya. Gak boleh! lo gak boleh suka sama dia!
Batin Ara tidak habis pikir. Dia bukan tipe gadis yang gampang bawa perasaan.Karena kesal, Ara pun mencoba trik yang sama untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi. Tentu saja, dengan cara mencubit.
"Aw!" Ara meringis akibat tingkah polah sendiri.
"Apa kau digigit semut?!" tanya Wang Wook yang tiba-tiba saja datang sembari menyambar tangan Ara.
Yang pasti Ara terkejut, namun entah mengapa gadis itu agak senang dengan tingkah sang pangeran yang begitu perhatian padanya.
"Kau tahu kenapa semut menggigit ku?" tanya Ara mendadak random.
"Itu karena kau tidak memakai kasai anti serangga," jawab Wang Wook tanpa beban, refleks dia membebaskan tangan gadis depannya.
"Salah!" ucap Ara.
Pangeran Wang Wook hanya berdeham dan dalam dirinya tidak ada sedikit pun rasa ingin tahu.
"Karena aku manis seperti gula," sambung Ara yang langsung membuat laki-laki itu tertawa, namun hanya tawa kecil tanpa sedikitpun menjatuhkan aura wibawa yang dimilikinya.
"Dari mana kau menemukan kata-kata seperti itu?!" Kali ini Ara lah yang tertawa mendengar ucapan yang mengandung rasa heran itu.
Oke! Orang jaman dulu belum kenal gombalan haram para wanita yang kayak gini! Hahaha.
Kelakar Ara membatin."Itu mudah, mm..." Ara berpikir untuk menjawabnya dengan realistis dan sesuai dengan zaman yang dia tempati.
"Lebih memperhatikan sekitar dan mengenal mereka secara dekat," ucap Ara tiba-tiba bijak.
Anak IPS. Jago ngomong kan.
Ara agak sombong. Dia sedikit berbangga diri dapat berimprovisasi seperti itu.
Pangeran Wang Wook menarik sudut bibirnya, kemudian berkata, "Kemari kan tangan mu?!"
Ara terkejut ketika kedua tangannya ditarik oleh laki-laki itu untuk kedua kali. Dia hanya menelan ludah melihat sang pangeran mengoleskan cairan ke tangannya dengan begitu telaten.
Ara merasakan jantung nya berdegup kencang, nafasnya pun hampir tersengal-sengal. Bahkan gadis itu tak menyadari bahwa wajahnya kini tengah memerah bak buah delima.
Setelah selesai, mereka langsung menarik tangan masing-masing. Ara karena kebenciannya. Sedangkan
Pangeran Wang Wook karena perasaannya yang samasekali tidak mencintai sang istri."Apa Hae So baik-baik saja?" Entah jin ifrit apa yang merasuki Ara sehingga dia bertanya demikian.
Pangeran Wang Wook menghela nafas. Sedari tadi dirinya berbohong kepada istrinya. Tapi kini tidak, dia pun berterus terang,"Sepertinya Hae So mengalami hilang ingatan."
(Di episode pertama)
Pangeran Wang Wook membantu untuk menenangkan Hae So. Dimana cinta mereka mulai bersemi. Ara ingat adegan itu.
"Apa kau memegang tangannya?" tanya Ara ingin memastikan kebenaran adegan itu.
"Apa kau cemburu?"
Deg!
Ap-apaan siapa yang cemburu?! Gue hanya ingin kepastian dari adegan itu! Ge-er banget sih!
Jujur, Ara kesal. Dia tersinggung, dirinya samasekali tidak cemburu jika hal itu terjadi.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau memperlakukan sepupu ku dengan baik," ucap Ara tidak ada pilihan lain karena gengsi.
"Baguslah jika seperti itu." Mulut Ara sedikit terbuka mendengar jawaban dari sang pangeran. Tak lama dia menutup kembali sambil menyunggingkan senyuman.
"Wow! Bulan nya hampir kelihatan semua," ucap Ara takjub melihat ke atas, laki-laki itu pun sama.
"Di film film, kalau ada pemandangan seperti itu artinya bakal ada serigala yang mengaum."
Pangeran Wang Wook berdeham,"Apa? serigala?" tanyanya memastikan, tanpa sadar enam kata terakhir itu tidak terdengar dengan jelas olehnya. Namun, untuk kesekian kalinya dia tidak peduli.
Ara mengangguk kecil, mengiyakan pernyataannya barusan.
"Jika itu terjadi kau akan takut?" tantang Pangeran Wan Wook.
Ara menyunggingkan senyumnya dan berkata dengan penuh keberanian,"Tentu saja tidak!"
"Karena itu hanya di film, bahkan di kartun," lanjutnya berbisik kepada diri sendiri. Ara berdeham sembari menegakkan tubuhnya kembali, berlagak sombong.
Tiba-tiba terdengar suara. Srek Srek Srek!
"AAA!" jerit Ara yang tanpa sadar memeluk laki-laki disampingnya karena takut.
Perlahan Ara mengangkat kepala ke atas, menatap Pangeran Wang Wook yang tengah juga memperhatikannya juga. Jika saja laki-laki itu menahan tawa, pasti Ara akan mencabut hidungnya, namun itu diluar dugaan.
Pangeran Wang Wook melepaskan pandangannya dan beralih menyelimuti tubuh Ara tanpa melepas pelukan.
"Kau harus tetap hangat."
Ara hanya membeku. Waktu terasa berhenti saat ini juga hingga dirinya seperti benar-benar kesulitan untuk bernafas.
Perasaan apa ini?!
***
Btw, jangan lupa vote dan komen nya buat yang suka❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...