Hai, sudah lama tidak bertemu Readers 🙈
Happy Reading, ya✨
***
Para pangeran yang tidak punya masalah dengan Ara datang untuk menjenguk Ara. Kehadiran Pangeran Wang Wook kala itu cukup membantu kepala Ara agar tidak sakit ketika menyaksikan tingkah kebanyakan pangeran yang berlebihan.
Meskipun Ara putri tertua, namun kebanyakan umur para pangeran ada di atas Ara atau pun sebaya.
Pernikahan Raja Tae Jo dengan para istrinya memiliki jarak yang tidak terlalu jauh, kecuali mendiang ratu Ehwa, ibu Pangeran Wang Mu dan Ratu Yoo. Mereka berdua dinikahi Raja Tae Jo sebelum Kerajaan Goryeo berdiri.
Secara keseluruhan putri raja, Ara adalah yang tertua, namun dari semua anak Ratu Yoo, Ara adalah anak sebelum terakhir, sebelum Heunbang. Jarak keduanya pun tidak jauh, hanya terpaut dua tahun.
Ara menghirup udara segar di pagi hari, kemudian tersenyum lebar sembari menatap danau tanpa riak yang ada di depan.
"Sudah cukup menikmati tempat ini," gumam Ara yang sekarang berada gazebo istana utama.
"Anda ingin pindah tempat Yang Mulia?" tanya Dayang Im yang mendengar suara pelan Ara.
Tidak peduli dengan perkataan itu, Ara mengalihkan mengalihkan pandangannya ke arah Dayang Im.
"Yang Mulia perlu sesuatu?" Dayang Im siap sedia untuk menjalankan perintah dari sang putri.
Ara mengulas senyum manis. Dayang nya itu sangat peka juga ternyata.
"Cari tahu tentang keadaan Hae So!"
Wajah sang dayang tiba-tiba terlihat tidak enak di mata Ara. Ara mendesis kesal.
"Sekarang!" perintah Ara tak terbantahkan. Dia melipat kedua tangan di depan dada, menatap tajam sang dayang yang tengah gugup karena ragu untuk mengutarakan pendapat.
"Saya rasa anda tidak perlu–"
"Sekarang atau aku pecat!" ucap Ara setengah membentak.
Secepat kilat, meskipun sebenarnya enggan, Dayang Im pergi dari hadapan Ara sambil membatin,"Kenapa Putri harus mengurus sepupunya yang merepotkan itu?"
"Baiklah, mungkin karena dia terlalu baik," lanjut batin sang dayang.
***
Sembari menunggu Dayang Im menyelesaikan tugas, Ara menikmati banyak hidangan di gazebo yang sama. Dia belum pindah tempat. Lagipula itu adalah gazebo terindah di Goryeo, yang biasa di kunjungi oleh para putra putri raja, bahkan raja Goryeo itu sendiri.
Beruntung hari itu tidak ada yang berkunjung. Terlihat ada beberapa putri yang ingin berkunjung, tapi mereka segera balik arah begitu melihat kehadiran Ara di sana, atau ada juga yang menawarkan diri untuk menemani, tapi ditolak oleh Ara.
Bukan Ara sombong. Tapi hari ini Ara ingin me time. Makan enak dengan tenang sambil melihat pemandangan yang mengagumkan di depan.
"Wah wah wah," seru Ara tiba-tiba dan menutup wajahnya dengan sumpit, membuat para pelayan kaget sekaligus khawatir.
"Ada apa Yang Mulia?" tanya salah satu pelayan Ara.
"Anjrit, benar, kan?! Dia pasti ke sini?!" umpat Ara, kemudian meletakan sumpit nya setengah kasar ke atas piring yang masih meninggalkan beberapa irisan daging sapi panggang.
"Guys! Kita pulang!" perintah Ara setelah berdiri dan merapikan hanbok nya.
Para pelayan saling berpandangan sebentar sebelum mengangguk dan mengikuti langkah Ara menuju anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...