Sudah lima hari berlalu, bukannya membaik, Ara merasa kesehatannya semakin buruk saja. Tubuhnya sangat lemas.
Ara melihat pantulan wajah nya di cermin kecil. Wajah cantik itu semakin pucat, persis seperti di drama. Ara meletakan telapak tangan di atas dahinya, terasa hangat.
Tak lama Ara merasakan sesuatu mengalir di bawah hidungnya. Ara mimisan. Darah kental yang baru saja keluar Ara seka dengan lembut. Untuk menyekanya dengan kasar, bukan tidak mau, hanya saja Ara tidak punya tenaga.
Apa gue akan berubah jadi tokoh menye-menye setelah ini?!
Ara melihat ke luar jendela. Ara mengeratkan selimut yang mengukung tubuh nya. Udara di luar semakin dingin. Ara tersenyum kecut. Segera jendela itu ditutup rapat olehnya, kembali menyenderkan punggungnya ke sandaran tempat tidur.
Tak lama seseorang yang sedari tadi ditunggu oleh Ara pun datang bersama sang tabib pribadi, Tabib Ju.
Pangeran Wang Wook mempersilahkan Tabib Ju untuk memeriksa kondisi tubuh Ara.
"Sepertinya ikan mas yang dimakan oleh Lady Hae itu sangat berpengaruh Yang Mulia. Saya sarankan Anda untuk lebih menjaga pola makan."
"Istri ku selalu menjaga pola makan nya, aku sendiri yang selalu memastikannya." Pangeran Wang Wook menanggapi ucapan sang tabib.
Tabib Ju menggeleng dengan ayal. "Tunggu saja sampai lima hari. Jika Lady semakin memburuk, saya akan memberikan ramuan alternatif untuk menjadi pendamping ramuan yang Ratu Yoo kirimkan sebulan sekali."
Pangeran mengangguk kecil, setuju. Wajah Ara tampak seperti orang yang butuh istirahat, alias lemah dan menyedihkan, sangat tidak bertenaga. Melihat itu, Pangeran Wang Wook pun langsung membawa Tabib Ju keluar.
Ara kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya serba salah. Jika berbaring, Ara sakit kepala karena terlalu sering pada posisi itu. Jika duduk, rasanya Ara ingin jatuh kebawah seperti orang pingsan.
Ara pun bangkit, dan memilih untuk menyenderkan punggungnya saja, sambil memeluk bantal dan melihat ke luar jendela, lagi.
"Aku ingin ke luar," pinta Ara
"Di luar dingin. Itu tidak baik untuk kesehatan mu."
"Tapi.... Aku merasa bosan hanya duduk dan tidur saja. Aku ingin menenangkan pikiran ku."
Di kamar terus membuat otak Ara terasa butek. Ara butuh pemandangan yang menyegarkan.
"Tapi sebentar." Pangeran Wang Wook pun tidak jadi membuka pakaian nya.
Ara segera berdiri dan berjalan menuju lemari, membawa mantel tebal dari sana. Ara tahu diri jika tidak seperti itu, mungkin dia bisa saja mati kedinginan di luar.
Tiba di teras rumah, Ara menghentikan langkahnya. Pangeran Wang Wook otomatis melakukan hal yang sama. Laki-laki itu menatap Ara seolah bertanya, "Ada apa? Kenapa berhenti?"
"Gendong!" ucap Ara manja, sok manja dan kedengaran nya malah menyebalkan di telinga.
Ya, sekarang Ara menjadi perempuan menye-menye dan manja-manja.
"Kenapa?! Ada yang salah dengan permintaan ku?" tanya Ara karena mendapat tatapan datar itu.
"Baiklah-baiklah."
Terserah!
Ara berdecih pelan sebelum melanjutkan langkahnya, menuruni tangga dengan wajah yang ditekuk.
Bukannya membujuk, malah masang muka santuy, kayak yang gak punya dosa!
Ara melihat Pangeran Wang Wook berjalan santai di samping nya. Tak lama Ara merasakan tangan nya tersentuh, yang kemudian tergenggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...