Enjoy the story 💙
***
Bukan nya mendapat penjelasan, Ara malah mendapat tawaran. Sialan. Tawaran itu terlalu menggiurkan untuk ditolak oleh nya.
"Jadi, apa hal terakhir yang kau inginkan, setelah semua hal buruk terjadi pada mu?" tanya Raja Tae Jo dengan wajah datarnya, tanpa memberikan ekspresi wajah belas kasih setelah mendengar penjelasan Ara mengenai kehidupan Lady Hae Ji yang selama tiga tahun dimanipulasi, bahkan hampir terbunuh oleh sang ratu.
Ratu Yoo mendelik tajam dari bawah, setelah dia di pinta untuk bersimpuh di depan Ara.
Ara puas. Tentu saja. Bukan hanya permintaan maaf itu, sekarang Ara mendapatkan posisi sentral sebagai seorang putri, yakni Yang Mulia Putri Utama, paviliun paling mewah dengan segala perhiasan dunia yang didalamnya, dayang dan pelayan yang banyak.
Pada akhirnya, Ara kembali kaya raya seperti semula. Tapi ujian di dunia tentang dirinya yang tidak bahagia, masih menyertai. Tidak tahu jika besok, atau sore nanti, apakah situasi akan berubah atau tidak.
Ara mengangkat kepalanya dengan penuh percaya diri, bersiap-siap untuk mengatakan hal yang paling penting dari semua permintaannya.
"Aku ingin bercerai dengan Pangeran Wang Wook."
Sontak pernyataan itu membuat semua orang yang ada di situ melebarkan mata, kecuali Ratu Yoo.
Perempuan berkedudukan ratu mencetak senyum tipis tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitar.
"Ap-apa kau yakin?" tanya Raja Tae Jo. Baru kali itu Ara menyaksikan sang raja memasang ekspresi. Meskipun tidak seberapa, namun raut wajah keterkejutan itu cukup transparan di mata Ara.
Ara mengangguk kecil sambil tersenyum tipis, membayangkan hidup nya akan baik-baik saja. Terutama terlepas dari kukungan mertua jahat dan Pangeran Wang Wook, juga Hae So.
Ara tidak ingin terlibat dalam naskah yang berakhir buruk itu, yang dia yakini bahwa akan berakibat buruk bagi hidupnya jika Ara terjun ke dalamnya.
Tanpa Ara sadari bahwa ada seorang tersisa memandanginya, dengan alis yang sedikit turun dan ekspresi yang entah mengapa sulit dibaca, bahkan oleh penulis nya sendiri.
Ekspresi yang kalut dan rumit.
Raja Tae Jo menghela nafas ringan, tapi setiap hembusan nya mengandung beban berat.
"Baiklah. Jika itu bisa membayar semua penderitaan mu."
"Itu bayaran yang impas Yang Mulia." Ara tersenyum lebar dan membungkuk hormat.
"Panggil aku Ayahanda. Meskipun kau tau dibesarkan oleh ku, tapi kau tetap anak ku," ujar Raja Tae sebelum memalingkan wajah sejenak, entah apa yang dia pikirkan. Rasanya kehadiran putri hilang yang tiba-tiba, sama seperti dengan kehadiran putra terbuang yang tiba-tiba.
Tidak mengenakan, tapi mereka memiliki hak, dan sebagai raja yang baik, Raja Tae Jo tidak bisa berkutik. Karena itu masalah hak. Hak adalah sesuatu yang wajib diterima.
Berbeda dengan sang raja, entah mengapa Ara merasa sangat senang. Hatinya berbunga-bunga. Inikah rasanya cinta pertama yang katanya datang dari sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...