Petunjuk

2.2K 257 2
                                    

Di tengah perjalanan, langkah Ara terhenti. Siluet adegan dimana leher Hae So di sayat oleh orang jahat menyapa isi kepala Ara secara tiba-tiba. Ada Pangeran Wang Wook dan Pangeran Wang So di sana.

Jika kepala gadis itu tidak sakit, pasti bibirnya akan menyeringai kecil kemudian bergumam,"Cinta segitiga dimulai."

Ara memijat kecil keningnya. "Astaga, gue udah nonton drama itu. Tapi kenapa gue terus diberitahu oleh siluet sial*n ini." Ternyata umpatan lah yang keluar dari mulut Ara.

"Eh bentar-bentar. Itu kan pas Upacara Pengusir hantu itu?!" Rasa sakit itu bukan apa-apanya lagi sekarang. Otak cerdas Ara berkata bahwa ada hal yang dirasa lebih penting dan lebih berguna untuk diperhatikan daripada rasa sakitnya itu.

Ara pun memutuskan untuk duduk dulu di atas batu sedang yang berada di sekitar, kemudian mengambil batang kayu tipis dan mengguratkan sesuatu di tanah.

"Di upacara pengusir setan itu, para pangeran duduk dekat persembahan upacara. Mmm, tiba-tiba seseorang berbaju hitam menyerang Putra mahkota dan Pangeran Wang So yang menyelamatkannya. Yang sad nya adalah Raja malah khawatir dengan kondisi Putra Mahkota yang sehat wal'afiyat."

Lama-kelamaan rasa sakit kepala Ara menghilang, fokusnya pun lebih bisa dikendalikan dengan baik.

Tubuh Ara yang sedikit membungkuk tegak kembali. Pemandangan udara yang tidak berwarna di didepan diharapkan bisa memberikan pencerahan bagi Ara.

"Eh bentar. Si Pangeran ketiga, yang namanya siapa itu?! Ah tau ah gue lupa."

Ara membungkukan setengah badannya kembali, menggerakkan ranting kayu itu ke sana ke mari seraya berkata,"Pangeran kedua ikut andil dalam upacara pengusir itu, mengenakan topeng untuk menghilangkan jejak bahwa dia dalang dari aksi penyerangan putra mahkota." Kalimat terakhir tersamarkan, Ara bengong sejenak.

Sejenak mulut gadis itu terbuka, kemudian menelan ludah sebentar, lalu melanjutkan cerita dari drama itu.

"Dan Hae So menemukan gerombolan penjahat bersama pangeran ketiga. Dia laporan ke Wang So yang kebetulan ada di sekitar sana juga. Pas Wang So periksa tempat itu, ternyata gak ada apa-apa. Si Hae So pun hampir digorok lehernya oleh Wang So karena Wang So merasa dibohongi." Sebenarnya Ara tidak ingin melanjutkan cerita, tapi apalah daya, takut otaknya malah berhenti berpikir.

"Setelah itu datanglah Pangeran Wang Wook, dia menyelamatkan Hae So dari cengkeraman Wang So," lanjut Ara dengan nada yang malas ketika menyebut nama 'Wang Wook'

Ara memperhatikan lukisan dan coretan abstrak hasil karyanya seraya berpikir. Sial, kepalanya sakit kembali. Karena tidak terlalu sakit, Ara pun bisa menahan itu.

Sejenak Ara melingkari hal-hal yang dirasa penting sebelum berpikir kembali.

"Oke. Jika aja si dalang itu ketangkep lebih awal. Mungkin,drama ini alurnya akan berubah, atau engga bakal lebih cepat tamat. Itu artinya gue bisa loncat episode. Jadi, episode dimana gue dead bisa dilewati." Tak lama perempuan itu menyeringai kecil, bangga dengan hasil pemikirannya, cukup brilian.

Ara memejamkan mata dengan kuat, mencoba mengingat alur cerita drama secara keseluruhan. Sebuah erangan kecil terdengar sesaat setelah Ara berpikir keras.

Terasa semakin banyak adegan yang ingin di ingat, semakin besar rasa sakit yang di rasakan, pikir Ara.

"Aduh, sakit banget." Tak mampu menahan diri lagi, tubuh Ara pun terhuyung, bahkan nyaris terjatuh ke bawah. Seseorang yang entah darimana muncul berhasil menahan tubuh Ara.

***

"Lady, lady!!! Apa yang terjadi pada Lady Yang Mulia?" cemas Dayang Cha.

Mengabaikan dayang itu yang berteriak, Baek Ah tidak dulu membuka suara, fokus untuk cepat-cepat masuk ke kamar agar perempuan yang tengah tak sadarkan diri dipangkuannya itu segera dibaringkan olehnya.

Dayang Cha yang mengikuti langkah Baek Ah. Ketika tangannya hendak merubah posisi bantal untuk menumpu kepala sang nyonya, Baek Ah mencegahnya.

"Biar aku saja. Kau cepat panggilkan tabib!"

Mendengar perintah itu, Dayang Cha langsung berkata,"Baik Yang Mulia." Buru-buru dia keluar kamar.

Pangeran Baek Ah memandangi wajah pucat Ara bersama perasaan yang khawatir. Tangannya bergerak untuk membenarkan posisi tubuh Ara agar nampak nyaman.

"Ada apa denganmu?" Pertanyaan yang selalu di berikan oleh Pangeran Baek Ah kepada Lady Hae Ji dari dulu. Namun perempuan itu selalu bungkam, tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan kata-kata, malah membalasnya dengan senyuman.

Pangeran Baek Ah samasekali tidak mengerti.

Pangeran Baek Ah mengepalkan tangannya kuat. Hatinya bergejolak, marah terhadap sosok bernama Wang Wook.

Kenapa perempuan yang dicintainya itu tidak terurus oleh laki-laki itu? Pingsan di tempat sembarangan.

Harusnya laki-laki yang menjadi salah satu kakaknya itu lebih memperhatikan Hae Ji, karena Pangeran Baek Ah tahu, Hae Ji bukan seperti seorang putri yang dimanja oleh raja dan ratu, meskipun Hae Ji adalah menantu mereka.

Pernikahan Lady Hae Ji dan Pangeran Wang Wook tak lebih dari untuk memperkuat hubungan dengan klan Hae dengan kerajaan, agar tidak menimbulkan penghianatan dan perpecahan di kerajaan dalam.

Kedatangan tabib membuat emosinya kepada Pangeran Wang Wook menurun. Setelah tabib memberikan penghormatan pada sang pangeran yang berada di sana. Laki-laki paruh baya itu pun segera memeriksa kondisi perempuan yang kini tengah terbaring sempurna di tempat tidur.

Setelah menyentuh bagian-bagian tertentu di tubuh Ara, tabib menuturkan,"Yang Mulia terlalu banyak pikiran. Tekanan darah nya pun naik. Jika terus seperti ini, ditakutkan aliran darahnya tersumbat, dan itu sangat berbahaya,"

Sang tabib kemudian mengambil ramuan yang biasa sang lady konsumsi setelah pingsan.

Ya, di drama memang sosok Lady Hae Ji sering kebagian sence tidak sadarkan diri.

Sebenarnya Pangeran Baek Ah berkeinginan untuk menemani Lady Hae Ji a.k.a Ara hingga siuman, namun ucapan sang kakak tempo hari membuatnya urung.

Lagi, Jika Pangeran Baek Ah berlama-lama, apalagi hingga larut malam, ditakutkan seseorang menuduhnya dan Lady Hae Ji yang tidak-tidak. Dan jika itu terjadi ditakutkan olehnya adalah jika sang kakak mengultimatum nya untuk menjauhi Hae Ji, tidak bisa menemui perempuan itu samasekali.

Matahari belum terbenam, Baek Ah masih berdiam diri, terduduk di atas kursi di samping tempat tidur Ara. Dengan hati-hati tangannya terulur, menggenggam longgar tangan Ara, tanpa mengelus bahkan menciumnya meski ingin.

Rasa kesal sang pengeran yang setia menunggui Ara itu semakin memuncak. Dengan tidak melepaskan genggamannya secara kasar dari tangan Ara, Pangeran Baek Ah bangkit.

Laki-laki itu memutuskan untuk pergi menemui Pangeran Wang Wook setelah menyuruh dayang rumah untuk menjaga Lady Hae Ji untuk sementara. Dia akan meminta sang kakak untuk menemani perempuan itu serta lebih memperhatikannya. Namun poin dua dan tiga, apakah dia berani?

Tentu saja Pangeran Baek Ah berani, yang terpenting hal tersebut tidak membuat hubungan antara dirinya dan Pangeran Wang Wook menjadi buruk. Jadi, pengendalian emosi sangat penting sekarang.

***
Bakal betumbuk gak ya?!🙈

Jangan lupa Voment ya Zeyeng-zeyeng kuh ❤️

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang