Ara terbangun dari tidurnya. Semalam dia memimpikan Lady Hae Ji. Ara yakin itu bukan sekedar mimpi.
Ingatan Lady Hae, dan drama itu.
Ternyata penyebab kematian Lady Hae Ji adalah Pangeran Wang Wook, maksudnya cinta sang lady pada Pangeran Wang Wook.
Sayang, ketulusan Lady Hae Ji dimanfaatkan oleh kematian. Perempuan itu terlalu bodoh, ah bukan-bukan, nyatanya ia tidak beruntung. Faktanya Ara memakan daging pantangan pun tidak berdampak buruk, justru sebaliknya, berdampak baik bagi tubuh nya.
Apa mungkin itu alasan mengapa jiwa Ara masuk ke dalam tubuh Lady Hae Ji? Untuk ketulusannya yang belum terbayar oleh sang pemilik takdir?
Jika begitu, artinya pemilik tubuh ini bisa mengubah takdirnya. Bolehkah Ara mengharapkan hal itu?
Ara mengharapkannya sambil memperlihatkan wajah yang berkaca-kaca, seolah membujuk pemilik semesta.
Saat Ara hendak mengangkat tangannya untuk memegang kepala, ia kesulitan bergerak karena tubuhnya terkukung.
Oleh siapa? Setelah mendongkak Ara melihat rahang tegas laki-laki yang tidak asing baginya, Pangeran Wang Wook.
Ara mengalihkan perhatian nya ke depan, sebelum memutar bola matanya ke sekitar tanpa bergerak menangkap cahaya seadanya.
Dilihatnya pakaian dalam Pangeran Wang Wook yang berwarna putih dan tangan laki-laki itu yang melingkar di pinggang nya.
Meskipun dirinya sendiri minta Pangeran Wang Wook tidak pergi. Tapi sesungguhnya Ara tidak mengharapkan kondisi ini.
Ara ikut menelan ludah menyaksikan jakun itu naik turun dan sang empu membuat pergerakan sedikit, nampak mencari posisi ternyaman.
Tolong, Ara ingin tetap waras. Wajahnya sudah memerah seperti dalam buah jambu biji.
Tak lama Ara merasakan pelukan yang semakin diperketat, dan kecupan ringkas di puncak kepalanya.
Pantes di akhir dia bakal nangis setelah istrinya mati.
Ara tidak mengurungkan niatnya menepuk-nepuk pipi itu, meskipun gugup bersama degupan jantungnya melebihi batas normal. Karena tiba-tiba merasa lemas lagi, tepukkan nya bukan apa-apa bagi kulit Pangeran Wang Wook.
"Hei bangun!" lirih Ara kerena posisi sekarang membuatnya hampir gila.
Bukannya terbangun, Ara malah mendapat tindihan di kakinya. Ara memejamkan mata, merasakan kehangatan di area muka.
Pangeran ini memang gila!
Karena ingin tetap waras, dengan segenap kekuatan yang telah kembali, Ara pun keluar berusaha dari dekapan itu.
Pergerakan Ara yang cukup brutal membuat Pangeran Wang Wook membuka mata pada akhirnya. Sejenak mata sadar Ara bertemu dengannya.
Dia menyeringai kecil, namun tidak tampak jahat. "Rupanya sudah terbangun."
Ara hanya ternganga melihat laki-laki itu melepaskan pelukan dan bangun dengan wajah tanpa dosa. Dia pun ikut bangun.
"Jangan salah faham. Kau sendiri yang tidurnya tidak beraturan, membuat aku tidak bisa tidur," ucap Pangeran Wang Wook cepat, sambil memperbaiki pakaiannya yang sedikit terbuka.
Sudah seperti apa saja, padahal mereka berdua murni hanya tidur.
Ara menelan ludah sejenak sebelum memperlihatkan wajah songong nya.
"Memang aku peduli?! Bukankah kau selalu melakukan apa yang kau inginkan, karena di depan mata mu aku tidak lebih dari pengemis?" Ara memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...