Happy Reading 💞
***
Pangeran Wang Wook membuka pintu ruang kerja nya dengan perasaan hampa. Berkali-kali ia meminta, berkali-kali juga Ara menolak. Rasanya hal tepat yang harus dilakukannya sekarang adalah menyerah.
Karena apa? Karena perempuan itu ternyata sudah tidak mencintainya dan kini tengah mencintai orang lain.
Pandangan Pangeran Wang Wook tiba-tiba meremang. Setelah diperiksa olehnya dengan tangan. Ada sedikit air mata di sana.
Pangeran Wang Wook tersenyum getir. Apa dirinya sudah gila? Menangis hanya karena ditinggal oleh seorang perempuan penyakitan dan tidak bisa memiliki anak.
Bertahun-tahun dirinya mencoba untuk melupakan perasaan nya pada sang istri. Tapi tetap saja ada, bahkan sosok Hae So yang menarik pun tidak mampu.
Pangeran Wang Wook pun masuk ke dalam, berjalan menuju meja kerjanya yang dikelilingi dengan rak yang berisi banyak buku.
Tubuh Pangeran Wang Wook terjatuh. Dia tidak tahu dan tidak mengerti dengan perasaan yang berlebihan seperti ini.
Pangeran Wang Wook menangis, menangis sejadi-jadinya sambil menunduk, seperti anak kecil. Suara kecil itu menggambarkan kesengsaraan dan penyesalan yang amat sangat.
Hingga suara dari pintu terbuka pun tidak disadari oleh sang pangeran. Hae So masuk. Perempuan itu berjalan dengan lambat, merasa ragu untuk mendekati sang pangeran yang tampak menyedihkan.
Namun pada Hae So pun tiba di sana, hingga akhirnya keberadaannya disadari oleh Pangeran Wang Wook. Mereka berdua saling berpandangan dalam waktu yang tidak lama.
Bukan nya berhenti menangis, justru Pangeran Wang Wook tangisan itu terdengar lebih menyakitkan dan menyesakkan, hingga Hae So pun bisa merasakannya.
"Aku sadar bahwa ternyata itu adalah perasaan cinta," lirih Pangeran Wang Wook.
"Aku ternyata masih mencintainya. Aku mencintai nya. Itu adalah perasaan ku padanya. Aku mencintai nya, Hae So," lanjut Pangeran Wang Wook penuh penekanan, seakan pernyataan itu tidak bisa dibantah oleh siapapun. Hatinya semakin menyakitkan menyadari hal tersebut.
Hae So menunduk sebentar. Ada perasaan cemburu dihatinya. Hae So tidak berbohong jika dirinya cinta dengan Pangeran Wang Wook. Namun, di sisi lain dia pun tidak ingin melihat rumah tangga sepupunya karenanya.
Hae So menyentuh pundak Pangeran Wang Wook, mengelus-elus nya pelan. Berharap itu bisa sedikit nya membantu perasaan sang pangeran yang tidak baik-baik saja.
"Jika masih ada kesempatan, Yang Mulia bisa berusaha untuk meyakinkan Yang Mulia Putri kembali," ucap Hae So.
Rasa sakit hati sang pangeran semakin besar setelah mendengar ucapan itu, mengingat kenyataan dirinya sudah tidak memiliki kesempatan.
Hae So memandangi kepala Pangeran Wang Wook yang tertunduk.
Hae So cinta dengan laki-laki itu. Tapi dirinya tidak ingin memaksakan diri untuk mendapat balasan sang pangeran. Dia harus belajar untuk tahu diri akan perasaan Pangeran Wang Wook yang bukan untuk nya.
Lagipula siapa Hae So? Meskipun dia adalah bangsawan. Namun kedudukan itu tidak berbanding dengan Pangeran Wang Wook yang seorang pangeran.
Sementara di luar, tanpa diketahui oleh Hae So maupun Pangeran Wang Wook, mengintip dari balik jendela.
Ara ke kediaman Pangeran Wang Wook hanya untuk memastikan adegan penyesalan Pangeran Wang Wook karena kehilangan Hae Ji itu ada, bedanya di drama Hae Ji meninggal dunia, sementara cerita yang sekarang Ara lakoni Hae Ji tetap hidup, hanya statusnya sebagai istri Pangeran Wang Wook terancam menghilang, dan sepertinya akan benar-benar menghilang karena Ara sudah menerima lamaran dari Baek Ah.
Tentu saja Pangeran Baek Ah tidak berdiam diri setelah Ara memutuskan untuk bercerai dengan Pangeran Wang Wook. Ara pun pada saat itu menyakinkan diri sendiri bahwa Baek Ah adalah laki-laki terbaik untuk nya di masa depan, hingga membuat nya mengambil keputusan untuk menerima lamaran Baek Ah yang diterima melalui Ibu Shimyeong, Ibu Baek Ah.
Namun setelah melihat keadaan Pangeran Wang Wook ketika menghadapi situasi sekarang, terbesit penyesalan dari Ara karena tidak menerima Pangeran Wang Wook kembali.
Tangan Ara mengepal. Ara berusaha untuk tidak goyah karena kedekatan Pangeran Wang Wook dan Hae So tidak ada berhenti di masa depan.
Ara tidak mau mengambil resiko besar, meninggalkan kesempatan yang lebih baik yang ada di depan mata.
"Maafkan aku," ucap Ara pelan pada perasaan sosok yang mendiami jiwanya. Ara menunduk sejenak.
"Dia pantas mendapatkan nya."
***
Ara yang akan menjadi pemain utama pesta penyambutan kedatangan Putra dan Putri Raja hari ini telah selesai di make up. Ara menggunakan gaun yang lebih mewah, sementara rambutnya disanggul karena terikat dengan status pernikahan.
Di sana secara resmi akan di urai kembali, menandakan bahwa dirinya berstatus lajang. Raja Tae Jo pun akan mengumumkan alasan yang masuk akal, yang nantinya akan diterima oleh para bangsawan. Hal itu dilakukan agar tidak ada rumor buruk yang menimpa pada Pangeran Wang Wook, maupun Ara sendiri.
"Anda sangat menawan Yang Mulia Putri," ucap Dayang pribadi Ara, Dayang Im.
Ara tersenyum tipis. Sejujurnya Ara tidak begitu bersemangat hari ini. Meskipun sudah terlepas dari jerat Pangeran Wang Wook. Tapi Ara belum merasa betah tinggal di istana, bukan karena fasilitas yang disediakan. Hawa dan aura yang menjadi masalahnya.
Ara teringat kalimat yang pernah dikatakan Pangeran Wang So di drama, "Istana tempat yang sulit dimasuki, dan bagi orang yang sudah masuk, sulit untuk keluar lagi."
Bagaimana jika Ara ingin keluar? Itu pasti akan menyusahkan karena status Ara sekarang adalah bukan sembarang orang.
Apalagi dengan segala macam tatakrama dan sikap yang harus mencerminkan seorang putri turut menjadi ujian Ara di masa depan. Dia harus sedikit berakting.
Di tengah kesibukan para desainer pakaian dan perias mulai sibuk merapikan tampilan nya. Seorang pelayan yang berjaga di luar kamar memohon agar dapat masuk ke dalam.
Sebelum menemui pelayan itu, Dayang Im mengintruksikan kepada para perias untuk memperhatikan detail tampilan sang putri. Ara sudah kepala Ara sudah pegal.
Diwaktu yang sama, setelah Dayang Im kembali, tampilan Ara sudah sempurna.
"Yang Mulia Putri, Yang Mulia Pangeran Wang So ingin bertemu."
Ara membuka celah bibirnya. Matanya sedikit melebar karena kaget. Ara tidak berencana untuk dekat dengan Pangeran Wang So.
Sementara yang lainnya wajah mereka memucat, mendengar nama pangeran Wang So seperti malapetaka.
Ara menarik nafas pelan-pelan agar lebih tenang. Lagipula di drama Pangeran Wang So sebenarnya orang baik, hanya tampilan saja yang menipu. Namun karena laki-laki itu pernah membantai para penjahat berkedok biksu, Ara jadi merinding sendiri.
Ara mengulas senyum tipis dan manis.
"Pinta dia untuk masuk saja," balas Ara dengan tenang.
***
Thanks yang masih stay baca:)
Jangan lupa Voment ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...