Halo Readers ❤️
Happy Reading 💞***
"Bagaimana jika Yang Mulia Pangeran berkunjung Lady?!"
"Tidak mungkin, laki-laki itu hanya berkunjung saat aku sakit saja,' balas Ara yang sudah selesai menerapkan sepatu nya.
"Nah. Jika pun ada, bilang saja aku jalan-jalan bersama pelayan ku," tambah Ara. Dayang Cha menghela nafas lega. Akhirnya majikannya itu tidak keluar sendirian lagi.
Setelah sampai di tengah jalan Ara menyuruh pelayan yang mengikutinya itu untuk pulang dan menutup mulut. Tentu saja hal tersebut mudah bagi Ara.
"Aku akan pergi bersama Pangeran Gwanju, jadi kau jangan khawatir dan tetap tutup mulut mu rapat-rapat ya." Ara tersenyum manis setelahnya, berusaha untuk menghilangkan kecemasan pada sang pelayan.
Ara tidak berbohong jika semua pekerja di rumahnya baik-baik.
"Baiklah. Hati-hati, Lady Hae," ucap pelayan itu lemah sambil membungkuk pada Ara.
"Beristirahat dan bersenang-senang lah di rumah." Ara berteriak ketika pelayan tersebut menyempatkan diri untuk menoleh ke arah nya.
Beberapa puluh langkah kaki Ara lalui, Pangeran Gwanju muncul dari balik pohon sengaja membuat Ara kaget.
Meskipun Pangeran Gwanju bukan Pangeran Bungsu, tapi kelakuannya seperti anak kecil, maklum umurnya masih lima belas tahun, masih masa puber.
Tapi hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk dia punya kakak yang banyak, jadi merasa muda terus dan dianggap sebagai anak kecil.
Ara mengatur nafasnya dikala Pangeran Gwanju tengah cekikikan kecil.
"Maaf kakak," ucapnya, "Tapi kakak tidak jantungan kan?!" Dia tiba-tiba panik di depan Ara.
Ara mengibas tangannya pelan. "Ayo. Kita kulineran lagi, seperti kemarin."
***
"Aku bosan dengan makanan di istana. Aku butuh sesuatu yang baru."
"Menurut mu, lebih lezat makanan di istana, atau makanan rakyat?" tanya Ara. Sembari menunggu jawaban, Ara memindahkan segulung bihun ke mangkuk kecilnya yang nanti akan di siram dengan soto ayam.
"Mmm, aku bingung. Dua-duanya enak, tapi terkadang aku ingin di sini juga ingin di sana."
Ara menghela nafas kecil. Cara bicara Pangeran Gwanju berbanding terbalik dengan Pangeran Wang Wook yang cukup rapi, maksudnya tidak mencerminkan seorang Pangeran yang berwibawa.
Pangeran Gwanju pangeran yang imut dan manis. Ara suka itu.
Sayang, Ara tidak bisa melakukannya. Ara di sini adalah kakak ipar para pangeran yang sangat banyak. Tentu cara bicara Ara harus bagus, kecuali dengan Pangeran Wang Wook sih, bukan tidak mampu, hanya saja itu tidak perlu.
Untung pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra Ara tidak hanya sampai ambang pintu kelas, juga sering baca novel berlatar zaman dulu, novel China dan berlatar kerajaan eropa abad pertengahan. Semua itu cukup membantu Ara untuk bicara formal dan elegan.
"Oh ya, kak. Dari mana kakak tahu bahwa aku menyukai...." Sambil menunduk, Pangeran Gwanju mengaduk-aduk isi mangkuk berisi soto nya bersama wajah yang salah tingkah, tak lupa dengan cuping memerah, "Hae So," lanjutnya lagi.
Ara tidak terkejut, itu kenapa dia tidak tersedak dikala dirinya menelan kuah soto. "Itu mudah bagi ku," balas Ara santai, menikmati makanan nya.
Pangeran Gwanju berpikir sebentar. "Menurut kakak bagaimana cara untuk menyatakan perasaan ku padanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...