Selamat Lebaran
Minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin ❤️Happy Reading zeyeng❤️
***
"Hoammm!" Ara menguap dengan elegan seperti biasa. Perlahan matanya terbuka. Pagi hari itu Indra penglihatannya disambut oleh sesosok tampan rupawan yang masih terlelap.
Tanpa sadar Ara tersenyum. Namun sepersekian detik setelahnya dia langsung menggeleng-gelengkan kepala.
Itu pasti jiwa Lady Hae Ji yang tersenyum. Haha, hari ini tidak ada lagi sakit hati, tidak ada lagi bucin-bucinan! Ingat itu Lady!
Tapi dilihat-lihat doi emang ganteng sih.
Ara memperlebar penglihatannya.
Iya sih, ganteng, lumayan lah, buat crush!
Eh kenapa gue agak deg-degan gini ya?! Bodo amat lah. Mungkin itu arwah Lady Hae Ji yang masih aja ngintip.
Ara adalah Ara, bukan Lady Hae Ji. Meski dia mengakui ketampanan Pangeran Wang Wook, dia tidak berlarut-larut seperti jiwa sang Lady.
Ara bangkit dari tempat tidur tanpa perhitungan, membuat orang yang tersisa terbangun akibat suara decitan dari ranjang kayu besi itu.
"Kau sudah bangun?!" tanya Pangeran Wang Wook.
Cowok elegan memang beda cuk, gak usah kumpul nyawa atau nguap, langsung sadar dia.
"Kelihatannya? Aku memang sudah bangun. Aku bukan mayat yang gak bangun-bangun," ketus Ara kemudian beranjak pergi.
Laki-laki itu tertawa kecil mendengarnya. Untuk pertama kalinya sang istri mengumpat seperti itu, terdengar lucu.
Akibatnya, Wang Wook jadi teringat dengan Hae So. Perempuan itu juga suka mengumpat tak jelas. Raut wajahnya selalu tampak menggemaskan sekaligus berani. Selama bahasa-bahasa yang digunakan masih dalam batas kewajaran, dirinya tidak keberatan untuk tertawa.
"Bercermin lah. Kau tampak seperti mayat hidup," ujar sang pangeran ketika Ara di penghujung pintu.
Seketika Ara menghentikan langkahnya, berbalik ke arah empu suara yang sudah membuat ledekan kecil di pagi hari.
"Wahh! Ngajak be-tumbuk kau!" Ara mengepalkan tangan bersiap-siap untuk meninju ala petinju. Namun tiba-tiba dirinya teringat sesuatu, yup, rencananya.
Haha! Maaf Lady Hae Ji, aku akan segera mengakhiri drama ini!
Pada akhirnya Ara gak jadi be tumbuk dengan Pangeran Wang Wook.
***
Mandi dan menggosok gigi adalah rutinitas di pagi hari yang wajib dilakukan oleh setiap orang.
Kini gigi Ara tengah di gosok sebutir demi sebutir oleh pelayannya dengan ranting kayu yang Ara tidak tahu apa namanya. Setelah itu dirinya di suruh meludah di atas pisin.
Ribet juga jadi bangsawan!
Setelah berganti pakaian yang cukup lama memakan waktu. Ara kembali ke kamar. Tampak ruangan itu kosong tanpa penghuni.
Dia kemana btw?
"Arghh kok gue malah mikirin dia sih?!" Ara frustasi tanpa mengacak-acak rambutnya. Dia di sanggul.
Jika saja Ara tidak gengsi, batinnya pasti berkata, "Kenapa gue jadi mendadak kangen sama si manusia bermuka dua itu?"
Ara mengunci kamar dan duduk di atas kasur bersama satu bantal sebagai alat tumpu siku. Ya, kamar adalah tempat yang bagus untuk berpikir setelah kamar mandi, apalagi rencana yang dibuatnya cukup rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...