SL31

1.7K 187 3
                                    

Ara memandang lekat kertas yang ada di tangannya. Kertas itu dipenuhi oleh guratan tidak terbentuk seperti akar, seperti sudah diremas-remas oleh seseorang dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba kening Ara mengerut bersama matanya yang terkatup, seperti akan ditabrak oleh pencahayaan mobil di malam hari yang nyaris membuat dirinya tertabrak, silau.

Pada kondisi demikian, Ara melihat seorang perempuan yang berlari keluar rumah dan meninggalkan bulatan kertas yang sudah tidak berbentuk. Setelah perempuan itu menuruni tangga, semuanya menjadi gelap.

Mata Ara langsung terbuka. Ara rasa itu adalah ingatan milik Lady Hae Ji sebelum jatuh pingsan dan jiwa masuk ke dalam tubuhnya.

Ingat kata-kata Dayang Cha dulu, "Anda jatuh dan pingsan setelah menuruni tangga."

Ara menggigit bawah bibirnya, berpikir.

Pasalnya kejadian yang sekarang dirinya alami bukan hanya perpindahan jiwa, tapi pemunduran waktu. Bisa saja hal yang ada di kepala Lady Hae Ji waktu itu adalah penyebab kematian sang Lady, dan Ara yakin ada hubungan dengan catatan kecil yang ditemukannya.

Kali ini Ara benar-benar butuh ingatan itu. Ara pun memejamkan mata, fokus masuk ke dalam pikirannya.

Sial, lagi-lagi, kondisi itu membuat Ara lemas dan sakit kepala. Dalam posisi yang masih bersimpuh, tubuh Ara perlahan turun.

Sebelum jatuh mengenai lantai, seseorang menahannya. Ara membuka matanya pelan-pelan. Dilihatnya Pangeran Wang Wook.

Sekarang, tidak ada waktu untuk berkata-kata atau bahkan mengeluarkan ekspresi terkejut. Ara begitu lemas, nyaris ingin pingsan.

Pangeran Wang Wook melihat wajah perempuan dipangkuannya yang kembali menutup mata. Wajahnya sangat pucat.

Setelah menyingkirkan kotak yang ada di sana, Pangeran Wang Wook pun membopong tubuh Ara, kemudian membaringkannya di atas tempat tidur.

Ara belum membuka matanya. Peluhnya di dahi di seka lembut oleh Pangeran Wang Wook menggunakan saputangan.

Ara merasa jadi orang lemah di sini, sedikit-sedikit pingsan, sedikit-sedikit lemas. Ternyata berpindah jiwa itu merepotkan, atau dirinya saja yang merepotkan.

Dipikir-pikir, baik Ara maupun Lady Hae Ji, keduanya sama-sama payah hidup di zaman ini.

Ara tidak keluar dari zaman yang membelitnya sekarang, juga tidak mampu membuat kehidupan Lady Hae Ji lebih baik.

Tidak ada yang diuntungkan di sini, jiwa Ara tersiksa, dan tubuh Lady Hae Ji pun tidak jauh beda.

Saat merasakan pergerakan dari tempat tidur, Ara mengeluarkan segenap kekuatan nya yang kini tidak seberapa itu untuk menahan Pangeran Wang Wook.

Pasti mau pergi menemui tabib itu! Tidak boleh dibiarkan!

Pangeran Wang Wook menatap Ara yang rupanya sudah membuka mata. Padahal sebelumnya dia mengira perempuan itu pingsan.

"Aku tinggal sebentar. Aku akan memanggil tabib."

Ternyata praduga Ara tidak meleset.

"Aku hanya penat."

Tapi laki-laki itu masih saja hendak  beranjak.

Merepotkan, menyusahkan, berlebihan!

Ara menggeleng kecil. Segera Ara mengangkat jari telunjuk agar Pangeran Wang Wook menutup mulutnya, hendak menceramahi nya.

"Tetap lah di sini."

Ara bukan modus. Ara melakukannya semata-mata agar Pangeran Wang Wook tidak pergi ke kediaman tabib 'sialan' itu.

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang