Sudah hampir satu minggu, happy Reading ✨
***
Ditinggal oleh ku, katanya, batin Ara termenung sesaat. Kemudian mengobati punggung Pangeran Wang Wook kembali.
Pangeran Wang Wook mendapat luka itu ketika dia dan Ara melarikan diri dari kejaran kawanan bandit, sebelum bersembunyi dibalik bangunan tak terpakai.
Luka itu menjadi alasan Ara tidak yakin terjun ke sungai kala itu. Pasal nya sungai tersebut dekat dengan area pantai. Ara pikir itu seperti menyiram luka dengan air garam.
Ara merasa ngilu membayangkan nya. Tapi saat di obati Pangeran Wang Wook meringis ataupun melirih. Ara akui bahwa dia laki-laki kuat.
Meskipun ya.... Kemampuan beladiri nya hampir setara dengan Ara. Minus Ara hanya satu, dia tidak tinggi, tapi tingginya cukup ideal.
Ketika Pangeran Wang Wook sudah merasakan kain melingkar di punggungnya, dia berbalik.
"Harusnya kau tidak boleh banyak bergerak. Ak-aku bisa melakukannya," saran Ara dengan nada pelan. Dia gugup saat Pangeran Wang Wook menghadapnya tanpa dia pikirkan sebelumnya.
Pangeran Wang Wook mencetak senyum tipis, tipis sekali. Dipikirannya, dia tidak menyangka bahwa Ara memiliki sisi lain jika sudah merasa bersalah, dan mungkin sedih. Perempuan itu tidak selalu berteriak, keras kepala, dan angkuh.
Tangan yang sudah selesai mengikat perban pun diambil oleh sang pangeran.
Ara tercenung, menatap kepalan tangan dingin itu sejenak sebelum mengangkat kepalanya perlahan. Menatap mata yang memandangnya dengan tenang.
Ara merasakan debaran jantung nya yang cepat saat tangan digenggam erat oleh sang pangeran. Tak lama dia mendengar suara lugas dan tegas namun mengandung permohonan di sana.
"Jangan pergi."
Mulut dan mata Ara terbuka sedikit dan mengerjap beberapakali.
"Aku tidak pergi. Aku juga tidak akan mengusir mu dari sini," balas Ara, kemudian memasang gurat senyum datar, dengan kedua mata yang dibentuk seperti bulan sabit. Kelihatan, dia sedang membuat senyum manis palsu.
Ya, sekarang Pangeran Wang Wook berada di kamar Ara. Kamarnya sudah mencapai batas waktu habis. Karena hanya dipesan untuk kurun waktu tiga hari. Memilih kamar sesuai dengan keinginan, membuat harganya naik dua kali lipat.
"Bukan itu," sanggah Pangeran Wang Wook. Dia menjeda, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu." Ara yang semula pura-pura tidak tahu pun berkata,"Jika kau tidak ingin aku pergi dari mu. Ikut denganku, untuk tidak kembali ke istana."
Pangeran Wang Wook beri melihat keseriusan dari tatapan dan nada bicara perempuan itu. Dia pun mengulas senyum tipis mendapat ajakan tersebut.
Sang pangeran meraih tangan Ara yang satunya, menjajarkannya dengan tangan lain, menggenggam sepasang tangan itu dengan erat.
"Aku akan melakukannya."
"Kau akan melakukannya?" Mata Ara melebar, tidak percaya dengan ucapan barusan.
Namun, raut wajah Pangeran Wang Wook yang mengalami perubahan tiba-tiba, membuat Ara tidak berharap lebih.
"Jika saja aku tidak memiliki ibu dan Yeon Hwa."
Ara sudah menduganya, pangeran itu akan menolak.
"Ibu dan Yeon Hwa masih membutuhkan ku di istana. Ketika ibu sudah tua nanti, aku yang harus bertanggungjawab atas kesejahteraan klan ku, terutama keluarga ku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...