Ibu Mertua dan Berita

2.2K 235 4
                                    

Perlahan Ara merasakan kilauan cahaya. Matanya bergerak kesana-kemari. Yang pertama kali dilihat olehnya adalah remang-remang sosok wanita bergaun indah.

Siapa dia? Apa dia yang penyelamat gue dari insiden tak sadarkan diri, batin Ara masih merasa pusing.

Dayang Cha yang menyadari pergerakan Ara langsung berseru," Lady, Anda sudah sadar?" Raut wajahnya menggambarkan rasa cemas bercampur senang.

"Siapa yang membawa ku?" tanya Ara dengan masih mengumpulkan tenaga.
Untuk berkata-kata saja, rasanya cukup menguras tenaga.

"Anda jangan dulu memikirkan hal itu Lady," balas sang dayang, kemudian membantu Ara yang ingin membangkitkan diri.

"Apakah wanita tua ini?" lirih Ara, entah mengapa dia terbatuk sesaat. Apakah penyakitnya nambah lagi, pikir gadis itu.

"Ap_"

" Yang Mulia Pangeran Wang Wook Lady, Yang Mulia Pangeran Wang Wook," balas Dayang Cha akhirnya menjawab pertanyaan Ara, dengan tempo yang cepat hingga wanita yang nyaris membuka suara tercekat seketika.

Oh si muka dua itu. Kirain emak-emak ini, batin Ara semakin dibuat lemas saja. Lemas diri lemas hati.

"Cih. Selalu saja kau menyusahkan anak ku," kata wanita paruh baya itu terang-terangan. Perkataan sebelumnya tidak lebih penting daripada sang anak sulung yang selalu direpotkan oleh istrinya itu. Tapi intinya sama, mencibir.

Ingin sekali Ara mengumpat, baru tersadar bahwa wanita ini adalah mertuanya, Ibu Shinjeong.

Cak elah, baru aja bangun langsung dapet caci maki.

"Memang sudah tugas seorang suami untuk menjaga istrinya Yang Mulia," balas Ara dengan tenang seraya mengulas senyuman palsu. Dia tidak ingin membuat kegaduhan atau semacamnya jika tidak bersikap seperti itu.

"Wah, berani sekali berkata seperti itu. Kau sendiri istri yang tidak berguna. Tidak adiknya tidak kakaknya. Bikin repot anak ku!" umpat wanita itu di kalimat terakhir, kemudian beralih mengipasi wajahnya lagi.

Kipas berwarna hijau tua itu ditutup kasar oleh Ibu Shinjeong, menunjuk ke arah Ara dengan benda ditangannya seraya berkata,"Sepupu mu telah membuat kegaduhan seisi istana. Dia bertengkar dengan Pangeran Gwangju. Jika aku menceritakan semuanya kau akan malu punya sepupu yang seperti itu!"

Wajah Ibu Shinjeong yang semakin panas pun segera didinginkan dengan kipas kesayangan.

"Permaisuri Yoo juga melarang Hae So untuk menyaksikan upacara itu. Ah, kau dan dia sama saja!" lanjutnya, kemudian pergi setelah mengeram kesal pada Ara di sana.

"Kepala ku hampir meledak karena ulah dua anak itu!" cerca wanita itu disela langkah kepergiannya, yang tampak elegan.

"Hufft. Bukannya bilang 'Semoga lekas sembuh menantu ku' ini boro-boro. Hufft. Astaga, idup gue ternyata lebih suram disini."

Pengen pulang. Percuma ngomong gitu. Kagak bakal terjadi juga. Ya, Ara sudah merasa hampir ingin menyerah dengan semua deritanya.

"Bersabarlah Lady," cicit sang dayang membuat gadis yang semula menunduk itu mengangkat kepala.

Ara mengulas senyum tipis pada Dayang Cha." Dayang? Apa aku boleh memeluk mu, aku butuh pelukan." Perkataan itu terdengar menyedihkan di telinga siapapun yang mendengarnya.

Dayang Cha tersenyum hangat, menerima tubuh Ara, menyelimuti gadis itu dengan pelukannya.

"Lady?!" panggil sang dayang tanpa melepas tubuh sang nyonya. Ara hanya bergumam sebagai respon.

"Sebenarnya yang mengantar Lady adalah Pangeran Baek Ah."

"Apa? Benarkah? Kau tadi berbohong sama ibu mertua." Dayang Cha tersentak, sungut Ara terlalu keras, terlebih begitu tiba-tiba. Dia pun mengangguk-ngaguk dengan wajah takut.

Tidak peduli dengan raut muka wanita itu, di dalam hati Ara tersenyum bahagia.

"Saya terpaksa Lady," lanjut Dayang Cha, raut wajah Ara memasang tanya.

"Jika berkata saya jujur. Saya takut Lady semakin dicibir oleh Yang Mulia." Alis gadis itu terangkat, semakin bertanya-tanya.

"Apa? Apa ibu mertua tidak suka dengan Pangeran Baek Ah?"

Sebelum membuka suara, Dayang Cha  mengelus pelipisnya."Mmm, Lady adalah istri dari Pangeran Wang Wook, kakak dari Baek Ah."

Apa? Oh iya. Baek Ah kan pangeran juga. Astaga kenapa gue bisa lupa, tapi itu gak masuk akal sih.

"Tapi apa salahnya. Dia kan adik ipar ku." Ara membela diri.

"Anda benar-benar lupa Lady?" Karena gugup, tampak dayang itu menggigit dalam bibirnya.

Masih memasang wajah ketidaktahuan, Ara bertanya,"Hah lupa? Lupa apaan?"

Dayang Cha langsung membisikkan sesuatu di telinga Ara. Mata gadis itu membulat setelah mendengarnya.

'Anda pernah dirumorkan memiliki hubungan dengan Pangeran Baek Ah'

"Hubungan, hubungan persahabatan. Itu biasa. Mereka saja yang berlebihan." Ara tidak puas dengan jawaban itu dan malah menyalahkan orang yang percaya dengan rumor tersebut.

"Perasaan yang dalam maksudnya Yang Mulia," jelas Dayang Cha mencicit.

Kening Ara semakin berkerut, berpikir agar kebingungannya menghilang.

Perasaan dalam?

"Cinta?" tebak Ara keluar begitu saja dari mulutnya. Sang dayang meringis. Senyum paksa, takut, bercampur menjadi satu di wajah wanita elegan itu.

Apa ini alasannya pangeran Wang Wook tidak cinta sama Hae Ji? karena dia mungkin pernah mengkhianati di masa lalu.

Bjirr, otak anak Wattpad.

Nggak, gue jangan berprasangka buruk dulu sama Lady Hae. Pamali, dosa.

***

Kira-kira praduga Ara benar tidak ya?

Jangan lupa Vomment Zeyeng-zeyeng kuh ❤️

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang