Rasa Sakit yang Pertama

2.5K 262 6
                                    

Ara tiba di kamar Hae So yang menyatu dengan rumah Lady Hae Ji.

"Benarkah?" respon Ara setelah mendengar pernyataan salah satu pelayan kamar Hae So bahwa gadis yang dicarinya itu tengah tidak ada di kediaman.

"Tabib menyarankan Lady Hae So agar banyak berjalan-jalan di sekitar istana untuk memulihkan ingatannya."

Di drama interaksi Hae So dan Hae Ji tidak begitu banyak, di plot twist juga ya. Apa semua ini karena Pangeran Wang Wook? Ya, gue ingat sekarang. Pangeran itu yang bertanggung jawab atas Hae So.

Bukan itung-itungan atau apa. Selain membebani sepupunya, Hae so Juga membebani suami sepupunya.

Apakah Pangeran Wang Wook melakukannya karena penyakit Hae Ji? Pangeran Wang Wook tidak ingin membebani istrinya yang tengah sakit itu, dan terpaksa menjadi penanggung jawab Hae So hingga akhirnya dia suka sama Hae So?

"Huh, I'm so tired!" gumam Ara seraya memegangi keningnya. Tiba-tiba Ara migrain. Memikirkan praduga-praguda yang dibuatnya cukup menguras otak.

"Lady, Anda tidak apa-apa?" Cepat tanggap pelayan itu membatu Ara untuk mendudukkan diri di atas kursi depan teras kamar Hae So.

Dengan raut wajah yang masih khawatir, pelayan itu berkata,"Saya akan bawakan air putih Lady." Segera dia pun pergi ke dapur.

Ara menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi seraya merasakan sensasi empuk di bagian belakang. Hal tersebut berhasil menenangkan pikirannya yang cukup kacau tadi.

Gelas itu segera Ara ambil alih dari tangan sang pelayan setelah melihat kedatangannya. Ara menyempatkan untuk memberi senyuman tipis pada pelayan itu sebagai tanda terimakasih.

Nyeri di bagian kepala yang tadi dirasakan oleh Ara berkurang setelah meneguk cairan bening itu dengan perlahan sampai akhirnya tandas.

Oh ya. Sekarang apa ya rencana gue? Gue juga gak tahu ini episode berapa. Apa gue jalan-jalan aja ya?

Sang pelayan sedikit terperanjat melihat perempuan yang duduk di kursi itu berdiri dengan tiba-tiba sambil berkacak pinggang.

"Lady?" Raut wajahnya menyimpan kekhawatiran pada Ara. Dia tidak percaya, Nyonya didepannya itu cepat pulih. Biasanya Lady Hae Ji langsung beristirahat sesaat setelah merasakan sakit nya.

"Terimakasih pelayan, aku akan pergi!" Ara melangkah, menuruni tangga setengah cepat, bahkan dua anak tangga sekaligus dilangkahi nya.

Pelayan itu yang memandang kepergian tuannya bimbang. Apa lebih baik menawarkan diri untuk menemani Lady Hae Ji? Atau kembali pada pekerjaannya, beres-beres di kamar Lady Hae So?

Bodoh. Perempuan yang semula dia perhatikan, kini sudah lenyap, ditelan waktu dan jarak.

***

Ara berhenti sejenak di dekat pondok. Suasana di sekitar cukup sepi. Kuil lama tak terpakai menjadi alasanmya. Setelah Ara mengedarkan pandangan sejenak, langkah pun kembali dia lanjutkan.

Apa gue tersesat ya?

Satu pun sosok bangsawan tidak Ara temui di perjalanannya sedari tadi. Dia belum berpikir untuk membawa seseorang di acara jelong-jelong nya. Tapi Ara tidak ingin tersesat seperti ini.

Sekitar jarak dua puluh meter setelah itu, beberapa pelayan terlihat berlalu lalang. Ara mengerutkan keningnya.

Apa ini istana?

Tak lama pun Ara kembali melanjutkan langkahnya. Namun akibat pandangan yang entah mengapa membuat dada terasa sesak membuat gadis itu seketika menghentikan penggerakan kakinya.

Terlihat Pangeran Wang Wook bersama Hae So. Tangan laki-laki itu sepertinya terluka, dan Hae So tengah mengobati nya.

Ara langsung ingat adegan itu di drama tanpa dibantu dengan siluet seperti biasa. Dia tahu betul kelebihan Hae So sebagai manusia masa depan ialah kecakapannya dalam mengobati, karena di era modern Hae So adalah seorang perawat. Ya, itu sangat mengesankan.

Sementara Ara? Dia baru saja mau memulai UN. Tentu kecakapannya tidak sebagus Hae So yang berstatus perawat di salah satu Rumah Sakit Elite Korea. Meski Ara pintar bahasa Inggris, di sini bahasa itu samasekali tidak terpakai.

Ara menutup mulutnya, air mata jatuh dari pelupuk mata tanpa diminta. Dadanya terasa sesak melihat tatapan hangat Pangeran Wang Wook yang ditunjukkan pada Hae So. Apalagi senyum itu. Sama sekali belum pernah didapatkannya.

Tubuh Ara ambruk seketika, tidak peduli dengan pakainya nya yang mulai kotor akibat mengenai tanah. Ara menundukkan kepala seraya menangis. Gadis itu menangis tanpa suara. Faktanya menangis tanpa suara lebih menyakitkan. Begitu sesak melihat sang suami bersama wanita lain.

"Astaga. Perasaan apa ini?" gumam Ara seraya menepuk-nepuk dadanya.

Jujur, diri Ara terasa bercampur, bergelut dengan semrawut. Hatinya sesak, tapi seperti ada titik aneh yang mengganjal di sana.

Sebentar, di dunia nyata dari awal gue gak suka sama tu Pangeran. Kenapa di sini gue kayak bucin banget sama dia?

Sedetik kemudian Ara mengangkat wajahnya sembari mengusap kasar air mata, tanpa melihat pemandangan yang menyesakan tadi.

Apa ini bukan gue ya? Apa rasa ini berasal dari Lady Hae Ji? Apa jiwa Lady Hae Ji yang menguasai tubuh ini?

Kenapa gak seutuhnya sih? Nanggung banget. Kan gue bisa pulang ke masa depan. Mana si fou udah lama gak diurus lagi.

Sebentar? Rasa sesaknya berkurang?

Ara menghirup nafas lalu membuangnya perlahan, agar kondisi lebih rileks.

Astaga, rasa sesak itu gak ada sekarang.

Pandangannya beralih ke Pangeran Wang Wook dan Hae So kembali. Tampak mereka berdua tengah mengobati seorang anak kecil yang terluka.

Ya, Ara tahu perbuatan mereka itu sangatlah terpuji. Yang dia tidak suka adalah tatapan Pangeran Wang Wook pada Hae So yang menyiratkan kata 'suka' di sana.

Di drama memang Pangeran Wang Wook tertarik dengan tingkah Hae So, juga kemahirannya di bidang medis. Laki-laki itu juga dikenal sebagai pangeran yang paling cerdas diantara yang lain.

Sepintas Lady Hae Ji begitu beruntung bisa menikah dengan salah satu pangeran dari Kerajaan Georyo itu. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan. Pangeran Wang Wook samasekali tidak mencintai sosok sang istri.

Karena tidak melepaskan pandangan dari kedua insan di sana, dada Ara kembali sesak. Perasaan yang bertolakbelakang itu, mudah datang mudah pergi. Meskipun dari jiwa Lady Hae Ji. Tapi tetap, dia dapat merasakannya, sakit dan pengap. Ara pun kembali mengontrol diri dan emosinya.

"Tahan, tahan. Tarik nafas buang," ucap Ara sembari mempraktekkan dengan mata tertutup, begitu khusyuk.

Kendalikan diri lo Ra. Fokus pada jiwa lo Ra.

Ara membuka mata kembali. Melihat Pangeran Wang Wook dan Hae So saling melempar senyum, kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat 'bersama-sama', seringai kecil terukir di bibir gadis itu.

Tidak ada rasa sesak di dada Ara lagi."Bagus," serunya lalu beranjak kembali, berjalan entah kemana lagi.

***
Kira-kira Ara kemana ya?!🙈

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang