SL Rebirth 10

1.1K 173 17
                                    

Hi, guys, aku kembali karena janji ku sendiri 🙂

Happy Reading Lovely ❤️

***

Tepat setelah tandu raja ditelan tikungan, hujan deras turun tiba-tiba. Ara pun mundur sedikit, khawatir sepatunya terkena cipratan air hujan.

Ara paling tidak suka alas kaki nya basah. Terlebih Dayang Im belum muncul, Ara tidak mau berlama-lama dengan alas kaki basah.

Ara berdiri sambil memandangi air hujan yang turun. Suasana itu menguarkan aroma membuat Ara sedikit tenang. Aroma petrikor.

Tanpa sadar sebelah sudut bibir Ara melengkung, tersenyum tipis.

Ara lupa kapan terakhir dirinya merasa tenang. Hidup di zaman Goryeo membuat nya sering merasa takut dan ragu-ragu.

Senyuman lenyap ketika sang empu merasakan kehadiran seseorang di sekitarnya.

Ara memalingkan wajahnya ke samping dengan waspada, untuk memeriksa. Hal tersebut membuat matanya beradu dengan sepasang mata orang tersebut secara alami.

Ternyata yang membuat perhatian Ara adalah kedatangan Pangeran Wang Wook.

Kondisi pakaian laki-laki itu setengah basah. Tampaknya sang pangeran telah melewati tirai hujan tanpa alat pelindung.

Segera Ara menghentikan kontak mata itu, tanpa berniat untuk memberikan penghormatan pada laki-laki di sana. Dia sedang malas. Dirinya tidak ingin mood nya hancur lebur.

Melihat sikap Ara yang nampak tidak peduli, Pangeran Wang Wook hanya pasrah saja. Ingin bertanya atau berbicara pun sepertinya akan hal yang sia-sia. Setiap kedua nya berbicara kebanyakan berujung pertengkaran.

Dalam waktu yang cukup lama, Ara merasakan kehadiran Pangeran Wang Wook di jarak sekitar dua meter dari keberadaannya. Dia mencoba tidak peduli, tidak menegur ataupun mencibir laki-laki itu.

Tak lama kemudian, Ara merasakan langkah kaki dibelakangnya. Sepertinya Pangeran Wang Wook pergi meninggalkan tempat.

Ara menghela nafas lega, kemudian memeluk samar tubuh nya.

"Dayang Im, lama sekali," gerutu Ara mencoba untuk sabar.

"Ya–yang Mulia Putri Agung," panggil seseorang membuat pandangan Ara teralihkan kembali.

Seraya menunduk dalam, Dayang itu memperlihatkan mantel pada Ara.

Ara tersenyum seadanya. Ada rasa kesal dihatinya pada para dayang raja.

Ara memakai mantel berbulu di bagian kerah itu dengan bantuan Dayang tersebut.

Kenapa tidak sedari tadi? batin Ara kesal. Dia merasa hangat dan lebih nyaman sekarang.

"Apa Anda perlu kami antar?" tanya Dayang itu pada Ara. Ara menggeleng.

"Tidak. Mantel ini sudah cukup."

Dayang tersebut pun pergi setelah melakukan penghormatan kepada Ara.

Uh, aku kenyang hormat di sini, batin Ara sedikit tidak habis pikir dengan nasibnya, yang.... Membingungkan untuk dijalani oleh orang seperti Ara.

"Yang Mulia Putri?!" Suara yang tiba-tiba terdengar membuat pandangan Ara secara otomatis beralih ke sana.

"Dayang Im, mengapa kau lama sekali?" protes Ara, sekaligus merasa lega. Akhirnya orang yang ditunggunya datang.

"Maafkan hamba Yang Mulia Putri." Dayang Im menunduk dalam sambil menangkup kedua tangannya yang mengapit sebuah payung.

Ara ingin sekali tertawa melihat kelakuan Dayang Im. Dayang itu tidak memakai payung yang dibawanya dalam keadaan hujan deras.

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang