Baru update, soalnya diriku abis UAS nih🙈
Happy Reading 💞
***
"Aku ingin daging titik!" Ara kekeh tidak mau makan kecuali dengan daging. Hanya satu kali Ara pernah makan daging setelah terdampar di drama ini, yakni saat Pangeran Baek Ah mengajaknya makan di luar saat itu. ngenes bukan?! Kasihan.
"Kata tabib Ju daging ayam pun tetap berpengaruh pada penyakit mu! Jadi makan saja yang ada!" Pangeran Wang Wook memakan hidangan di depannya lagi, tanpa rasa iba melihat wajah Ara yang seolah-olah seperti karnivora kelaparan.
Meskipun Hae So berkata bahwa daging ayam tidak terlalu berpengaruh besar terhadap penyakit darah tinggi, tapi itu tetap beresiko jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Sementara Tabib Ju, tabib pribadi Hae Ji, tidak menganjurkan agar sang pasien untuk mengonsumsi daging itu lagi, meskipun hanya daging ayam.
"Nyenyenye." Ara menirukan petuah sang pangeran dengan bibir yang dimaju-majukan seperti bebek.
Jika saja Pangeran Wang Wook tidak punya sikap tidak peduli, mulut Ara sudah pasti si sumpal pakai daun-daunan yang ada di depan, perempuan itu nampak menyebalkan.
Tapi laki-laki di depan Ara juga tak kalah menyebalkan.
"Setiap hari hanya diberi pakan daun-daunan, aku bukan sapi ataupun babi!" Ara mengucap kata terakhir dengan keras, bersama wajah yang menunjuk ke depan.
Gila Ara sudah tidak sayang nyawa!
Laki-laki itu menatap datar Ara sejenak sebelum meletakan sumpit nya di atas piring kecil. Dia tengah menimbang-nimbang.
"Tidak dengan daging. Yang lain saja, tahu atau tempe?!" tawar Pangeran Wang Wook.
"Aku ingin dinsumb!" Tatapan datar itu berubah jadi tajam. Dan itu mengerikan.
Ara pun mengalah, "Iya iya. Aku ingin ikan saja, bagaimana? Boleh ya?!" Dia sedikit merajuk tanpa memasang puppy eyes nya, karena itu terlalu alay jika ditujukan untuk orang macam Wang Wook.
"Baiklah."
"Yes, terimakasih."
Setelah minum sebentar, Pengeran Wang Wook beranjak dari tempat duduknya sebelum akhirnya pergi tanpa pamit, tanpa memberi elusan sayang, apalagi kecupan pada orang yang tersisa di sana.
(Ngarep banget:v)Ara menengok ke belakang, mengikuti langkah laki-laki itu sampai keluar sebelum mengalihkan pandangan ke depan lagi, lalu menumpu dagu dengan sebelah tangan, posisi menunggu cantik.
Keluarga kecil yang beranggotakan dua orang itu memang membosankan.
***
"Ahhh mantap." Setelah itu Ara sendawa kecil yang membuatnya seperti nyeri dada sebentar.
"Ikan nya enak banget. Makasih Dayang Cha, kau sangat pintar memilih koki," puji Ara kepada dayang yang juga diajak untuk menikmati ikan hasil tangkapan orang itu, bukan Pangeran Wang Wook tapi.
Sang dayang menundukkan kepalanya, merendah, seraya tersenyum. "Anda pun Lady, Terimakasih telah mengajak saya menikmati hidangan ini. Itu Salah satu kehormatan bagi saya."
"Sudahlah. Jangan terlalu bicara formal dengan ku. Itu membuat ku tidak nyaman." Ara sedikit memprotes tingkah sang dayang.
"Tidak Lady. Itu sudah keharusan bagi saya. " Ara pun mengiyakan saja agar cepat.
Sementara Pangeran Wang Wook tidak kembali setelah turun dari rumah. Ikan itu dikirim oleh seorang utusan.
Ara menggaruk belakang cuping telinga nya, memikirkan apa yang dilakukan olehnya setelah ini. Ara sedang gabut dan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Lead
Historical FictionAra seorang kpopers,bukan hal tabu jika ia penyuka visual oppa-oppa di luar sana. Suatu hari Ara menonton salah satu serial drama negara tersebut, yang menceritakan mengenai seorang cewek modern yang masuk ke dalam tubuh gadis bangsawan dan bertemu...