happy reading!
Kaiden terbangun mendengar suara dari dapur yang cukup mengganggu nya.
Perlahan ia keluar kamar, menuju dapur. Pandangannya langsung terfokus pada seorang gadis yang membelakangi nya. Rupanya Allara sedang menggoreng telur.Menyadari keberadaan Kaiden, Allara berbalik, tersenyum kikuk. "Eh, Kamu kebangun?"
Kaiden melirik sepiring mie goreng di meja makan. "Lo laper?"
Perempuan itu mengangguk. "Lagi kepengen mie instan juga. Kamu mau? Aku bisa-"
"Ga usah" potong Kaiden. Laki-laki itu mendekat, mengambil gelas dan mengambil air dari dispenser lalu menegaknya sampai tandas.
"Gue ngga suka cewek gemuk. Gue harap Lo bisa jaga berat badan Lo tetep ideal"
"Aku juga ngga mau jadi gemuk, tapi-"
"Suara masak Lo ganggu Gue tidur" Meletakan gelas sampai menyebabkan suara ketukan—karena meja makan itu terbuat dari marmer—Kaiden lalu kembali ke kamarnya.
Allara memandang mie goreng di piringnya. Bodoamat dengan perkataan Kaiden. Gadis itu duduk lalu memakan mie yang dibuatnya. Toh, berat badannya tidak akan naik berkilo-kilo hanya karena mie instan yang ia makan malam ini. Kalaupun naik, ya tinggal diet. Apa susahnya kan? Ck, Kaiden terlalu ribet.
Di dalam kamar, Kaiden masih terjaga. Tiba-tiba saja ia memikirkan perlakuan nya tadi. Apa ia keterlaluan? Agaknya tidak, ia kan hanya mengingatkan.
____
Pagi-pagi Allara sudah bergelut dengan alat masak. Hari ini Kaiden bekerja, sudah kewajibannya sebagai istri untuk menyiapkan semua hal yang menjadi kebutuhan suami. Termasuk menyiapkan sarapan. Ditambah, hari ini ia juga akan pergi kuliah.
Pandangan nya tiba-tiba buram, hal itu membuat tangannya yang sedang memotong cabe melenceng dan melukai jarinya.
"Awshh" Allara mengucek matanya untuk memperjelas pandangan lalu meniup-niup jarinya yang berdarah.
"Kalo ga bisa masak ga usah maksain" Gadis itu menoleh ke sumber suara. Kaiden baru bangun, laki-laki itu hendak mengambil minum. “Sepenting itu image Lo?"
Allara mengerutkan keningnya. "Maksud Kamu?"
"Lo ngga usah pura-pura biar bisa dibilang istri idaman. Ngga usah maksain. Lagipula Mama gaada disini" Apa maksud laki-laki itu? Allara bahkan sulit memahaminya. "Haus pujian"
Allara mengerti sekarang, kemana arah pembicaraan laki-laki itu. Tapi, kenapa Kaiden bisa berfikir sejauh dan seburuk itu? Ia bahkan tidak berfikir sampai kesana, Allara memasak memang karena niat memenuhi kewajiban sebagai seorang istri.
“Kenapa kamu bisa mikir kaya gitu? Seburuk itu aku dimata kamu?” tanya Allara. “Aku emang suka sama kamu, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya ngejudge aku kaya gitu”
___
"Gue ke kantor, sarapan disana. Jangan telpon Gue kalo gaada sesuatu yang penting"
pamit Kaiden. Laki-laki itu melewati Allara begitu saja."Kaiden" panggil perempuan itu membuat Kaiden berhenti di dekat pintu. Menoleh malas pada perempuan itu.
Allara berjalan menghampiri nya, lalu menyodorkan tangannya. Kaiden yang mengerti langsung memberikan tangannya. Allara mengecup singkat punggung tangan suami nya itu.
Kaiden tidak mau lama-lama. Laki-laki itu segera menarik lengannya.
"Eh"
"Apalagi?"
Allara mendekati Kaiden, sedikit berjinjit lalu mengecup singkat pipi Kaiden. Perlakuan yang membuat Kaiden tertegun sejenak, namun laki-laki itu memutuskan untuk pergi saja. Allara itu perempuan berbahaya, sangat agresif.
"Hati-hati ya, Kaiden! Kalo lembur kabarin Aku duluu"
___
"Masuk" ujar Kaiden ketika mendengar ketukan pintu. Laki-laki itu berkata tanpa mengalihkan perhatian dari berkas-berkas didepannya.
"Kiriman makanan, dari Allara" Denis, sekertaris nya itu masuk dan berdiri di depan Kaiden sambil menjinjing paper bag berwarna coklat.
"Gue ngga butuh, makan aja"
Denis sedikit terkejut mendengarnya. Setahunya Allara adalah istri kesayangan Kaiden, lalu, kenapa seperti ini?
"Apa yang lo tunggu?"
"Bukan nya-"
"Simpan" potong Kaiden. "Simpan itu diatas meja. Gue makan nanti"
__
"Jangan ngelakuin hal tanpa seizin Gue, Lara" ujar Kaiden, melirik Allara sekilas. Kini mereka berdua tengah berada di ruang kerja Kaiden, dengan posisi berhadapan. Bedanya Kaiden duduk di kursi kerja dan Allara berdiri. Gadis itu menunduk.
"Ya maaf"
"Lo bikin sekertaris Gue curiga"
"Aku ngga tau bakal kaya gitu jadinya, Kaiden. Lagipula, Aku cuman ngirim makan siang, ngga ada salahnya dong?"
"Jadi, maksud Lo, Gue yang salah?"
Allara menggeleng.
"Keluar" usir Kaiden membuat Allara menatap nya.
"Tapi-"
"Keluar"
Allara menghela nafasnya. "Oke. Kamu jangan tidur malem banget ya. Harus inget waktu, Aku gamau Kamu sampe-"
"Lo punya kuping gak sih?" potong Kaiden
"Kamu punya mata buat tau itu"
___
"Makan malem lagi?" tanya Kaiden begitu melihat Allara di dapur. Gadis itu seperti sedang mengkonsumsi sesuatu.
Allara menggeser obat, menyembunyikan nya dari Kaiden. Perempuan itu menggeleng. "Ngga makan, Aku lagi diet, soalnya kemaren bb aku naik"
"Apa yang Lo sembunyiin?"
"Ngga ada"
"Jujur"
"Ngga ada, Kaiden. Aku ngga-"
"Allara" potong Kaiden, menatap perempuan didepannya dengan tatapan peringatan.
Allara tersenyum lebar, hingga menampakan deretan gigi nya. "Sakit perut"
Kaiden menatap perempuan didepannya."Ke rumah sakit" tegas nya. Berbalik hendak pergi namun ditahan oleh perempuan itu.
Laki-laki itu menatap jemari Allara yang melingkar di lengannya. Lagak yang membuat Allara langsung melepas cekalan nya.
"Maaf maaf" Allara mengerti jika Kaiden tidak suka bersentuhan seperti itu. "Aku ngga mau ke rumah sakit, Kaiden. Orang sakitnya juga cuma sediki, ngga banyak-banyak. Ngga mau ngerepotin juga, jadi tadi aku cuma persiapan sebelum sakitnya nambah banyak"
"Gue ga mau sampe repot gara-gara Lo sakit. Males harus diceramahin nyokap cuma gara-gara ga becus jaga cewek kaya lo"
"Emang aku kaya gimana? Lagian, aku juga bilang kalo aku ngga mau. aku kaya gini juga karena aku ngga mau ngerepotin kamu"
"Bacot" Kaiden berbalik, hendak pergi namun tertahan karena perkataan Allara
"Kamu kok jadi marah? Lagipula itu kan udah kewajiban Kamu" Kaiden berbalik menatap lekat Perempuan didepannya.
"Ulangi"
"Itu udah kewajiban Kamu, Kaiden. Kewajiban Kamu sebagai suami Aku" lanjut Allara memberanikan diri.
"Lucu Lo" Kaiden terkekeh sarkastik. "Kita cuma dijodohin kalo Lo lupa"
Laki-laki itu berbalik. "Kalo bukan karena itu gue ogah harus jadi suami lo" ujarnya sebelum pergi menuju kamar.Meninggalkan Allara yang masih terdiam.
954 word
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
Художественная прозаSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...