Happy readingAllara, Ziva dan Farkan berada di salah satu restaurant yang cukup terkenal di ibu kota. Rencana nya sih, mau double date, sekaligus ngerayain jadiannya—ah ralat, balikannya Ziva sama Farkan.
Namun yang ada sekarang hanya tiga orang, jatohnya kaya orang jomblo nemenin orang pacaran. Tapi Allara tidak keberatan, perempuan itu asik saja dengan makanan nya. Ternyata Kaiden benar benar tidak bisa datang, padahal ini jam makan siang. Apa harus Allara menyuruh Kaiden tidur diluar? Allara kesal, tapi makanannya enak.
“Gue kaget banget kalian tiba-tiba balikan” ujar Allara.
“Gue males kalo harus ngulang dari awal, kaya, pdkt gitu. Tapi gue juga kesepian kalo sendiri terus” jelas Ziva
“Gue emang nunggu Ziva dari lama. Putus juga kan dulu bukan kemauan gue”
Ziva nyengir. “I love you sayang”
Farkan mengelus puncak kepala Ziva “I love you more, cantik”
Adegan itu seperti potongan dalam sebuah drama romansa. Allara tersedak karnanya. Apa apaan Ziva, sangat tidak sopan.
Sebuah tangan terulur mendekatkan gelas minum ke hadapan Allara. Ketiganya menoleh
“Maaf gue telat” Kaiden, laki-laki yang masih menggunakan setelan formal itu menarik kursi lalu duduk di sebelah Allara.
Ziva menatap Allara, pun sebaliknya. Allara mengambil gelas itu lalu meminumnya perlahan.
“Santai aja, kita belom lama juga” ujar Farkan.
“Katanya kamu ga bisa dateng?” tanya Allara
“Meeting nya batal”
Allara ber-oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala. “Itu karna kamu nolak ajakan istri, jadi gitu. Kualat”
“Gue yang batalin”
—
Setelah makan siang sekaligus double date itu selesai, Kaiden kembali ke kantor, sedangkan Allara pulang ke rumah karena kelasnya pun sudah selesai.
Allara sedang berselancar dalam mimpinya. Habis makan, ya ngantuk. Perempuan itu sangat lelap sehingga tidak mendengar ponsel yang sejak tadi berdering.
Kaiden menelponnya sudah lebih dari 20 kali.
Di lain tempat, Kaiden berdecak kesal. Kemana Allara? Apa gadis itu marah gara-gara Kaiden menolak untuk mengantar nya pulang? Tapi kan Kaiden sudah menyuruh supir untuk mengantarnya.
“Ada kabar?” tanya Kaiden pada Danis
Danis menggeleng “Rumah kosong, udah di bel beberapa kali ga ada yang nyaut”
—
Allara terbangun dari tidurnya, terdiam menatap langit-langit kamar, mengumpulkan nyawa. Mendudukkan diri, perempuan itu lalu meraih ponsel yang diletakan di atas nakas. Kaget, melihat banyak panggilan tak terjawab dari Kaiden.
Baru saja mau menelpon balik, pintu kamar terbuka, Kaiden memasuki kamar dengan wajah... Kesal?
“Lo darimana sih?” tanya nya lalu mendekat, duduk di dekat Allara.
“Ngga dari mana mana, abis tidur”
Kaiden menghembuskan nafas kasar. Sabar, Kaiden.
“Pulang sama siapa tadi? Kan gue udah nyuruh lo pulang sama supir, kenapa lo malah pulang sendiri? Lo bisa ga sih nurut sekali aja sama gue?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
General FictionSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...