ALLARA'44

1.5K 102 9
                                    


Happy reading

Hari berganti, waktu terus berputar tanpa menunggu siapapun.

Allara kembali ke aktifitas nya setelah berminggu-minggu meliburkan diri. Perempuan itu tengah berkutat dengan tugas di perpustakaan kampus.

Kelasnya sudah selesai, tapi tidak dengan tugas. Tidak masuk hampir sebulan membuat ia seperti di kroyok oleh tugas. Belum lagi, banyak yang mendekati deadline dalam waktu bersamaan.

Allara menutup hidungnya begitu darah mengalir keluar. Dengan sebelah tangan bebas ia mengambil tisu dari dalam tas lalu mengelapnya.
Kelelahan dan terlalu banyak berfikir adalah faktor utama. Untuk seorang seperti Allara, terlalu pusing dan banyak beban pikiran akan membuat ia mudah mimisan. Singkatnya, allara ngga bisa berfikir terlalu keras.

Peristiwa ini bermula sejak kelas 9 smp dulu, saat allara sering begadang bahkan tidak tidur untuk mengerjakan tugas. Kecelakaan yang menimpa membuat allara hiatus sementara dari dunia pendidikan. Alhasil, ia harus mengejar tugas-tugas dan nilai. Perlu kalian tahu jika keluarga nya begitu menuntut kesempurnaan.

Kebiasaan allara tersebut membawa efek buruk bagi kesehatan. Hingga sampai sekarang, ia tidak bisa terlalu banyak berpikir.

"Kalo cape, istirahat dulu" Allara menatap lengan yang meletakan sebotol air mineral di atas meja. Ia beralih menatap siapa pelakunya.

"Ga cape" balas allara, cuek. "Ngapain kamu disini, kaiden?"

"Ketemu kamu" Kaiden menarik kursi lalu duduk di hadapan allara.

"Untuk? Kita udah ga ada urusan lagi, kan?"

"Saya cuma kangen"

"Ga ada waktu buat kangen-kangenan, kaiden. " balas allara. Nada bicara perempuan itu kentara sekali tidak suka atas kehadiran kaiden. "Oh iya, lo bisa langgar peraturan gue sekarang, udah ga berlaku. Jadi, ngga usah pake saya-kamu lagi"

Kaiden mengangguk. Ia memperhatikan Allara yang menyeka darah dari hidungnya. Apa perempuan itu kelelahan? Segala hal yang terjadi kemarin-kemarin pasti menjadi pukulan besar bagi allara. Ah, kaiden benar-benar ingin memeluknya sekarang.

"Ga usah ngeliatin. Mending pergi, sana. Gue mau nugas"

"Aku temenin"

"Ngapain? Ga ada kerjaan? Oh iya, perusahaan nya kan hampir bangkrut gara-gara isu perselingkuhan, ya? Kasian amat, lo"

"Allara, aku masih suami kamu"

"Trus gue kudu ottoke? Jungkir balik, gitu?"

"Jaga bicara kamu, setidaknya hargain sedikit"

"Gue selalu menghargai lo, kok, banyak banyak malah. Tapi, lo sendiri yang ga pernah ngehargain gue. Dan bersikap seenaknya"

"Maaf" Allara mengangguk. "Bener-bener ga ada kesempatan kedua bagi aku?"

"Engga. Lagipula perceraian kita udah di urus, kan?"

Kaiden mengangguk. Ia tentu ingat akan hal tersebut.

"Mau ke rumah sakit?"

"Ngapain?"

"Mimisan kamu ngga berhenti"

"Udah biasa. Ini tuh cuma karna kebanyakan mikirin tugas, aja"

"Aku ga pernah liat kamu mimisan sebelum nya"

"Karna lo ga pernah merhatiin, makanya ga tau"

Kaiden lagi-lagi telak. Ia hanya bisa tersenyum.

"Mending lo pergi, gih. Perusahaan lo masih harus di urus, kan? Zoe juga, tumben ga nempel sama dia"

"Kita cerai"

"Padahal lanjut aja, udah bebas ini, udah pada tau semua orang tuh"

"Dia ngga bener-bener sayang sama aku, allara. Dia cuma memanfaatkan situasi, memanfaatkan harta aku. Sekarang dia udah balik lagi ke mantan nya. Aku ngga nyangka dia bisa jadi semengerikan itu. Dia merangkai rencana sama jevan, termasuk buat mencelakai kamu. Kalo kamu pikir perkataan aku waktu itu cuma omong kosong belaka, kamu jelas salah. I love you, aku gamau kamu kena imbas kalo sampe aku nolak kehadiran zoe. Dia tipikal perempuan yang pendendam dan pemarah. Zoe bakal bersikap lebih jahat dari kemarin. Aku kira dengan aku menerima dia, dia ga akan ganggu kamu, dia ga akan celakain kamu, tapi ternyata dugaan aku salah. Zoe tau tentang kita, dia sakit hati dan dia mau aku hancur, termasuk lewat kamu. Aku merasa gagal jadi suami kamu, Alla. Itu kenapa aku selalu minta buat batalin perceraian ini"

"Wah...jinja?" Allara menaruh tisu setelah membersihkan hidungnya.

Kaiden mengerutkan kening mendengar penuturan allara. Apa artinya? Jinja, ninja?

"Karma is real kayanya ya, kaiden. Lo dilukai sama orang yang kamu sayang, persis seperti yang gue rasain" ujar Allara. "Gue setengah-setengah sih kalo soal niat lo nerima zoe. Soalnya lo kaya beneran sayang sama dia. Padahal, dengan lo begitu gue tetep terluka, secara batin. Lo nyakitin gue dengan sikap lo dan pemikiran gue sendiri. Lo biarin gue overthingking, kebingungan dan ragu"

"And, ngga perlu merasa gagal. Apa yang jadi masalalu biarin aja, lah. Udah lewat ini. Sekarang terima aja hasil kelakuan lo"

"Ya justru itu aku merasa gagal"

"Kaiden, kalau niat lo nerima zoe itu demi melindungi gue, makasih banyak-banyak banget, ya? Maaf juga kalo semisal dulu, gue sering bikin ulah. Lo ga perlu merasa kaya gitu lagi, lo terbaik kalo jadi diri sendiri. Lo hebat sih melalui semua ini. Gue yakin lo juga bisa melewati setiap masalah kedepan nya. Semangat"

"I wanna hug you right now"

"Lagi di perpus"

"Ayo pergi"

"Kemana? Ngapain? Cuma buat pelukan?"

Kaiden mengangguk.

Allara melirik sekitar, cukup sepi disini karna sedang jam-jam belajar. Pun karna allara ada di perpustakaan atas, dimana jarang orang yang datang kemari.

Perempuan itu berdiri membuat kaiden mengikuti nya.

Laki-laki itu menarik allara dalam dekapan nya. Memeluk erat perempuan itu sambil mengucap syukur dalam hati karna masih diberi kesempatan meskipun mungkin ini akan menjadi kali terakhir mereka berpelukan.

"I love you, more" bisik kaiden membuat allara meremang seketika.

-

Allara berada di kediaman Aariz sekarang. Ia hendak membahas soal tema pernikahan mereka. Pasalnya, tadi allara melihat gaun pengantin yang cantik di tiktok, itu menjadi salah satu faktor dream wedding nya.

"Ada apa?" tanya Aariz pada Allara yang duduk di sofa ruang tamu. Laki-laki itu mendudukkan diri di hadapan allara.

"Aku tadi nelpon kamu tapi ngga diangkat-angkat, makanya aku kesini buat ngomong langsung"

"Maaf, saya baru pulang dari seminar"

"Aku mau bahas soal pernikahan kita. Aku mau request tema pernikahan sama gaun pernikahan nya, boleh ngga, Mas?"

"Boleh. Ada baiknya kita bicarain sama keluarga"

"Iya, tapi sebelum itu aku maunya nanya sama kamu dulu, kan yang mau nikah juga kita. Udah cukup perjodohan sama orang tua, kalo soal pernikahan bisa sesuai keinginan kita, kan?"

"Iya" balas Aariz. "Saya mau nanya"

"Tanya aja, mas. Aku masih didepan kamu, kok"

"Kamu mau mahar berapa?"

"Hah? Emangnya bisa nanya gitu?"

"Bisa. Selagi ngga memberatkan pihak suami dan juga ngga merendahkan istri. "

"Bukan nya sesuai kemampuan suami?" Aariz mengangguk. "Aku mau dong kaya di novel-novel, mahar nya surat ar-rahman"

"Saya masih mampu memberikan kamu mahar, tapi setelah menikah nanti, saya bakal bacain kamu surat ar-rahman setiap hari, kalau memang kamu mau"

1042 words

28 januari 2023

ALLARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang