Happy reading
Malam ini Faru atur temu dengan kaiden. Setelah kurang lebih lima belas menit menunggu, akhirnya kaiden sampai di cafe tempat mereka akan berbicara.
“Mau ngomongin apa? Gue ga punya banyak waktu”
“Gue juga ga mau lama-lama sama lo” balas Faru sinis. “Gue minta, ngga usah bersikap manis ke allara. Jangan ganggu gugat keputusan dia buat pisah. Gue pengen adek gue bahagia, gue pengen adek gue lepas dari kukungan cowok kaya lo, kaiden. Ga usah bujuk dia, ga usah bikin dia semakin ragu sama keputusan nya. Lo bikin dia tersiksa karna terus-terusan mikirin hubungan kalian”
“Elfaru, lo emang abang nya, tapi bukan berarti lo bisa ikut campur urusan rumah tangga gue. Lo ga perlu ngurusin sikap gue ke Allara, semua itu hak gue mau bersikap seperti apa ke dia”
Bugh
Faru melayangkan pukulan tepat di pelipis kaiden membuat pandangan laki-laki itu memutih. Kaiden terperosok jatuh dari tempat duduknya. Dengan cepat berdiri lalu mendekati faru, mencengkram kerah jaket laki-laki itu lalu membalas pukulan tak kalah kuat. Perlawanan yang membangunkan iblis dalam tubuh faru.
Mereka berkelahi hebat.
Keributan tersebut mengundang banyak pasang mata. Atmosfer di ruangan menegang. Keduanya menjadi pusat perhatian seisi cafe sekarang.
“Sialan lo!” Faru benar-benar dikuasai emosi. Ia menyerang kaiden membabi buta, tidak membiarkan kaiden memberi perlawanan. Pandangan faru kian menggelap sebagaimana amarah dan ego yang berkuasa.
Kaiden terkapar, tetapi masih sadar. Laki-laki itu terbatuk, perih nyeri di beberapa titik tubuhnya. Sedang faru meraih botol kaca dari atas meja, hendak menyerang lawannya lebih ganas, tetapi beruntung bagi kaiden, karna dua orang security menahan faru.
Faru melempar botol kaca tersebut sembarang arah, menciptakan bunyi nyaring ke perjuru ruangan. Ia memberontak, tidak mau ditahan.
“Lepas!” Faru mengatur nafasnya, terengah-engah. Namun security tidak menggubrisnya. Kalau dilepas, perkelahian itu akan semakin parah.
“Gue bilang lepas!”Bebas dari dua security, faru mengambil ponsel dari saku jaketnya. Memutar vidio yang menangkap percakapan zoe dan kaiden hari itu lalu melempar ponsel tersebut pada kaiden.
“Gue ngga mau, kaiden”
“Please, zoe. I fucking love you, jangan pisah dari gue. Gue bakal menceraikan allara dan menjadikan lo satu-satunya”
“Lo manusia paling anjing yang pernah gue kenal, kaiden”
—
“Ada keperluan apa kamu dateng malem-malem gini, Allara?”
Aariz heran dengan kedatangan perempuan itu ke kediamannya. Ia melebarkan pintu mempersilahkan allara masuk.
“Ngapel” jawab allara kemudian menyodorkan jinjingan hitam yang ia bawa.
“Apa?”
“Martabak manis, buat kamu”
Aariz menerima nya “Makasih” Kemudian masuk menyimpan pemberian allara di meja.
Allara merasa dunia terbalik. Bukan kah seharusnya laki-laki yang datang ke rumah dan membawakan martabak? Aissshh!
Aariz mendekati allara yang masih berada di luar. “Masuk, diluar dingin” Allara mengangguk,
“Allara” Panggilan itu menghentikan lamgkahnya.
Allara pun Aariz menoleh ke sumber suara. Kaiden dengan kemeja acak-acakan dan wajah penuh lebab berjalan mendekat. Laki-laki itu meraih lengan allara, membuat aariz menatap genggaman keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
Ficción GeneralSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...