makin banyak vote, makin semangat buat update [emot cium lope lope]
makasiiii❤️
Happy reading
Sesuai dengan apa yang sudah dibicarakan tadi pagi, Kaiden akan menjemput Allara sepulang dari kampus dan membawa gadis itu ke rumah mertuanya.
Kaiden memasukan ponselnya begitu melihat Allara mendekat. Gadis itu berlari kecil sambil tersenyum manis. Terlalu fokus pada Kaiden membuat Allara bertubrukan dengan seorang lelaki. Allara hampir terjatuh jika saja laki-laki itu tidak menahan badannya.
“Eh, sorry” ujar laki-laki itu.
“Gapapa, gue juga minta maaf karna jalan ga liat-liat”
Laki-laki itu mengangguk tapi masih enggan melepas tangannya dari baju Allara “Lagi buru-buru ya? Mau pulang?”
Allara mengangguk.
“Pulang sama siapa? Sendiri?”
“Sama suaminya” balas Kaiden tiba di dekat mereka. Ia menjauhkan lengan laki-laki itu dari bahu Allara.
Allara tersenyum canggung. “Udah, ayo pulang sayang”
—
Sejak kejadian tadi, Kaiden tidak mau buka suara. Laki-laki itu hanya diam, sepanjang perjalanan hingga sekarang berada di rumah Mama Vica.
“Kaiden masih marah ya?” Entah sudah berapa kali Allara menanyakan itu, namun tak kunjung mendapat balasan dari Kaiden.
Allara menaruh sepiring roti bakar dan segelas jus jeruk di samping Kaiden lalu duduk di sebelah laki-laki itu. Mereka tengah berada di tepi kolam berenang. Menikmati langit senja dari sana.
“Kaiden ga boleh loh marah lama-lama sama istri”
“Kaiden tau ga kenapa awan warna nya putih?”
“Iya, betul! Karna aku sayang sama kamu” Kaiden melirik Allara sekilas, membuat gadis itu terkekeh.
“Aku ngga sengaja tubrukan sama dia. Aku terlalu fokus ngeliat suami aku, sampe ga sadar sama sekeliling. Aku juga ngga kenal kok dia siapa. Maaf ya, Kaiden?”
“Kaiden masih mau lama lama marahnya?” tanya Allara lagi. “Oh iya, aku bikin roti bakar sama jus jeruk. Enak loh, sambil nyemil liat senja”
“Waktu aku ke apotek, aku ditanya sama mba nya, 'cari apa kak?' trus aku jawab” Allara berdehem. “Mencari kesempurnaan yang belum aku dapatkan, mencari kepingan kesalahan agar orang yang ku sayang tak lagi terdiam”
Allara lalu terkekeh. Hanya dia yang bersuara, ramai sendiri. Sejak tadi Kaiden hanya diam saja, menikmati pemandangan sore.
“Kaiden kita mau nginep? Apa mau pulang? Apa mau pulang dulu trus nginep? Apa mau nginep trus nanti pulang?”
“Kaiden kok kamu bisa diem doang ngga ngomong-ngomong? Padahal di sebelah kamu ada yang lagi ngomong”
“Kaiden kamu tau ngga? Dulu pas smp aku pernah diejek gara-gara ga bisa berenang. Pas lagi di tes, trus nama aku dipanggil. 'Allara, ayo giliran kamu berenang', kata gurunya gitu. Tapi aku ga mau turun, aku meluk pegangan tangga di pinggir kolam, karna aku takut banget mau berenang. Soalnya, dulu aku pernah kelelep. Sampe dikasih nafas buatan sama bibi di rumah. Mana ya, kalo kolam dalem kan keliatan tuh, airnya tu jadi warna biru tua. Aku takut tiba-tiba ada hiu atau hewan apa gitu trus nanti aku ditarik, trus gabisa naik lagi. Hih, ngeri”
“Oiya, Kaiden. Dulu kita satu sekolah tau pas SMA. Aku baru tau dari Mama tadi pas makan. Kamu sih, abis makan langsung pergi, padahal kita ngobrol dulu. Kita juga ngomongin kamu dikit, hehe”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
قصص عامةSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...