Happy readingAllara baru saja pulang kuliah. Perempuan itu mendudukkan diri di sofa ruang tengah, hanya sepersekian detik sebelum bel berdenting membuatnya berdecak namun tak urung membukakan pintu.
“Rafika?” heran Allara. Ia tentu ingat jelas siapa perempuan berpakaian formal didepan nya. Rafika, perempuan yang pernah ia pergoki berpelukan dengan Kaiden. Ah, meskipun kaiden bilang tidak sengaja tapi allara tetap menganggap nya seperti itu. Ia kesal, cemburu lebih tepatnya. Tapi, bukan kah itu sudah lama terjadi? Lupakan saja.
“Siang, Bu” Kini Allara merasa ia sudah tua mendengar sapaan itu. Tapi tak apa, perempuan itu tetap tersenyum pada Rafika. “Saya disini karna tugas dari pak kaiden buat ngasih ini”
Rafika menyodorkan paper bag besar berisi kotak berwarna hitam didalamnya.
“Apa ini?”
“Maaf kalau itu saya kurang tahu, Bu. Saya hanya diberi tugas mengantarkan nya kesini”
“Oh...iya. Makasih ya, mbak fika” Rafika mengangguk. “Mau masuk dulu? Saya buatin minum”
“Terimakasih tawaran nya, Bu. Tapi maaf, saya masih punya banyak kerjaan”
Allara mengangguk membuat Rafika berpamitan. Setelahnya Allara kembali masuk dan membuka benda itu di kamar.
Classy formal korean dress berwarna brown pastel beserta heels putih dan sling bag kecil berwarna senada. Allara melihat kertas kecil lalu mengambil nya.
use it tonight. i'll pick you up at 7 pm.
Perempuan itu mengerutkan keningnya. Sudah pasti kaiden yang mengirimnya, tapi untuk acara apa?
Allara meraih ponsel berniat menanyakan nya pada Kaiden, namun ia teringat ini masih jam kerja. Aha! Perempuan itu menjentikkan jarinya. Bagaimana kalau mengantarkan makan siang sekaligus menanyakan nya? Masih ada satu jam untuk bersiap.
—
“Masuk” ujar Kaiden mendengar ketukan pintu. Laki-laki itu fokus dengan dokumen di tangan nya hingga aroma yang cukup familiar menyapa indra pembau nya membuat ia mengalihkan atensi.
Allara tersenyum sambil melambaikan tangan. Diletakan nya cooler bag di atas meja lalu mendekati Kaiden.
Laki-laki itu melepaskan kacamata, meletakan nya di samping berkas-berkas sambil membalas senyuman istrinya. “Kamu ngga bilang mau kesini”
“Harus bilang ya?”
Kaiden menggeleng “Saya bisa ngosongin jadwal kalo kamu mau kesini”
“Engga, engga usah” balas Allara. Menarik kursi beroda dari samping lalu duduk di hadapan Kaiden. Meja kerja berlapis kaca itu menjadi penengah antara ia dan Kaiden. “Kerjaan kamu masih banyak, ya?”
Kaiden mengangguk. “Saya harus ngecek ulang berkas-berkas penting buat proyek tahun depan”
“Hwaiting sayaaaang!” Allara mengepal tangan mengangkatnya ke udara membuat kaiden terkekeh melihatnya. Gemas sekali istrinya ini.
“Kamu bawa apa itu? Saya kira kamu pulang siang. Emang ada waktu buat masak?”
“Aku pulang jam sepuluh tadi, masih ada waktu buat masak” jawab Allara. “Aku bikin cah brokoli udang saus tiram, telor dadar gulung minum nya jus stroberi. Kamu suka? Kalo engga aku bisa beliin dulu minum nya kedepan. Aku juga bawa buah jeruk sama apel”
“Saya suka semua jenis buah. Menu yang kamu bikin lebih dari cukup”
“Tau engga menu favorit aku, yang aku suka banget?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
Художественная прозаSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...