ALLARA'46

2.2K 98 5
                                        


anyeooonggg!

neomu mianhaee diriku baru update, soalnya lagi sibuk-sibuknya sama tugas.

sebelum baca, jangan lupa votee nya yaa.

terimakasih💗


Happy reading


Allara menatap refleksi dirinya di cermin. Malam ini puncaknya, ia akan merayakan ulang tahun ke 21. Problematika kehidupan memang sebuah proses pendewasaan, tapi allara lelah terus-terusan dihadapkan dengan situasi demikian.

Kini, hati dan pikiran nya berperang. Saling bertolak belakang. Sudah genap dua bulan sejak allara menolak diantar kaiden, sejak itu pula Allara terus bergelut, berpikir menggunakan logika, membuat keputusan mutlak berpisah dengan kaiden. Tapi berbeda dengan hati yang seolah menepis, menolak keputusan tersebut. Allara yakin, tapi disisi lain ia juga ragu. Apakah bisa ia melupakan kaiden? Jawabannya tentu bisa, tetapi semua hal butuh proses, kan? Itu yang menjadi masalah. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakan kaiden? Sudah dihadapkan dengan laki-laki sempurna seperti Aariz pun, allara masih sering memikirkan kaiden.

"Mau sampe kapan ngelamun terus?" tanya Faru, menghampiri allara. Kedatangan laki-laki itu membuat allara mengalihkan perhatian nya. "Udah banyak tamu didepan"

"Iya, ayo" Perempuan bergaun putih tulang itu beranjak, mendekati Faru.

"Jangan terlalu dipikirin"

"Pikirin apanya? Aku mikirin apa emang? Ga ada"

"Lo ngga jago bohong, allara. Bahkan dari tatapan lo aja, orang-orang bisa tau lo lagi banyak pikiran"

-

Rangkaian acara selesai, allara menatap bergantian keramaian malam ini.

Ia bersyukur, meskipun dewasa itu menyakitkan, tapi ia bisa melewatinya. Berbagai orang berumur 21 tahun diluar sana, ada yang sibuk skripsian, sibuk bekerja karna masalah ekonomi, sibuk memperbaiki diri, bahkan ada juga yang telah tiada.

"Allara"

Suara itu, allara terdiam sejenak sebelum membalikan badan nya.

"Selamat ulang tahun"

Laki-laki itu menyodorkan buket bunga edelweiss dan paper bag hitam.
"Makasih. Tapi, bukannya gue ngga ngundang lo kesini?"

"Harus diundang? Aku masih suami kamu"

-

"Mas ezar" Allara menghampiri Aariz yang duduk sendirian di kursi taman. Sepertinya laki-laki itu lebih suka di tempat sepi seperti ini dibanding berada di keramaian.

Aariz beranjak, menoleh ke sumber suara bersamaan dengan sampainya allara disamping laki-laki itu.

"Aku bawain bunga buat kamu" Aariz menatap setangkai mawar putih yang disodorkan allara. "Sebagai hadiah. Bukannya gapapa ya, kalo ngasih hadiah? Engga dosa, kan?"

Meski ragu, Aariz menerima bunga tersebut. "Terimakasih"

Allara mengangguk sembari tersenyum. "Mas ezar"

"Boleh ngga aku minta pendapat kamu?"

"Tentang?"

Apa tidak terlalu egois jika allara mengutarakan isi hatinya untuk kaiden kepada laki-laki bernotabene calon suaminya? "Engga jadi, deh"

"Bunga nya bagus ngga? Itu aku yang tanam tau, tuh, pohonnya ada di sebelah sana" Allara menunjuk dengan pandangan nya.

"Kamu ngga perlu mengalihkan pembicaraan, Allara. Silahkan omongin apa yang kamu mau bilang"

"Engga, mas. " Allara melirik sekitar. "Suasana nya pas ga sih buat fotbar? Fotbar yuk, mas"

"Saya jarang foto-foto, allara. Kalo kamu mau foto, biar saya fotoin"

"Aku kan maunya fotbar, kalo poto sendiri mah, minta fotoin fotografer aja" Allara cemberut, mood nya cepat sekali berubah hingga sepersekian detik kemudian perempuan itu tersenyum lebar. "Eh, btw gaun aku bagus, ga? Menurut aku sih, bagus"

Allara cari perhatian. Perempuan itu memutar tubuhnya menciptakan gelembung dalam gaunnya. Pemandangan yang sangat berbahaya.
Aariz mengalihkan pandangan, menutup mata dengan sebelah tangan nya. Kelakuan allara selalu membuatnya beristigfar.

-

"Gue ngga bisa, kaiden"

Seusai acara, kaiden mencari allara dan meminta untuk berbicara berdua dengan perempuan itu.

Kaiden meminta allara pulang dan kembali tinggal bersamanya.

"Tapi, Al-"

"Lo bisa menghargai keputusan gue, kan?" sela allara.

"Aku kangen serumah sama kamu, kangen masakan kamu, cerewetnya kamu tiap pagi, aku-"

"Kaiden, keputusan gue ngga berubah. Daripada lo disini cuma buang-buang waktu, mending pulang. Ini udah malem, gue juga cape pengen istirahat"

"Kalo gitu, izinin aku nganter jemput kamu ke kampus. Izinin aku mengunjungi kamu setiap hari"

"Buat apa? Lo mau ngerecokin hidup gue?" Allara menjeda, menatap kaiden tepat di manik legam laki-laki itu. "Lo bisa ngga sih, kaiden, berhenti bersikap egois? Oke-sebelumnya terimakasih atas niat baik lo. But, ngga mudah bagi gue buat menerima lo lagi setelah sekian banyak hal yang udah lo lakuin. Gue cuma butuh waktu sendiri, waktu buat ngelupain masalah, ngelupain semuanya. Gue pengen untuk saat ini lo paham sama perasaan gue"

Kaiden mendekat, tanpa ragu ia memeluk perempuan itu. Allara ingin memberontak, namun naluri nya malah membalas pelukan tersebut.

Malam ini, di depan rumah allara yang sepi, allara menangis di pelukan kaiden. Perempuan itu semakin dibuat tak mengerti atas perasaan nya sendiri. Pelukan kaiden seolah menjadi rumah, sesosok yang menjadi kepulangan allara, hingga perempuan itu melepas tangisnya. Meluapkan segala emosi dan perasaan yang ia pendam sejak lama.

717 words

7 februari 2023

ALLARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang