ALLARA'37

1.3K 121 23
                                    

sebelum baca, jangan lupa vote yaaa, terimakasiiih.


Happy reading

 
   “Kalian itu ya... Kok bisa baru ngasih tau sekarang?” tanya Halen sambil mengelus perut Allara yang sedikit membuncit. Lama tidak berkunjung kemudian datang membawa kabar gembira. Membuat Halen yang semula ingin protes mengurungkan niatnya.

“Biar surprise, Ma. Tadinya malah mau pas udah lahir baru kesini” jenaka Allara.

“Ngga boleh itu. Biasanya kalian dua minggu atau paling lama sebulan sekali kesini, ini udah berbulan-bulan. Sombong ya”

“Lagi banyak kerjaan, Ma. Mama tau kan proyek sama perusahaan yang baru di sahkan kemaren?” jelas Kaiden menaruh cangkir berisi teh yang baru ia minum ke atas meja. “Allara juga lagi fokus kuliah, ngerjain tugas-tugas”

Kaiden emang paling jago kalo ngeles.

“Maaf ya, Ma. Nanti sering-sering deh dateng kesini”

“Harus dong, biar Mama tau juga kalian udah seakrab apa. Mama liat-liat kayanya makin deket, sampe udah ngisi sekarang”

Makin deket? Allara rasa hanya 30%, sisanya kekacauan yang dibuat laki-laki itu.

Malamnya, mereka memutuskan menginap di rumah Halen.

Allara bersandar pada punggung ranjang sambil memainkan ponselnya.

“Udah dua jam kamu main hp terus” ujar Kaiden mendekati Allara. Laki-laki itu baru selesai mandi malam. Rambutnya masih basah sehabis keramas, aroma wangi segar laki-laki itu menyapa indra pembau Allara. “Ngapain?”

“Chatan sama calon suami baru” balas Allara bercanda. Perempuan itu fokus pada layar ponsel sampai tidak melihat raut wajah suami nya. Kaiden mengambil ponsel Allara, merampasnya secara paksa. 

“Ish, kaiden!” Allara berusaha merebutnya kembali tetapi kaiden tak kalah gesit darinya. Laki-laki itu melihat layar ponsel Allara. Bukan room chat, tapi beranda Instagram.

“Huu! Orang cuma becanda juga, main rebut aja. Sini”

Kaiden mematikan ponsel Allara, berdiri lalu memasukan ponsel ke saku celana nya. “Tetep ga boleh. Sekarang waktunya istirahat bukan main hp”

“Sebentar lagi. Lima menit lagi, aja.”

“Engga”

“Ayolah... Boleh dong, Kaiden. Lima menit, aja”

“Engga, Allara”

Pagi ini Allara sarapan bersama keluarga Kaiden tetapi tanpa laki-laki itu. Kaiden ada urusan penting yang mendadak, membuatnya harus pergi dini hari ke luar kota.

“Kaiden gimana kalo dirumah?” tanya Halen.

Allara ingin sekali berkata apa yang telah dilakukan laki-laki itu, tetapi agaknya hal itu akan merusak suasana pagi ini. Akan menimbulkan banyak kekacauan, terlebih ada dua keluarga yang terlibat.

“Kaiden jarang dirumah, Ma. Soalnya dia sering lembur. Tapi kalo lagi dirumah ngga gimana-gimana, kok. Sering bantu-bantu juga. Apalagi setelah tau aku lagi hamil”

Siang hari sepulang dari rumah Halen Allara mengunjungi kediaman Kaiden dan Zoe. Laki-laki itu menitipkan istri sirihnya pada Allara. Khawatir, katanya.

Untungnya hari ini Allara tidak ada jadwal kuliah, jadi dia tidak terlalu lelah karna tugasnya hanya menjaga zoe sesuai amanah dari Kaiden.

Teriakan zoe membuat Allara tergopoh-gopoh menghampiri perempuan itu.

Zoe terduduk di pinggir kolam, perempuan itu memegang perut buncit nya. Sedang allara mencerna apa yang terjadi.

Allara segera membantu zoe berdiri, perempuan itu melihat darah di paha seputih porselen milik zoe.

Alarm bahaya berdering nyaring dalam pikiran Allara. Perempuan itu dengan susah memapah Zoe menuju gajebo terdekat, mendudukkan zoe yang masih meringis disana.

Allara menelpon supir, meminta agar segera datang. Sialnya di rumah ini tidak ada siapa-siapa selain dua perempuan itu.

Setelah ditangani, kini zoe terbaring di bangsal VIP. Pendarahan yang dialami zoe membuat Allara panik dan khawatir dengan kandungan perempuan itu, tapi syukurnya bayi dalam perut zoe baik-baik saja.

Pintu ruangan terbuka. Tatapan mengintimidasi kaiden membuat nyali Allara ciut seketika.

Kaiden melihat zoe sebentar lalu menarik Allara, membawa perempuan itu keluar ruangan.

Kaiden melepaskan cekalan nya pada pergelangan tangan Allara. Beruntung lorong tempatnya berada tidak ramai.

“Saya tau kamu ngga suka sama zoe, tapi bukan berarti kamu berhak bersikap kaya gitu sama dia”

Allara mengerutkan keningnya, menatap kaiden penuh tanya. “Maksud kamu—dia jatoh, Kaiden. Ini semua murni kecelakaan, bukan aku yang sengaja nyelakain dia. Aku masih punya kewarasan untuk itu”

“Aku ga suka ya kamu tuduh-tuduh aku sembarangan. Mentang-mentang kamu sayang sama zoe kamu bisa makin seenaknya sama aku. Salah sendiri nitipin zoe ke aku. Mana bisa aku jaga dia kaya kamu yang cowok”

“Dia celaka karna kelalaian kamu, Allara. Kamu ga becus jaga istri saya”

“Iya, emang. Aku jaga diri sendiri aja belom tentu bisa, udah disuruh jaga orang lain. Kamu yang lebih dewasa harusnya sadar buat hal itu, Kaiden. Kamu itu sama aja kaya nitipin ikan ke kucing, jelas salah. Udah kamu salah, nyalahin aku lagi”

“Oke—maaf kalo aku bikin dia kaya sekarang, aku gatau dia main ke kolam, kejadian nya pas aku lagi di dapur buatin dia jus. Kamu ngga usah khawatir berlebihan, Kaiden. Dokter bilang bayi di perut nya ngga apa-apa”

“Lagipula dia bukan anak kamu, kan?”

“Anak saya atau bukan, ngga ada urusan nya sama kamu. Lebih baik kamu pergi dari sini. Perdebatan kita bisa bikin zoe curiga. Saya ngga mau dia tau kalo saya punya perempuan lain”

“Ngga ada urusannya sama aku? Jelas ada lah! Kamu nikah sama dia yang lagi hamil anak orang. Mau-maunya kamu nikah sama cewek rusak”

“Kamu ngga bisa ngejudge orang sembarangan, Allara. Kamu ga pernah tau kejadian sebenarnya”

“Kejadian sebenarnya gimana? Kejadian kalo dia having sex sama cowo lain sampe hamil diluar nikah dan kamu yang harus tanggung jawab sampe berani nikah lagi, tanpa sepengetahuan istri kamu?”

Kaiden memejam, pembahasan Allara menyulut emosi nya. “Pergi darisini sebelum saya marah”

“Kenapa harus marah? Yang aku omongin kan, bener, kaiden. Kamu itu cinta sekaligus bodoh karna mau dimanfaatin sama cewek ga tau malu kaya—”

“ALLARA” sentak Kaiden. Baritone laki-laki itu bervolume sangat tinggi, suaranya menggema di lorong rumah sakit yang sepi.

“Kamu mau cerai, kan? Oke. Saya akan urus surat perceraian nya besok. Silahkan pergi dari sini, secepatnya. Saya ngga mau istri saya mendengar perkataan kamu”


935 words

14 januari 2023

ALLARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang