haii anyeongg!
maaf yaa baru up lagi karna minggu-minggu kemaren fokus buat ulangan terus sibuk juga karna banyak aktifitas.
semoga masih inget sama alurnya yaa. jangan lupa vote komen dan share ceritanya yaaa
terimakasiii [love]
Happy reading
“Allara”
Allara menghembuskan nafas lelah tetapi tak urung beranjak dari duduknya untuk menghampiri Zoe. Ia sudah benar-benar seperti pembantu. Mengurusi Zoe tentang ini-itu nya.
“Ada apa lagi Zoe?”
“Boleh bantu keringin rambut? Susah nyampe ke belakang”
Allara mengangguk lalu mengambil alih hairdryer dan perlahan mengeringkan rambut Zoe yang setengah basah.
“Aku baru potong rambut tau. Bagus ga?”
“Bagus” jawab Allara
“Berarti ga salah ya saran dari kaiden”
“Lo kesana sama kaiden?”
“Iya, minggu lalu ke salon sama kaiden sekalian jalan-jalan juga soalnya dia bilang suntuk kerja terus”
Allara mengangguk singkat menanggapi nya. Ia sudah tidak habis pikir dengan kaiden. Laki-laki itu sepertinya menyembunyikan lebih banyak hal dibelakang nya.
“Aku pulang” ujar Kaiden memasuki kamar dimana ada dua orang perempuan di depan meja rias.
Allara menoleh sekilas lalu kembali fokus pada rambut Zoe. Tetapi Zoe malah berdiri membuat allara memberi jarak.
Zoe langsung merentangkan tangan dibalas pelukan oleh kaiden.
“Kangeeen banget sama kamu”
“Aku juga” balas kaiden lalu mengecup singkat kening Zoe.
Allara menghela nafas melihatnya. Perempuan itu lalu mematikan hairdryer dan keluar dari ruangan itu, merasa menjadi nyamuk pengganggu.
—
Kaiden keluar dari kamar setelah melepas rindu bersama istri sirihnya.
Laki-laki itu mencari allara di seluruh rumah tapi tidak juga menemukan nya. Mengambil ponsel lalu menelpon allara untuk memastikan.Beberapa kali menelpon tetapi allara terus menolak nya. Hal itu membuat kaiden berdecak kesal. Laki-laki itu beranjak keluar rumah untuk mencari allara. Untung saja Zoe sudah beristirahat, ia tidak akan membuat perempuan itu curiga.
—
Di atas jembatan beratap langit malam yang indah dengan bintang dan bulan yang bersinar terang, allara berdiri dengan kedua tangan menopang pada pembatas.
Hembusan angin dingin malam ini menerbangkan helaian-helaian rambutnya, menyapu kulit putih bersihnya dengan rasa dingin yang menyebar.
Allara menatap kosong danau dibawah, bersama pikiran nya yang beradu dan ricuh.
“Ngapain disini?” baritone itu menginterupsi nya membuat ia menoleh tetapi kembali mengalihkan pandangan.
Kaiden. Laki-laki jangkung dengan kaos merah ati itu berdiri di sebelah allara dan mengikuti arah pandang perempuan itu.
“Cuma liat danau doang?”
“Apa yang gue liat bukan urusan lo”
“Gue nyari lo kesini buat mastiin”
“Mastiin apa? Pulang dengan selamat?” tanya allara namun belum juga kaiden menjawab ia sudah berkata lagi “Gue bukan anak kecil. Gue bisa ngurus diri gue sendiri, kaiden”
“Gue tau. Tapi lo cewek, bahaya kalo keluar malem sendirian”
“Gue lebih rela daripada harus liat lo mesra-mesraan sama Zoe. Gue cemburu”
Kaiden menatap allara lalu terkekeh. “Alla, come on”
Allara menatap suaminya.
“Jangan selfish. She's my wife. Wajar dong kalo gue mesra sama dia?”
“Tapi gue juga istri lo, kaiden. Istri sah lo. Kenapa Lo cuma gitu ke dia doang? Bukan nya seharusnya derajat gue lebih tinggi daripada dia?”
“Sorry? Gue lebih sayang sama dia, Alla. Kalo bukan karena orang tua, gue juga ngga mau nikah sama Lo. Gue kaya gini juga demi Zoe, biar dia ga diapa-apain sama mereka. Gue kaya gini demi kebaikan gue sendiri”
“Terus gimana sama gue? Gimana sama perasaan gue, kaiden? Pernah Lo mikir gimana rasanya jadi gue? Pernah Lo mikir ada di posisi gue? Gue berusaha menerima semua sikap lo, gue juga ga kenal sama Lo tapi gue berusaha suka sama lo biar pernikahan kita langgeng, biar orang tua kita seneng, tapi apa balesan Lo? Lo seenaknya sama gue, kaiden. Lo punya otak ga sih? Punya hati ga sih, hah?” Allara menatap kaiden dengan manik merah berkaca-kaca. “Gue juga ga pernah mau dijodohin kaya gini. Gue juga ga mau ngerusak skema kehidupan Lo, gue juga ga mau jadi pengganggu di hidup lo, gue juga ga mau bikin orang lain risih, tapi gue juga ga bisa menolak, gue juga terpaksa masuk ke situasi kaya gini”
Bulir bening mengalir dari pelupuk mata allara begitu perempuan itu mengedip. Tangisnya pecah malam ini. Sementara kaiden, laki-laki itu menatap allara. Ini kali pertama ia melihat perempuan itu meluapkan isi hatinya sampai menangis.
“Gue ga akan membebani lo” ujar allara. “Ceraikan gue sekarang”
“Ga bisa”
“Kenapa? Kenapa ga bisa? Lo ga cukup satu istri?”
“Gue bisa dimarahin bokap kalo sampe cerai sama lo”
“Gue yang bilang”
“Gue ga bisa cerai sama lo” tegas Kaiden.
“Tapi gue juga ga bisa terus-terusan kaya gini, kaiden”
“Ga perlu khawatir, gue bakal bersikap adil”
“Cih! Omong kosong” bantah allara. “Lo mau gue jadi pembantu dia, ngurus dia, itu yang dibilang adil? Enak di dia ga enak di gue”
“Gue cuma minta tolong”
“Ya tapi mikir dong! Gue kan sakit hati digituin”
Kaiden mendekat lalu mengusap air mata di pipi allara. “Wanna hug?” tanya nya tetapi tanpa menunggu jawaban ia langsung memeluk perempuan itu.
“Sorry kalo gue bikin lo sakit hati. Gue juga ngga mau nyakitin siapapun, tapi gue sayang banget sama zoe”
“Lo itu mau bikin gue seneng apa sedih sih?” tanya allara. Suaranya teredam karna ia berada di pelukan kaiden.
“Ngga tau”
“Ga jelas”
“Mau jajan? Beli es krim? Bakso? Makan?”
“Mau tidur sama lo malem ini”
“Ngga bisa. Kasian Zoe sendirian”
“Gue juga kan sendirian”
“Lo kan mandiri”
829 wordsmaaf kalo kurang jelas, soalnya hts🙏🏻
18 desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
General FictionSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...