ALLARA'28

2.1K 152 25
                                    

haii! happy weekend!

mungkin di beberapa part kedepan kalian bakal gedek sama Kaiden, tapi sudah harusnya begitu. jadi nikmati aja alurnya yaaaa^^

jujur cerita ini acak-acakan banget karna aku nulis nya ngga bener, banyak kurang nya banyak juga cacat logika. semoga kalian bisa maklumin.

oh iya, aku ngga bisa menjanjikan update untuk minggu nanti karna mau ulangan akhir semester, jadi mau fokus belajar EAAAK, tapi kalo ada waktu, pasti aku sempetin buat lanjutin cerita ini. doain ya gesss biar anti remed:)

Happy reading

     Pagi sekali Kaiden sudah berada di apartment Allara. Hal itu membuat Allara menatapnya bertanya-tanya.

“Gue harus ke luar negeri hari ini” ujar Kaiden.

“Trus?”

“Lo bisa kan jaga Zoe?”

“Kayanya Zoe bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa jaga dirinya"

“Zoe kadang ceroboh, gue gamau dia kenapa-napa”

“Gue sibuk, Kaiden. Ada kuliah pagi hari ini”

“Gue ga tau minta tolong ke siapa lagi kalo bukan ke lo”

“Lo ke gue kalo butuh doang ya?” tanya Allara, bergumam hingga Kaiden tidak mendengar

“Apa?”

“Nothing” jawab Allara.

“Gue titip Zoe ke lo, Al”

“Allaraaa” panggil Zoe membuat Allara beranjak dari duduk nya, pergi menghampiri Zoe yang sedang berada di dapur. Kini ia berada di rumah Kaiden. Rumah yang dulu nya hanya ditempati oleh ia dan suaminya tetapi kini ada orang lain dengan posisi sama dengan nya.

“Air galon abis” ujar Zoe.

“Oh iya, bentar gue panggil tukang dulu"

“Lo ga kuat ya angkat galon?" tanya Zoe. “Gue lagi hamil ngga boleh angkat berat-berat”

“Gue juga" balas Allara.

“Eh, yaudah suruh orang lain aja"

Allara mengangguk lalu menghubungi supir nya untuk membantu.

“Lo kenapa dah? Dari tadi gue liat bengong mulu" tanya Ziva. Ia dan Allara sedang berada di kantin kampus. Memang sejak tadi, Allara tidak banyak bicara. Hal yang menimbulkan pertanyaan bagi seseorang yang biasanya banyak bicara.

“Gapapa” jawab Allara.

“Boong banget" balas Ziva. “Bayangin lo masuk neraka gara-gara kalo ditanya kenapa jawabnya gapapa terus"

“Ya jangan lah!”

“Makanya, bilang. Gue tau lo lagi ga oke. Jangan bohong sama gue, Ra”

“Gue ngga bisa ceritain ini sekarang, tapi ambat laun lo pasti tau"

“Kenapa lo ngga bisa cerita? Terlalu berat ya?” Allara terdiam sejenak.

“Iya kaya dosa lo”

“Liatin aja dulu liatin, sleding nya nanti” ujar Ziva. “Tapi emang fakta sih”

“Engga, sayang becanda. Jangan marah ya" Allara memberi kecup jauh untuk perempuan di hadapan nya hingga berbunyi 'muach' yang membuat Ziva langsung bergidik.

“Ngeri gue"

“Gapapa, setidaknya ada yang mau nyium lo"

“Ya emang banyak kalii"

“Iyain iyain" balas Allara. “Sekarang gimana sama Farkan? Better?”

Ziva menggeleng. “We break up”

“Jangan mau balikan lagi sama dia. Ga bersyukur, padahal udah dikasih kesempatan kedua"

“Ya mungkin sikap guenya juga bikin dia ga nyaman. Banyak kekurangan lah, makanya dia gitu” Ziva selalu merasa apa yang ia hadapi adalah buah dari kelakuan nya sendiri. Memang nyata, tetapi tergantung bagaimana orang nya. Karena, beberapa orang bersikap tanpa memikirkan orang lain. “Dia bikin gue mau baca buku dua kali, tapi dia juga bikin gue males untuk baca buku lagi. Sekalipun buku dengan judul yang berbeda”

“Ziva sad girl 2022”

“Miris banget, jadi pengen nangis mutiara. Biar pun sedih dapet duit, kan enak. Ga perlu kerja”

Sepulang kuliah Allara kembali ke rumah Kaiden untuk menemani Zoe. Zoe mungkin tidak tahu apa-apa, Allara merasa, meskipun posisi Zoe salah tetapi perempuan itu tidak bersalah karna tidak tahu-menahu atas apa yang terjadi sebenarnya.

Allara terkekeh menertawai apa yang terjadi pada dirinya. Tidak menyangka Kaiden bisa seperti itu. Namanya juga manusia.

“Masakan lo enak banget, Allara. Sering-sering ya masakin buat gue”

Allara mengangguk. “Makan-makan” ia lalu duduk berhadapan dengan Zoe. Memperhatikan Zoe yang sedang menikmati makan nya.

Perempuan seperti ini yang membuat Kaiden tidak memikirkan perasaan orang lain. Membutakan semua hal dalam hidup laki-laki itu bahkan tidak memikirkan apa tanggapan keluarga.

Kaiden terus di hantui rasa bersalah. Perasaan nya tidak enak, seperti ada yang mengganjal. Bukan kah harusnya ia tenang-tenang saja? Bahkan bahagia? Ia sudah menikah dengan Zoe meskipun secara sirih, tetapi kini Zoe telah menjadi miliknya. Ya. Harusnya Kaiden bahagia, bukan was-was seperti sekarang.

“Penerbangan 45 menit lagi. Apa harus kita ke bandara sekarang?” tanya Denis. Kaiden tidak lama di German, ia mengingat ada dua perempuan yang harus ia jaga.

Dua ya Kaiden. Puas banget dong?

“Siapin aja"

629 word

Maaff karna ngga bisa nulis banyak.
Kesalahan aku juga karna ngga ada draft, jadi tiap mau up harus nulis dulu, sedangkan ga selama nya ada ide:D

jangan lupa vote komen dan share cerita ini yaaa

makasii

19 November 2022

ALLARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang