Happy reading
Bel rumah tidak berhenti berbunyi sejak beberapa menit lalu membuat Allara berniat pergi untuk membukanya.
“Biar gue aja” ujar Kaiden, menahan Allara agar tidak keluar kamar.
“Kenapa?” tanya perempuan itu. “Udah gapapa, kamu lanjut siap-siap aja kan mau kerja”
“Trus lo bukain pintu dengan keadaan kaya gini?” tanya Kaiden melirik pakaian Allara. Perempuan itu baru selesai mandi, masih menggunakan kimono dan handuk yang melilit rambut basah nya.
Allara nyengir, perempuan itu lalu mempersilahkan Kaiden pergi.
—
“Allara mana?” tanya Ziva begitu Kaiden membuka kan pintu untuknya.
“Ada, diatas” jawab Kaiden melebarkan pintu agar Ziva bisa masuk.
“Gue izin ketemu dia dulu ya” Lelaki itu mengangguk membuat Ziva langsung saja masuk.
—
“Tumben lo jam segini udah mandi, keramas lagi.” ujar Ziva pada Allara yang menyiapkan beberapa makanan untuknya. Iya, Ziva datang hanya untuk sarapan di rumah Allara. Menghemat, katanya.
Ini baru jam 06.17, Ziva heran mengingat sebelumnya Allara sangat malas mandi pagi.
“Hayoi abis ngapain lo semalem?” Ziva menatap Allara curiga.
“Gerah, Ziv, makanya mandi”
“Ah yang bener”
“Kalo lo nanya nanya lagi ga gue kasih makan”
—
“Hati-hati ya. Nanti kalo keburu aku pasti anterin makan siang buat kamu” ujar Allara setelah menyalami Kaiden. Kaiden mengangguk singkat menangapi nya.
“Have a nice day, sayang” ucap Kaiden lalu mengecup singkat kening Allara.
Ziva yang menyaksikan hak itu terbatuk keras. Lagak yang membuat Allara terkekeh.
“Yaudah, ayo aku anter sampe depan"
—
Setelah kepergian Kaiden, Allara bergerak membereskan rumah. Lelah sebenarnya bersih-bersih di rumah sebesar ini, tapi ini sudah menjadi tugasnya. Tapi hari ini tidak begitu melelahkan karna Ziva menghandle beberapa pekerjaan rumah.
“Gue siap-siap dulu, tunggu bentar” Ziva mengangguk singkat menangapi nya. Allara pergi bersiap sebelum ke kampus.
—
“Ra, nanti siang mau makan apa?” bisik Ziva pada Allara. Mereka berdua tengah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Allara balas berbisik. “Ngga tau, gue lagi pengen beli es krim”
“Lo paham ngga sama materi nya?” Allara menggeleng.
“Sama”
—
Setelah kelas selesai, Allara dan Ziva langsung bergegas mencari makan siang. Kini mereka berada di rumah makan khas sunda. Memesan nasi liwet dan beberapa lauk yang membuat mereka merasakan kenikmatan di siang hari.
“Enak banget ga boong! Ini sih fiks kayanya nanti nanti kita bakal sering kesini” Allara mengangguk menangapinya. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
“Apalagi kalo makannya dibayarin sama lo, Ra”
“Anak zaman sekarang emang sukanya ngelunjak ya”
—
“Sianggg Kaiden aku tersayangg yang paaalingg ganteng” sapa Allara begitu memasuki ruangan Kaiden.
“Siang denis” sapanya pada Denis. Tidak enak kalau ada dua orang tapi yang disapa hanya satu orang saja.
Danis tersenyum sopan, ia lalu keluar dari ruangan tak lupa menutup pintu.
“Kamu kok masih kerja? Ngga makan siang?” tanya Allara melihat Kaiden masih berkutat dengan beberapa berkas di depan laptop nya. Perempuan itu berdiri di dekat Kaiden, melirik sekilas apa yang ada di tangan Kaiden.
“Gue lagi ngga mau makan”
“Aku udah bawain makanan buat kamu, enak banget tauuu, cobain deh!” Kaiden menggeleng tetapi Allara ya Allara, perempuan itu mengambil makanan dari paper bag yang ia bawa.
“Ayo coba dikit"
“Ngga”
Allara mengambil sendok, hendak menyuapi Kaiden.
“Nih, aaaa—buka mulutnya”
“Ngga mau, Allara. Can you stop it?”
“Sekali—” ucapan Allara terhenti begitu Kaiden menepis tangannya membuat nasi berceceran bahkan mengenai berkas yang ada di meja, menyisakan noda.
“Punya kuping itu dipake. Ini berkas penting, kalo sampe rusak bakal butuh waktu lama lagi. Gue lagi kerja, Allara. Ngga bisa lo pengertian kali ini aja? Ga semua keinginan lo harus dipenuhi, lo bukan ratu”
“Aku kan cuma mau kamu makan, aku gamau kamu kerja sampe lupa—sampe mengesampingkan kesehatan kamu. Aku gamau kamu sakit” balas Allara
“Denger, Allara” nada bicara Kaiden kali ini terdengar sangat serius. “Gue bukan anak kecil, gue pasti makan kalo emang gue laper, gue ga bakal diemin perut gue, gue juga tau kesehatan itu penting, dan yang lebih penting lagi lo ga perlu repot-repot kaya gini”
“Tapi aku istri kamu, Kaiden. Udah kewajiban aku buat ngurus kamu, semua keperluan kamu dan mungkin ini salah satunya. Aku bakal ngerasa gagal jadi istri kalo sampe kamu sakit. Trus sekarang kamu bilang aku ga perlu kaya gini? Ga perlu ngurus kamu gitu? Kenapa kamu bilang gitu, Kaiden?”
Kaiden menghembuskan nafas kasar. “Keluar” usirnya. “Gue ga mau liat lo ada disini”
“Tapi—”
“Keluar”
“Maaf”
“Keluar sebelum gue marah, Allara”
“Silahkan, kalo kamu mau marah silahkan. Kamu mau pukul mau ngapain juga gapapa, silahkan”
Kaiden menekan salah satu tombol telepon kantor. Tak lama kemudian Danis memasuki ruangan, diikuti beberapa security.
“Kaiden?”
736 word
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
Narrativa generaleSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...