Happy reading!
Prang
Suasana yang hening membuat bunyi benturan dan pecahan kaca menggelegar ke penjuru ruangan tempat dimana Kaiden dan Allara tinggal.
Perempuan itu segera memunguti pecahan gelas, hingga tanpa sengaja jari nya mengenai pecahan gelas. Gadis itu mendesis, melihat jemari nya mengeluarkan darah.
“Lo bisa beres-beres ga sih sebenernya?” tanya Kaiden ketus begitu datang ke dapur karena mendengar sesuatu. Masih pagi sudah berulah. Allara segera berdiri, menyembunyikan tangannya dibelakang.
Gadis itu nyengir, “Maaf, maaf. Gelasnya licin, jadi jari nya kepeleset”
“Makanya ngga usah sok jadi cewek” Allara menatap Kaiden penuh tanya.
“Gue mempekerjakan Bu isum itu biar Lo ga bikin masalah terus” Pasalnya, Allara memang meminta Kaiden memberhentikan Bu isum. Bukan karena kerjanya kurang oke, tapi karena Allara tidak tega melihatnya. Lagipula, mengurus rumah ini tidak begitu sulit. Allara bukan gadis manja, ia bisa melakukan pekerjaan rumah.
“Aku cuma ngga tega, Kaiden. Di umur Bu isum, dia harusnya lagi menikmati masa tua. Bukan malah kerja”
“Gausah sok baik, deh. Tunjukin aja sikap buruk Lo”
“Ngga ada yang sok baik. Aku emang ngga tega" bela Allara. “Kamu ngga bisa bedain emang, mana ngga tega sama sok baik? Kayanya semua yang Aku lakuin selalu salah dimata kamu”
“Muncul di kehidupan Gue, itu kesalahan terbesar Lo"
——
Allara mendudukkan dirinya di sebelah Kaiden yang tengah menonton televisi. Ini hari Minggu, jadi laki-laki itu tidak pergi ke kantor, ia pun tidak harus pergi kuliah.
“Kaiden” Kaiden menoleh sekilas.
“Kamu lagi sibuk ngga?”
“Keliatan nya?”
Allara tersenyum canggung “Temenin Aku belanja yuk?”
Allara ingin merasakan berbelanja ditemani suami. Selama menikah ia belum pernah merasakan nya, karena biasanya kebutuhan rumah diurus oleh orang suruhan Kaiden.
“Gue banyak kerjaan” Kaiden menatap Allara.
“Banyak kerjaan tapi nonton TV. Mana ada kaya gitu”
Kaiden menghembuskan nafasnya. “15 menit” Beranjak dari duduknya untuk mengambil kunci lalu pergi untuk menyiapkan mobil.
——
Sejak memasuki mall, Allara tidak berhenti menampilkan senyuman nya. Mood nya amat sangat baik sekarang. Sebuah momen langka mengingat Kaiden jarang-jarang mau seperti ini.
Kini kedua pasutri itu tengah makan siang di salah satu restoran Korea yang ada di mall. Restoran yang masuk dalam list tempat favorit Allara.
Kaiden menatap Allara yang tengah menikmati semangkuk ramyeon pedas. Laki-laki itu hanya memesan minuman, tidak selera makan.
“Kalo pedes ngga usah dilanjut” ujar Kaiden menatap wajah Allara yang memerah kepedasan.
“Enak bangeet”
Kaiden yang berada di samping gadis itu lantas menyelipkan helaian rambut Allara yang nampak menghalangi. Laki-laki itu mengumpulkan nya kebelakang lalu memegangnya agar Allara tidak kesusahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLARA [TERBIT]
Художественная прозаSuka kepada seseorang berarti harus siap dengan segala resikonya. Dikandang paksa menikah tidak pernah ada dalam perkiraan allara. Mulanya, ia setengah hati, tapi begitu tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah seseorang yang ia cinta d...