3. Every single has changed (Part1)

328 37 3
                                    

(✧_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^‿⁠^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_✧)

Januari tahun ke-5

Asrama Slytherin

Scorpius Malfoy melambaikan tongkat, membuat beberapa barang datang padanya. Kemeja putih, celana panjang, dan dasi hijau berlogo Hogwarts dengan simbol ular. Mulai mematut diri di depan cermin besar sambil menggerakkan beberapa sendi bahu. Sepertinya ia bertambah tinggi lagi. Tumbuh tinggi memang menyenangkan, tapi dia benci prosesnya. Tubuh rasanya sakit semua.

Anggap Scorpius punya sisi narsisme yang lebih tinggi dibanding kebanyakan anak. Ia suka mengamati raut wajahnya yang berubah. Dia tumbuh jadi remaja tanggung, menawan nan seksi kata anak perempuan. Dagu runcing, mata abu-kehijauan warisan sang ayah, tulang rahang yang tegas, bahu bidang. Well sepertinya semua mimpi anak laki-laki ada pada dirinya. Lima tahun, tentu banyak yang berubah.

"Scorp, shampoku habis, bagi punyamu!"

Dan ini adalah salah satu perubahan yang cukup besar. Albus Severus Potter menjadi teman kamar Scorpius. Jika memutar awal tahun, kemungkinan Albus dan Scorpius menghirup udara yang sama dalam radius  satu meter hampir tidak ada. Katakan saja 1%. Tapi sekarang, bukan sekedar menghirup udara, berbagai kamar sampai berbagi hal hal pribadi layaknya saudara bukan mustahil lagi.

"Aku akan mengambil dessert-mu untuk ini, mate," kata Scorpius sembari mengayunkan shampoo dengan sihir.

Albus memutar matanya,"Ugh. Ya ya ya. Seolah ada yang gratis darimu."

Scorpius menaikan bahu cuek dan kembali menghadap cermin. "Setidaknya kau gratis melihat wajah tampanku tiap hari."

"Jangan gila Scorp. Aku jelas lebih tampan darimu," sahut Al dari dalam kamar mandi.

Scorpius punya saingan ternyata, soal adu kenarsisan.

10 menit kemudian Albus keluar. Dilihatnya Scorpius yang tengah memilah buku. Albus menyisir rambut dengan tangan dan memakai sedikit gel rambut.

"5 tahun dan penampilanmu masih seperti itu?" komennya sambil melihat Scorpius –yang tengah memakai sepatu– dari dalam cermin.

Scorpius mengerling sekilas dan kembali membuat simpul rumit untuk sepatunya. Tampak tak peduli. "Apa masalahnya? Toh aku tetap tampan."

Al terkekeh. "Old school, tahu. 5 tahun lagi kalau kau tetap berpenampilan seperti itu, aku akan menyebutmu Pak Tua."

Scorpius berniat melontarkan balasan saat kemudian merasakan ada tangan yang bermain-main dengan rambutnya.

"Hei, jangan sentuh!" Ia menampik tangan Albus yang ia asumsikan tengah menjahilinya.

"Diam lah. Kau pasti akan lebih tampan setelah ini."

Scorpius memutuskan membiarkan. Toh kalau ternyata Albus memang mengerjainya, dia akan balas dendam nanti.

Setelah Albus menarik tangannya, Scorpius melangkah ke arah cermin. Well, ternyata tidak buruk juga. Albus memberinya gel rambut dan membuat rambutnya berantakan. Berantakan yang artistik tapi. Terlihat lebih ... em ... gaul?

Oh! Scorpius tidak akan mengatakan apa yang ia pikirkan. Albus hanya akan membawa bawa hal ini untuk jadi bahan olokan.

Tanpa memberi komentar apa pun Scorpius mengambil tas dan bergumam, "Aku duluan."

"Hei. Memang tidak ada yang ingin kau katakan?" tuntut Albus.

"Like what ...?"

"Like, Thanks Albus yang ganteng?!"

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang