36. How to Reveal

196 32 4
                                    


Sejak makan malam itu, Rose telah banyak berpikir. Dia harus membuat rencana. Tentang bagaimana ia akan berterus terang, terutama pada ayahnya. Sebelum Lily membuat kekacauan lagi. Paling tidak, orang tuanya tahu dari dirinya sendiri. Soal hasil, pikirkan saja nanti.

Karena itu setelah kembali ke Hogwarts, Rose berusaha secepatnya memberitahu Scorpius mengenai situasi saat ini. Juga insiden makan malam di The Burrow.

"Jadi, kau mau bagaimana setelah ini?"

Sekarang mereka berada di dalam puri batu yang terbengkalai. Tak jauh dari rumah kaca. Bangunan tua itu tidak besar. Hanya berukuran 2×2 dengan tinggi empat meter. Dikelilingi pilar dari empat penjuru.

"Kupikir aku akan menyetujui usulanmu dulu."

Raut Scorpius bertanda tanya. Memikirkan usulan mana yang dimaksud Rose.

"Soal kita berhenti sembunyi-sembunyi. Aku juga berencana mengatakannya pada orang tuaku," jelas Rose lebih spesifik.

"Kau yakin?" Raut Scorpius terlihat antusias.

"Sebenarnya aku masih bimbang. Tapi, bukan hal baik juga jika lari tanpa berbuat sesuatu lebih dulu. Toh, mau cepat atau lambat, saat untuk itu akan tiba. Makannya—" Rose menarik napas dan menghembuskan dengan pelan. "—kupikir lebih baik aku mulai bersiap untuk segala kemungkinan."

Scorpius yang berdiri menyender dengan sebelah telapak kaki menjejak tembok di belakang, menggut-manggut. Dia mengerti maksud gadis itu, hanya saja ....

"Rose, aku senang dengan keputusanmu. Tapi tidak pada bagian 'bersiap untuk segala kemungkinan'. Kau membuatnya terdengar seolah-olah kita melakukan hal buruk. Demi Merlin! We just love each other!"

Mendengar nada Scorpius yang mendadak ketus, Rose melompat turun dari pinggiran dinding puri yang tingginya 1,3 meter. Menghadap kekasihnya.

"Kau tahu bukan itu masalahnya! Ibumu, Ayahku—".

"Dan kau tahu aku tidak peduli," tukas Scorpius. Ia tak perlu mendengar kalimat lengkapnya.   "Ayolah, kurasa itu hanya sentimen mereka karena hubungan buruk di masa lalu. Tak ada kaitannya dengan kita. Mungkin ayahmu hanya khawatir kalau aku akan jahat padamu. Tapi, nyatanya tidak kan?"

Dipandanginya Rose lekat. Berharap argumen barusan disepakati.

Rose melarikan tatapannya ke arah lain. Akan sangat melegakan jika memang demikian. Namun, apakah iya? Lalu, kenapa pamannya menyuruh untuk merahasiakan hal ini?

Dengan nada melembut Rose kembali berucap, "Lalu, bagaimana dengan Mrs. Malfoy? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau ibumu terlihat begitu paranoid padaku? Apa kau tak mau bersikap lebih hati-hati, Scorp?"

"Makannya kubilang itu hanya sentimen masa lalu. Tenang saja, aku pasti bisa meyakinkannya. Rose, kau ... punya banyak nilai plus. Kau cantik, brilian, baik hati, rendah hati. Sangat berdedikasi." Selain untuk rayuan, pujian-pujian itu juga untuk penguat argumennya. "Lihat, aku bisa menyebutkan 100 lebih, hal baik darimu. Ibuku, pasti menyukaimu."

"Oh! shut up Malfoy!" Rose menaboknya antara malu dan kesal. Scorpius hanya tertawa melihat sikap malu-malu kucing itu. 

"Please fokus!" pinta Rose serius. Dia ingin pembicaraan ini tak  melebar karena mulut manis Scorpius.

"Tinggalkan perdebatan tadi!  Sekarang yang paling penting, bagaimana memberitahu mereka. Dan aku, hanya terpikir satu cara. Surat."

" ...surat?"

"Surat. Kau juga sering mengirim surat pada orang tuamu kan?"

"Err ... tidak juga. Biasanya aku hanya menulis kalau butuh sesuatu. Seperti uang saku yang menipis, atau meminta orang rumah mengirim barang. Jubah pesta misalnya."

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang