(✿_________ ╹‿╹_________✿)
Keseharian di Hogwarts berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada yang datang ada yang pergi. Sesuai rencana, James yang sudah lulus langsung bergabung di Ballycastle Bats. Untung nilai NEWT-nya masuk kategori aman. Tinggal menunggu resolusi yang sudah dicanangkannya.
Sementara Fred yang lulus bersamaan, sedang memikirkan rencana masa depan sembari magang di toko ayahnya. Dia tak mengikuti jejak James menjadi pro, karena baginya Quidditch sekedar olahraga. Luckily, karena orang tuanya tipe santai yang tak banyak menuntut.
Sisanya, naik tingkat masing-masing. Rose sendiri menjadi senior dari senior. Berharap sepenuh hati dapat menjalani tahun terakhir seperti kereta yang melaju di rute yang sudah ditentukan.
Banyak detail-detail yang sudah ia rinci dalam rencana satu tahun ke depan. Seperti persiapan NEWT. Buku apa saja yang harus dibaca dan rangkum isinya. Mantra-mantra yang sekiranya akan dipelajari. Beberapa ia coba praktekkan sendiri. Banyak yang berhasil dari pada yang tidak. Juga mencari lebih banyak tentang ramuan penyembuhan dan racun.
"Miss Weasley."
Rose mendongak dan menghentikan kegiatannya membereskan peralatan dan bahan di kelas ramuan yang sudah usai.
"Ya Profesor?"
"Setelah selesai, datang ke ruanganku. Ada yang ingin kudiskusikan."
"Baik ... Profesor." Rose menjawab titah wali asrama sekaligus guru ramuan--Profesor Scott--dengan sedikit mengernyitkan dahi. Bertanya-tanya apa gerangan yang hendak dibicarakan walinya itu.
Ia bereskan barangnya lebih cepat agar bisa segera menyusul.
***
"Duduklah, Miss Weasley."
"Ah, baik."
Kini Rose sudah berada dalam ruang Profesor Scott. Dia selalu terkesan tiap kali berkunjung kemari. Ada banyak peralatan pembuat ramuan. Lemari-lemari kaca berisi berbagai bahan. Baik tumbuhan atau bagian tubuh hewan. Di ujung ruang dekat kaca jendela yang tertutup, ada rak berisi buku-buku. Tanpa sadar matanya akan menjelajah lebih dulu.
"Apa kau masih meneruskan magangmu di hospital wing?" Profesor Scott memulai topiknya.
"Ah, soal itu ...."Rose berhenti sejenak. "Sejujurnya saya ingin segera melakukannya kembali, hanya saja sementara ini saya masih menyusun jadwal."
Sekolah bahkan belum genap seminggu dimulai. Masih banyak yang harus dipertimbangkan.
"Hanya saja, saya tetap akan mengusahakan setiap ada kesempatan."
"Jadi pilihan karirmu tahun ini masih sama?"
"Masih, Profesor."
"Hem." Kepala dengan belahan rambut tengah ala tren 80 an, milik Profesor Scott terangguk-angguk. "Bagus. Bagus sekali. Sangat jarang ada murid yang konsisten sepertimu. Itu akan menguntungkan untuk masa depan."
"Terima kasih, Profesor." Rose tersanjung meski sedikit heran. Karena konsultasinya dilakukan terlalu dini dari tahun-tahun sebelumnya.
Konsultasi pilihan karir dilakukan sejak tahun ke lima. Dan akan berulang untuk tahun-tahun sebelumnya. Agar para wali asrama bisa sedikit banyak memberi arahan. Dalam tiga tahun, banyak dari mereka memiliki keinginan berbeda setiap tahun. Entah mulanya asal pilih atau timbul minat lain.
Namun Rose, tidak. Healer adalah pilihan pasti yang akan akan ia capai.
"Jadi ...." Profesor Scott mengaitkan jemarin dan menumpu siku di meja. Menempelkan kaitan jari di dagu. Bibirnya jadi sedikit tertutup ketika dia lanjut berbicara. "Apa kau berencana mengikuti pelatihan healer setelah ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Incurable Disease
FanfictionScorpius telah diultimatum sang ibu, agar tidak berurusan dengan Rose Weasley. Apalagi sampai menjalin hubungan tertentu. Tanpa tahu latar belakang, larangan tersebut, Scorpius mengiyakan. Rose Weasley. Gadis kecil berambut merah mengembang berantak...