60. Talking

98 13 12
                                    

(🍁)__⁠__⁠_⁠_🍵☕_⁠_⁠__⁠_⁠_(🍂)

September, 17.

Atmosfer musim gugur belum terasa. Matahari masih seterik musim panas. Meski terkadang gerimis turun di beberapa wilayah.

Hari ini, ramalan cuaca mengatakan akan cerah seharian. Untuk itu Scorpius bersyukur. Ada pertemuan penting yang harus dilakukan.

Dua hari lalu, sebuah patronus dikirim padanya. Tepatnya patronus lumba-lumba. Rose Weasley memenuhi janji.

Karena itu sekarang mereka duduk di sebuah bangku taman yang untungnya punya peneduh. Sehingga matahari tidak begitu menyengat. Di dunia muggle tentu saja. Mereka tak mungkin bertemu di tempat di mana akan dikenali.

"Jadi," Rose bersuara lebih dulu. "bagaimana kita memulai?"

Dua minuman kaleng dan tas Rose, terletak di tengah. Seolah menjadi pembatas.

"Bagaimana kabarmu?"

Rose mendengkus sebelum menjawab. "Baik."

Really? Harus dimulai dengan basa basi? Tapi kemudian Rose teringat.

"Bagaimana dengan ayahmu? Setelah malam itu, apakah terjadi sesuatu?"

Scorpius menoleh. Menatap Rose untuk beberapa lama dengan wajah tak puas. "Kau tak penasaran dengan keadaanku?"

"Aku serius!" Jujur saja, Rose masih dihantui rasa bersalah karena pertemuan lampau.

"Yaa, dia baik. Untungnya setelah itu ayah tak lagi bertingkah yang dapat membuat kondisinya buruk. Intinya dia kooperatif." Scorpius memilih menjawab dengan benar.

Tidak mungkin kan mereka berdebat sebelum memulai pembicaraan utama.

"Syukurlah kalau begitu."

Sebenarnya, malam itu Scorpius tiba lebih awal. Bahkan sempat masuk ke dalam. Namun, karena terkejut, melihat siapa yang ditemui ayahnya, dia bergegas keluar. Lalu masuk ke dalam mobil. Benda muggle yang sekarang mahir ia kendarai. Menghentak tubuh ke setir, hampir membenturkan kepala.

Berusaha menenangkan diri. Meyakinkan jika penglihatannya normal.  Rambut yang memendek hingga sebahu, dan fitur wajah yang lebih dewasa. Scorpius yakin dia tak salah lihat.

Kenapa ayahnya berbicara dengan Rose Weasley? Apa yang mereka bicarakan? Lalu, bagaimana sekarang?

Tadinya Scorpius hanya ingin mencari ayahnya yang mendadak pergi tanpa kabar. Padahal sedang dalam pemulihan. Informannya bilang ayahnya ada di pub langganan di dunia muggle. Maka dari itu ia bergegas pergi untuk menjemput.

Dengan pikiran yang masih bergulat-- dari spion-- ia melihat Rose Weasley dan ayahnya keluar. Menghela napas dalam, Scorpius membuka pintu. Memilih fokus memarahi ayahnya. Memasang kepura-puraan jika ia tak melihat wanita itu.

Namun, begitu suara yang dulu sangat disukainya mengalun, Scorpius tak bisa tidak menatapnya.

"Weasley?"

Panggilan yang otaknya pilih. Scorpius tahu dia tak bisa memanggil seakrab dulu. Atau mungkin dia tak ingin diperlakukan asing lebih dulu. Begitulah.

"Sekarang, aku memahaminya," ujar Scorpius tiba-tiba. "Tentang keputusanmu dulu. Tentang kekalutan ibuku. Alasan ayahmu. Aku memahaminya?"

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang