33. Sincerity (Part 2)

217 26 19
                                    


Biarpun diminta pergi, Rose hanya menunggu di luar kelas sambil menggigit jempol gelisah. Jaga-jaga, jikalau suasana memburuk.
Tapi sialnya, James kembali menggunakan muffliato. Jadi dia tak bisa mencuri dengar.

Dan di dalam, karena pintu tertutup, dua lelaki itu menggunakan lumos sebagai penerangan. Memilih tidak menghidupkan lampu agar tidak menarik perhatian.

"Jadi ... sejak kapan?" James mengajukan pertanyaan pertama. Duduk di meja dengan kaki menginjak kursi.

Scorpius yang menempati kursi di samping kursi yang diinjak James, menegakkan kepala. Memilah dalam diam, jawaban mana yang harus ia lontarkan. 'Kapan' dari pertanyaan James nampaknya mengenai kapan tepatnya dia dan Rose berpacaran.

"Liburan musim panas, kemarin."

"Liburan musim panas?"

Menegaskan jawaban, Scorpius mengangguk sekali.

"Tunggu ...." James mengetuk dahi. Mengingat kembali. "Jadi, setelah kau berlibur di rumah kami, hubunganmu dan Rose-"

"Sebelum itu kami sudah jadian," Scorpius memotong analisa keliru James yang masih separuh. Membuat sulung Potter itu bengong dan mengerjap seperti orang bodoh.

Kalau tak ingat dengan siapa dia bicara, Scorpius pasti sudah melempar olok-olok melihat wajah James.

"Tunggu!" ucap James lagi. "Tunggu dulu!" Namun kali ini, nadanya lebih heboh.

Terang saja James mendadak linglung dengan Informasi itu. Beberapa pekan sebelum liburan, ia berani bersumpah mendengar Rose -meski pelan-menyumpah serapahi Scorpius Malfoy, di aula besar. Indikasinya, dari sepemahaman James, hubungan mereka masih buruk. Buruk yang rasanya mustahil tiba-tiba mereka jadi pasangan.

"Potter," panggil Scorpius. "Kau pasti penasaran kenapa kami bisa bersama. Tapi akan makan banyak waktu, jika harus kujelaskan dari akarnya. Dan ...."

"Dan?" Alis James naik sebelah.

"Sejujurnya, ini privasi kami. Tidakkah kau terlalu mencampuri urusan pribadi seseorang. Aku tahu—" Scorpius menahan sanggahan James. "Rose saudaramu. Tapi, bukankah tiap orang berhak mempunyai hal yang tak bisa diusik, bahkan oleh keluarga sendiri?"

James sempat terdiam. Tak lama, hingga dia mengubah gestur lebih tegak dan menyilangkan tangan di dada. "Jadi maksudmu, aku harus diam saja, saat saudaraku didekati buaya buas. Dan hanya melihat dari kejauhan mereka diterkam satu per satu? Begitu?"

Sarkasme kental begitu terasa dari ucapan James. Tapi Scorpius akan menahan diri. Karena akhirnya mereka sampai pada inti pembicaraan, tanpa harus membahas riwayat hubungannya dengan Rose.

"Dengar, aku akan langsung ke inti. Ke hal yang kau ingin tahu. Apakah aku mempermainkan Rose? Apakah aku punya niat buruk padanya? Jawabnya, tidak. Aku serius menyukainya. Dan, untuk Lily, aku tak punya perasaan khusus."

Raut dan ucapan serius Scorpius membuat James terpaku sejenak. Sebelum kemudian, dengkusan keluar dari bibirnya.

"Kau pikir aku percaya?"

"Aku tak berharap kau percaya." Balasan Scorpius tetap tenang. Sejak awal dia memang tak berniat memupuk kepercayaan James. Yang dia inginkan hanya mengatakan kesungguhannya, jadi James bisa berhenti mendesak Rose.

"Trik apa yang hendak kau pakai Malfoy? Pura-pura menjadi gentleman? Atau berperan sebagai playboy insyaf?" Mata James memicing tajam. Pikirannya belum mau menerima omongan Scorpius secara harafiah.

"Aku tak memainkan trik apa pun!"

Detik berikutnya James merunduk dan langsung mencengkram kerah Scorpius. Ketenangan Slytherin ini mengusiknya. Sangat.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang