42. Confrontation

209 27 0
                                    


Yang terjadi pada malam memorial, mengingatkan Scorpius akan pertandingan penutupan musim dingin tahun kelima*. Ada perasaan yang mirip dengan waktu itu.

Saat ia mengira akan berhasil menjangkau snicht, tetapi ternyata tidak. Rasa sakit dari cedera mengacaukan semuanya. Scorpius gagal. Snicht tak teraih. Slytherin kalah.

Sekarang, saat ia kira semua akan lancar dan baik-baik saja. Bisa berhenti dari kegiatan kucing-kucingan, melakukan yang ia inginkan tanpa harus memikirkan pandangan orang. Karena sejujurnya, Scorpius hampir mencapai batas. Sekali lagi, yang terjadi sebaliknya. Hubungan dengan Rose semakin parah dan rumit.

Seingin apa pun dia berusaha untuk segera memperbaiki, tetap tidak mudah. Selepas perdebatanya dengan Rose, dia segera meminta konfirmasi sang ibu. Lewat surat tentu saja. Scorpius tak bisa seenaknya pulang tanpa alasan yang bisa diterima sekolah. 

Hasilnya?

Sama seperti surat Rose pada ayahnya. Tidak terbalas. Bahkan sampai akhir tahun ajar. Another de javu. Benar-benar membuat frustasi. Hal ini diperburuk-- selama ia belum mendapat kejelasan apa pun, Scorpius tak bisa menemui Rose.

Bukan semata karena menuruti keinginan gadis itu, tapi karena Scorpius sendiri merasa tak punya muka. Ia tak mau hanya bermodal omong kosong. Janji-janji tak pasti.

Setidaknya, cedera waktu itu berubah menjadi blessing in disguise. Ia berbaikan dengan Albus, menyadari arti Rose baginya, dan membuatnya mampu meraba perasaan Rose.

Sedangkan kali ini, murni fucking disaster. Penutupan tahun terburuk.

***

"Hey, kau tak apa?"

Suara Hugo menyadarkan Rose dari renungan. Berikut tarikan pada lengan yang mencegah tubuhnya terjerembap. Sebelah kakinya terperosok pada lubang dangkal, menggoyahkan keseimbangan.

"Tak apa. Thanks Hugo." Rose menegakkan tubuh kembali. Berpijak pada tanah yang lebih rata.

Dua bersaudara itu tengah menyusuri jalan setapak yang mengarah pada rumah mereka. Libur musim panas akhirnya tiba. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Rose tak menantikan datangnya hari ini.

"Ragu bertemu, Dad?"

Pertanyaan mendadak yang mengejutkan. Akan tetapi Rose memilih diam dan kembali berjalan. Memasuki pelataran rumah mereka yang cukup luas. Berhenti. Memandang penuh pertimbangan pada hunian itu.

Di sisi lain, Hugo memahami kegelisahan saudara perempuannya. Meski tak tahu secara detail, tapi ketidakhadiran sang ayah di malam memorial, membuat rencana kakaknya otomatis gagal. Dari pengamatannya hubungan pasangan itu menjadi berjarak. Rose tak lagi membuat kontak di aula dan  memilih menyibukkan diri di perpustakaan. Sementara Scorpius, beberapa kali terpergok menatap dengan sorot nelangsa.

"Kids!" Hermione terlihat melambai dari pintu rumah yang entah kapan terbuka.

Baik Rose dan Hugo sempat terkejut. Mereka kompak membalas lambaian itu dan beranjak mendekat. Rose sedikit berlari meninggalkan adiknya yang tetap berjalan dengan langkah lebar.

"Mom! Kami pulang."

Keduanya bergantian memeluk sang Ibu.

"Ron! Anak-anak sudah pulang!" Hermione berseru setelah mereka berada di dalam.

"Coming!" Seruan balasan datang dari lantai atas, berikut jejak kaki menuruni tangga.

Rose menunggu dengan risau. Hanya Hugo yang menyadari wajah tegangnya.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang