13. Crisis of Quidditch

233 27 3
                                    

✯⁠ᴗ⁠✯_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_)⚡(_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_✯ᴗ✯

Rose terburu berjalan ke perpustakaan dengan sepeluk buku. Dia harus mengembalikan, meminjam yang lain dan segera pergi ke Hospital Wing. Papan library sudah tampak. Rose mempercepat langkah, hampir berlari kecil. Namun, tanpa diantisipasi, seseorang menyenggol bahunya keras, membuatnya terhuyung dan buku dalam pelukan jatuh berdebam.

"Merlin!" Rose sangat terkejut. Segera dipungutnya buku-buku itu dan bersiap menyemprot oknum yang bersalah.

"Ups. Sori Weasley." Quinn Zabini bersedekap dengan gaya centil. Beberapa anak cewek yang bersamanya tampak terkikik menyebalkan.

Rose menggeram. Betina satu ini, benar-benar. "Kau sengaja 'kan?"

Quinn menyibak poni, "Yeah. Tentu Weasley. Tapi kan aku juga sudah bilang maaf," ucapnya tanpa rasa bersalah.

Rose meniup anak rambut yang menutup sebagian dahinya. Kalau saja saat ini dia prefek pasti sudah habis-habisan memotong poin Slytherin atau memberikan detensi.

Sial! Kekuasaan memang kadang diperlukan. Tapi juga bukan berarti Rose akan tinggal diam. Dia bersiap memberikan peringatan saat ada seseorang yang mendahuluinya.

"Potong 5 poin untuk Slytherin."

Rose menoleh, menemukan Mackenzie Corton berjalan ke arahnya. Dia berdiri di samping Rose dan mengkonfrontasi Quinn dengan tatapan.

"Apa-apaan kau, bitch!" seru Quinn marah.

"Potong 5 poin lagi untuk kata kasar."

"Kau ...!!

"Perbaiki sikapmu atau aku akan terus memangkas poin asramamu, Zabini! Bahkan dengan senang hati aku akan memberikan detensi yang sangat menarik." Mackenzie memberi peringatan.

Hal itu cukup membuat Quinn ciut. Tentu dia sangat marah, tapi jika ia lampiaskan saat ini juga, hanya akan merugikannya.

"Kita belum selesai Wessell!" tunjuk Quinn kesal sebelum pergi diikuti teman-temannya.

Rose bernapas lega setelah ular-ular betina itu hilang dari pandangan. "Thanks Mack."

"Not big deal. Sekali-kali aku memang sangat ingin melakukan itu padanya. Dia sangatlah menyebalkan."

"Memang. Kau tahu, sangat sulit menahan diri untuk tidak melontarkan mantra ke cewek itu dan gerombolannya," keluh Rose.

Mackenzie mengangguk dan tertawa setuju. "Kau baik-baik saja?"

"Ya. Senang kau yang jadi prefek," ucap Rose sungguh-sungguh

Mackenzie mengulum senyum sungkan. "Aku yang berterima kasih kau merekomendasikanku. Walau sejujurnya kau yang lebih berhak."

Rose menggeleng. "Jangan bilang begitu. Semua anak punya kesempatan yang sama. Dan aku puas kau yang menempati jabatan itu. Sebagai gantinya, tolong urus gerombolan cewek ular itu untukku," ujarnya setengah bercanda.

"Ay Capt," jawab Mackenzie ikut berkelakar. Keduanya terkikik. Mungkin Mackenzie bisa jadi teman akrab yang menyenangkan.

"Oh sial." Rose teringat tujuan awalnya. "Aku sebenarnya masih ingin ngobrol, tapi ... sori, aku harus ke perpus. Jadi aku ..." Rose menengok bolak-balik antara pintu perpustakaan dan Mackenzie.

"Tentu. Sampai jumpa Rose. Hati-hati dengan ular lain."

Rose tertawa. "Pasti. Sekali lagi terima kasih. Bye."

Mackenzie mengangguk dan melambai ke arah Rose.

****

Di Hospital Wing, Rose mengalirkan sihir beku pada cedera bahu Scorpius. Meski Madam Pomfrey sudah kembali dan ikut memantau kondisinya, tapi Rose tetap diserahi tanggung jawab untuk perawatan lanjutan. Berusaha profesional Rose hanya patuh. Apalagi sejak malam itu Scorpius Malfoy lumayan kooperatif dan anehnya dia jadi agak pendiam. Entah memang begitu atau hanya perasaan Rose saja.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang