14. Hidden Gem

233 24 3
                                    

(⁠≧_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_(✧✧)_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_≦⁠)

Seiring dekatnya hari pertandingan, intensitas latihan kedua asrama semakin meningkat. Tiap hari mereka harus berlatih. Hingga kerap berselisih soal hak pemakaian lapangan. Entah berhubungan atau tidak, bencana terjadi di pihak Gryffindor. Satu persatu anggota tim, harus masuk Hospital Wing.

Morgan, si Blind side Beater, tiba-tiba alerginya kumat cukup parah. Dia tak sengaja memakan kerang asam, meski dia bilang sama sekali tak merasa memakan itu. Lalu Nick Jhon, Centre Chaser entah kenapa muncul bisul bernanah di tubuhnya, dengan rasa perih dan gatal yang menyiksa.

Keduanya pemain inti yang berperan penting untuk keberhasilan tim. Memang ada peluang mereka bisa sembuh sebelum pertandingan, tapi performa mereka belum tentu bisa maksimal setelah absen latihan beberapa hari.

Dan sekarang, Winnie Shane, si seeker cadangan, mengalami cedera ringan pada pergelangan tangan kanan. Infonya, terjadi kecelakaan kecil di pelajaran pemeliharaan satwa gaib.

Ini benar-benar membuat tim Gryffindor kalang kabut. Terpaksa, menggembleng pemain cadangan lebih keras.
***

Rose merenggangkan tubuh, saat tugasnya di Hospital Wing selesai. Hari ini dia kembali ke asrama lebih lambat dari biasa. Tapi masih belum terlambat untuk bebersih, dan pergi ke aula. Rasanya dia ingin segera makan malam dan pergi beristirahat.

“Fortuna Major,” ucap Rose lemah di depan lukisan Nyonya Gemuk. Pintu langsung terbuka. Sepertinya Nyonya Gemuk sedang tidak mood berbuat usil. Biasanya dia akan menahan  murid-murid dengan ocehan dan curhatan tidak pentingnya. Padahal Rose, sudah siap-siap jika itu terjadi. Baguslah. Dengan begini dia bisa buru-buru mandi dan turun ke aula.

Sekitar 20 menit, Rose selesai dan menuruni kamar. Common room terlihat sepi. Sepertinya banyak anak yang sudah ke aula. Saat menjejakkan kaki di dekat sofa tempat ia biasa berbaring, Rose dikejutkan oleh sosok James yang bergelung di atasnya.

“Astaga James! Kau membuatku hampir melempar kutukan,” ucap Rose sambil memegang dadanya.

James hanya meliriknya sekilas. “Hei,” sapanya lesu.

Tampak sekali kalau ada yang tidak beres. Dilihat dari mana pun, aura James sangat suram.

“Kau tidak turun?”

“Tidak.” James menggeleng sangat pelan. “Kau mau turun?”

Rose mengangguk.

Well. Sampai nanti.” James kembali meringkuk di sofa dan menutup wajah dengan lengan.

Fix. Sesuatu terjadi. Rose, batal turun. Dia menyingkirkan kaki James dan menduduki sofa seperti yang dilakukan James padanya terakhir kali.

James berjengkit kaget. “Hei!” protesnya marah.

“Jadi, apa yang terjadi?” tanya Rose, tak peduli dengan reaksi jengkel sepupunya.

James berdecak kesal. “Apa sih yang kau bicarakan? Kau mau ke aula kan? Kenapa malah tiba-tiba melempar pertanyaan tidak jelas begitu?"

“Bagaimana aku bisa ke aula kalau kau menahanku.”

“Kapan aku melakukannya, hah?!"

Rose masih tenang menghadapi James yang mulai emosional.

“Sekarang. Lihat!” Dia menaik-turunkan tangannya di depan tubuh James. “Aura suram di sini menahanku untuk pergi. Jadi katakan! Apa yang terjadi?”

Mau tak mau James mendengkus tertawa. “Dasar!
"Kau benar. Ini adalah hari tersialku. Aku dapat detensi,” aku James akhirnya. Rose masih diam karena tahu sepupunya belum selesai.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang