20. True Feeling

284 28 10
                                    

Meski tamu undangan sudah pulang, bukan berarti pesta berakhir. Khusus malam ini, Profesor Mcgonagal memberi kelonggaran pada siswanya yang masih ingin berpesta sampai jam 12 malam. Atau lebih sedikit. Tentu dengan pengawasan dan tetap dalam batas peraturan.

Inilah waktu pesta sesungguhnya.  Tak ada lagi musik waltz membosankan, melainkan musik para kawula muda. Pop rock. Diiringi oleh anak-anak yang memang menguasai alat musik. Mereka menari bebas dalam irama musik yang cepat. Semua bercampur tanpa ada batas asrama.

Sayangnya, Rose sudah kehabisan energi untuk pesta yang enerjik ini. Dia terlalu banyak menari tadi, dan tumitnya sudah sangat sakit. Tak sanggup lagi untuk menghentak badan. Jadi dia memilih menyelinap, meninggalkan aula diam-diam– setelah memastikan jika Lily sudah dijaga James dan Hugo.

Di luar aula, suasana tampak sepi dan sunyi. Karena dibuat kedap suara, suara bising di dalam tak terdengar. Rose berjalan pelan menyusuri koridor. Melongok sebentar keluar, menikmati hembusan angin malam. Tak terlalu dingin. Langit tampak cerah berbintang, tapi bulan sedang tenggelam. Bukan masalah. Keindahannya tak berkurang.

Urung kembali ke asrama, Rose memilih menyebrangi lapangan berumput. Melepas heels, membiarkan rumput menusuk telapak kaki telanjangnya. Berdiri di bawah langit kelam. Malam yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Akhirnya ia memilih tinggal lebih lama dengan duduk di bangku taman.

Nuansa ini mengingatkannya akan satu film muggle. Film klasik dari novel klasik favoritnya. Di mana sang cowok merangkai teropong  kekasihnya di depan jendela kamar si gadis. Dia ingin mewujudkan impian kekasihnya untuk melihat bintang. Cerita yang sungguh indah, walau tidak bisa dibilang happy ending.

Rose memejamkan mata, membiarkan rambutnya dibelai oleh angin malam. Tak lama, keluar senandung dari bibirnya. Yang kemudian menjelma menjadi lagu.

I give you my destiny

I'm giving you all of me

I want your symphony

Singing in all that i am

At the top of my lungs

I'm giving it my all

So i Lay my head back down

And i lift my hands and pray

To be only yours I pray

To be only yours I pray

To only yours and

Know now

You're my only hope
.........

"What a beautiful song."

Rose berjengit kaget, saat tetiba suara itu muncul dari belakang. Gelagapan, dia berdiri dan berbalik.

Lagi. Scorpius Malfoy, untuk kesekian kali.

Ugh! Rose mencengkeram udara jengkel. "Astaga Malfoy. Kau itu lagi belajar jadi hantu atau bagaimana?!! Bahkan kau lebih seram dari mereka, tahu?!" semburnya.

Melihat Rose kesal, Scorpius santai saja. Dengan cuek dia malah berjalan mendekat ke bangku dan duduk dengan melipat kaki.

"Duduklah Weasley," ucap Scorpius kasual sambil menepuk tempat yang ditinggal Rose berdiri. Agak menarik bibir untuk senyuman tipis.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang