23. Get Closer (Part 2)

243 30 7
                                    


Scorpius mendarat perlahan. Begitu tekstur tanah dapat dipijak, Rose terburu untuk segera menjejakkan kaki. Tapi akibat ketidak-hatiannya, ia sempat limbung. Dengan cepat Scorpius menahan lengannya agar tak terjerembab.

"Hati-hati, Weasley."

Terselip nada cemas yang membuat Rose makin salah tingkah. 

"Jadi kenapa kau mengajakku kemari?" desak Rose langsung, begitu Scorpius berdiri satu meter di depannya sambil menenteng sapu.

Tak langsung menjawab Scorpius malah memutar pandangan ke atas beberapa kali. "Weasley, matikan cahayanya!" pinta Scorpius.

Jelas Rose terkejut. Mengambil sikap siaga, Rose menyembunyikan tongkat Scorpius di belakang punggung dan menodongkan tongkat miliknya.

"Malfoy. Kuperingatkan jangan macam-macam!"

Scorpius mendesah lelah. Jujur ia bukan tipe penyabar. Ia tak suka disanggah. Tapi, bukan Rose Weasley kalau tak menyanggah omongannya. Khusus malam ini, Scorpius mencoba menekan egonya. Walau ia tak tahu tahan sampai berapa lama.

"5 detik saja. Trust me, okey?" Scorpius berusaha membujuk Rose dengan tatapan kesungguhan yang biasanya hanya ia gunakan pada ibu atau neneknya.

Rose tak ingin percaya. Karena dia Malfoy. Karena Malfoy Slytherin. Karena cowok itu penuh muslihat. Tapi— keseriusan Malfoy itu nyata. Meluruhkan segala prasangka dalam benaknya. Dengan tetap menjaga jarak, Rose akhirnya mengikuti permintaan tersebut.

Seketika tempat mereka berdiri menjadi lebih gelap. Namun tak begitu pekat, karena sinar bulan masih mampu menelusup di sela-sela kerimbunan pepohonan. Rose mulai menghitung. Ia tak tahu apa maksud Malfoy. Tapi dalam lima detik ia akan menyalakan kembali penerangan mereka.

Hitungan mundur berjalan— tepat saat Rose ingin mengucapkan Lumos, sebuah cahaya hijau kecil berpendar di ujung tongkatnya. Mantra tak jadi terucap. Rose terperangah. Entah sejak kapan dan berasal dari mana, mendadak sekeliling mereka dipenuhi gemerlap hijau. Berpendar mengitari.

Kunang-kunang.

Rose berbinar penuh kekaguman. Baru kali ini ia melihat dan dikelilingi kunang-kunang begini banyak.

"Merlin ..." Rose bergumam. "Ini menakjubkan."

"Kau suka?"

Diam-diam, saat perhatian Rose teralih Scorpius mengikis jarak mereka. Kini tubuh tingginya menjulang di depan Rose. Memperhatikan raut berbinar si gadis dan senyumnya yang merekah.

Rose masih tak bisa menahan senyumnya saat bertatapan dengan iris kelabu Malfoy.

"Ya. Ini indah sekali. Bagaimana kau menemukan tempat ini?" tanya Rose sambil mengedarkan pandangan. Pertahanan dirinya melemah. Mungkin pemandangan menakjubkan ini, membuat Rose berhenti bersikap waspada.

Mengangkat bahu, Scorpius berkata, "Well, terkadang aku suka menyelinap keluar di jam seperti ini dan menemukannya secara kebetulan."

Mendengar jawaban Scorpius, Rose memutar mata. Jabatan prefek sepertinya tak membuat Scorpius Malfoy menjelma menjadi murid teladan taat aturan.

Hem ... jadi begini cara Malfoy menaklukkan hati para gadis. Berapa banyak yang sudah dia bawa ke sini?

Asumsi itu mendadak merajai  pikiran Rose. Dulu Rose tak begitu peduli soal Malfoy dan segala tingkah Don Juan-nya. Namun sekarang, entah kenapa hal itu terasa menganggu, membuat pikirannya kusut.  Keindahan pendar kunang-kunang ini sedikit banyak menyusut. Tak terasa istimewa lagi.

"Berapa banyak gadis yang kau ajak kemari?" tanya Rose tanpa sadar bernada sinis.

Scorpius menelengkan kepala bingung dengan pertanyaan random itu.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang