41. The (Fail) Day

203 30 3
                                    


Semua kacau pasca jamuan sialan itu. Rose tak bisa sepenuhnya fokus di kelas. Juga tak berani bantu-bantu di hospital wing dengan kondisi hati yang semrawut. Bahkan dia tak tahu bagaimana bersikap di hadapan Scorpius. Untungnya, sementara mereka akan jarang bertemu. Sesekali, mereka saling melempar senyum dari kejauhan. Untuk itu, Rose masih bisa memaksakan diri untuk membalas. Tapi belum sanggup menceritakan perihal pertemuannya.

Kata-kata Mrs. Malfoy terus terngiang. Mengusik ketenangan. Tak bisa diabaikan ataupun dianggap tidak pernah ada. Mendorong Rose secara gegabah untuk menyurati sang ayah. Mengatakan tentang sosok pria yang tengah menyandang status sebagai kekasih.

Meski tak memberikan nama, tetapi penggambarannya cukup untuk menjelaskan siapa yang dimaksud.

'Jangan berurusan dengannya. Jangan mendekati apalagi berhubungan dengannya.' Ayah ingat, sering mengatakan hal itu tentang seseorang?

Mungkin Ayah tak percaya, orang yang kuceritakan selama ini adalah dia. Tapi itu benar. Dia sesungguhnya tak seburuk dan sejahat yang kukira selama ini.

Dan, aku sangat sadar dan waras. Tidak dalam pengaruh apa pun. Sungguh. Kau akan tahu saat bertemu dengannya nanti. Sebenarnya aku ingin memberitahu kejutan ini, saat pesta memorial nanti. Tapi kupikir lebih baik mengatakannya lebih dulu.

Ayah, kau tak marah kan? Selama ini kau selalu mempercayaiku. Karena itu, tetaplah percaya pada putrimu.

Hasilnya?

Tak ada balasan. Bahkan setelah hampir dua minggu dari waktu suratnya dikirim. Pesta memorial tinggal tiga hari lagi. Kini, yang ada rasa sesal dan cemas. Tak hanya  berpikir jika keputusannya salah. Namun, juga membuat perkataan Mrs. Malfoy makin menakutkan.

Sekalipun ingin positive thinking–mungkin ayahnya sedang tugas di luar kota, atau terlalu sibuk untuk menulis balasan–tetap tidak bisa. Dia terlalu paranoid. Ini kali pertama suratnya tak mendapat balasan berhari-hari. Apalagi dengan isi seperti itu.

Sekarang, Rose terlalu takut jika tiga hari lagi mereka akan bertemu, tanpa tahu bagaimana sebenarnya, reaksi ayahnya tentang semua ini.

***

Gaun putih berlengan pendek, dengan kerah lebar melingkar, mengekspos leher hingga bahu. Berukuran press body, membungkus pas di tubuh Rose. Menjuntai ke mata kaki dengan belahan sampai pangkal betis di sisi kiri.

Rambut tebal merahnya, bergelombang rapi. Menarik sedikit bagian kiri dan kanan, untuk diikat. Menutupnya dengan sirkam bunga yang cantik. Riasan wajahnya tampak ringan dan natural. Gelang dari Scorpius dan kalung dari ayahnya dulu tampak seperti satu set.

Meski tampilan Rose sudah ready to go, tetapi dia masih duduk termenung di depan meja rias.
Diusapnya kalung yang melingkari leher. Tahun ini Ayahnya tak mengirimkan apa pun.

Bahkan, sampai akhir, suratnya tetap tak terbalas. Dan itu membuatnya terus menerus  gelisah. Pikiran bagaimana jika ....

Suara deritan pintu membuat Rose berjengit. Tampak separuh tubuh Kate–salah satu teman kamar– menyembul.

"Rose, kau ditunggu Albus di luar."

"Oh, oke. Thanks Kate. Aku segera ke sana."

Kate pamit pergi tanpa menutup pintu kembali. Diikuti  Rose, setelah memakai kitten heels silver-nya.

Asrama hampir kosong. Hanya tinggal beberapa anak yang tampak terburu. Sepertinya pesta tinggal sesaat lagi. Di luar Albus pasti sudah cemberut karena Rose membuatnya datang di akhir waktu.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang